FWB - 10

5.9K 404 100
                                    

Chapter Ten : Let's play the real game!

Aku menatap pantulan diriku sendiri di cermin. Setelah memastikan jika tak ada yang salah dengan tampilanku, aku menyunggingkan senyum terbaikku dan menarik napas. Aku melakukannya hanya untuk meningkatkan kepercayaan diriku yang sering sekali menyusut. Apalagi kalau sudah berurusan dengan penampilan. Aku merasa... Aku tak semenarik perempuan-perempuan lain. Aku terlalu biasa dan membosankan. Ini mungkin salah satu alasan kenapa aku tidak kunjung memiliki kekasih.

Ujian telah berakhir. Dan Sehun kembali mengajakku pergi bersamanya malam ini. Dia bilang dia ingin memberiku refreshing otak dengan bersenang-senang. Aku agak ragu awalnya karena definisi bersenang-senang untuk Sehun dan diriku sudah jelas berbeda. Tapi, aku tak ingin melewatkan kesempatan untuk lebih mengenal Sehun. Setiap saat bersama pria itu, aku merasa mulai mengerti tentang dirinya.

"Kau akan pergi?" Aku tersentak ketika Jinri tiba-tiba bertanya. Jinri dengan balutan kaos abu-abu ketat, celana pendek ungu, dan sendal kelincinya tampak berantakan karena terbangun dari tidur sorenya. Dia mengucek matanya lagi dan tampak belum sepenuhnya sadar di mataku.

"Ya, aku ada janji dengan seseorang."

"Siapa? Sehun?"

Aku terdiam beberapa saat sambil menatap Jinri ketika tebakannya benar-benar tepat sasaran. Tak ada gunanya berbohong karena Jinri sendiri sudah tahu mengenai kedekatanku dengan Sehun. Tapi, membicarakan tentang Sehun sama saja membicarakan tentang bagaimana aku tidak mendengarkan peringatannya sejak awal. Ini membuatku kembali merasa bersalah padanya.

"Jinri, aku benar-benar minta maaf karena tidak mendengarㅡ"

"Kau tak perlu meminta maaf, Soojung. Aku hanya memperingatkanmu. Itu tetap menjadi hakmu kalau kau memang ingin berkencan dengan Sehun."

"Aku tak berkencan dengannya," bantahku. "Kami hanya berteman."

Jinri menaikkan sebelah alisnya. "Itukah sebabnya kalian selalu bersama? Dan dia selalu terlihat posesif padamu? Karena kalian hanya 'berteman'?" tanyanya curiga.

Aku juga tak tahu kenapa Sehun jadi sering mengikutiku sehingga kami terlihat selalu bersama dan orang-orang berpikir kami berkencan. Aku juga tak merasa kalau Sehun terlihat posesif padaku. Dia mungkin terkadang memaksaku untuk hal-hal yang kuinginkan. Seperti menerima hadiah darinya atau diantar jemput olehnya. Selebihnya, aku sama sekali tidak melihat tingkah posesif Sehun.

"Kami benar-benar hanya berteman, Jinri. Sehun adalah salah satu yang terpintar di kelasku. Dia sering membantuku dalam beberapa mata kuliah. Itulah kenapa kami menjadi dekat," kataku berbohong. Aku tak mungkin mengatakan pada Jinri pertemanan seperti apa yang terjalin antara aku dan Sehun. Dia mungkin akan menganggapku murahan dan tidak ingin menjadi temanku lagi.

"Benarkah?" tanya Jinri yang masih menatapku curiga. Dia mungkin tak akan mempercayai alasan apapun yang kuberikan jika aku tetap berserikeras bahwa aku dan Sehun hanya berteman. Padahal kenyataannya memang begitu.

"Aku harus pergi sekarang," kataku sambil berpura-pura mengecek jam tanganku. Aku mengambil tas selempangku dan berjalan keluar. "Sampai jumpa lagi."

Kalau pembicaraan itu diteruskan, aku yakin kebohonganku akan semakin terlihat. Aku mungkin akan berakhir mengatakan yang sebenarnya pada Jinri. Sehun mungkin tidak melarangku untuk memberitahu orang lain tentang hubungan kami, tapi aku sendiri yang tidak mau kalau ada orang lain yang tahu.

Entah kemana Sehun akan membawaku kali ini. Dia selalu tidak pernah menjawab ketika ditanya. Dia hanya akan berkata bahwa aku akan segera mengetahuinya. Itu benar-benar menyebalkan karena dia sendiri tidak suka kalau aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban yang serupa.

Friends With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang