FWB - 17

3.7K 368 155
                                    

Chapter Seventeen : Wound

Esoknya ketika aku bangun, Sehun sudah pergi. Dia tak ada di kamar tamu. Ataupun di seluruh bagian rumahku. Mobilnya pun sudah tak terparkir lagi di depan sana.

Kupikir, Sehun pergi karena tak tahan dengan sikap ayah. Selama makan malam kemarin, ayah tak hentinya bersikap dingin pada Sehun. Ayah terus memperlakukan Sehun seperti Sehun telah membuat kesalahan besar padanya. Sampai Sehun mengakhiri makan malam dengan berkata, "Maaf jika Anda menyesal melihat saya."

Aku tidak menyalahkan kalau memang dia ingin pergi. Dia berhak marah dan kesal atas perlakuan tak menyenangkan yang didapatnya di sini. Tapi aku jadi merasa bersalah karena telah membuatnya menginap di sini.

"Ibu sedang memasak apa?" tanyaku pada Ibu yang tampak sibuk memotong-motong wortel.

Ibu terlihat terkejut melihat kedatanganku yang tiba-tiba. "Oh, Soojung! Kau mengagetkan Ibu."

Aku hanya tersenyum jahil sambil melihat-lihat bahan makanan yang ada di meja dapur. "Ada yang bisa kubantu, Bu?"

"Oh, ya, kau bisa membantu Ibu memotong-motong sayuran ini." Dia mundur dan menyerahkan pisau yang digunakannya untuk memotong tadi. Aku hanya mengangguk dan mulai mengerjakan apa yang dimintanya.

"Ngomong-ngomong, temanmu tadi pagi sekali pamit pergi pada Ibu. Dia bilang ada sesuatu yang harus ia urus dan akan kembali lagi nanti," kata Ibu yang kini sedang memeriksa masakannya. Sehun memang sering mengatakan kalau dia memiliki urusan yang harus diurus. Aku jadi penasaran dengan urusan yang dimaksudnya itu.

"Oh, begitu."

"Ibu hampir lupa memberitahumu kalau hari ini adalah jadwal check up ayahmu."

"Benarkah? Jam berapa kita akan pergi menemui Dokter Song?"

"Biar Ibu saja yang mengantar Ayahmu," ujarnya. "Kau lebih baik tinggal di rumah supaya ketika temanmu kembali dia tak akan bingung karena rumah sangat sepi."

Ibu ada benarnya juga. Kasihan Sehun kalau dia kembali ke sini dan tak ada orang.

Tiba-tiba, suara ayah yang memanggil ibu dari meja makan terdengar. Ibu segera menoleh padaku dan berkata, "Tolong awasi masakan Ibu sebentar." Dan dia segera berjalan meninggalkan dapur.

Aku meninggalkan pisau dan sayuran tadi dan berjalan mendekati kompor. Aku mengintip ke dalam panci yang ada di atas kompor, kemudian mengaduknya dengan centong yang tersedia.

"Jadi, kau mengikuti saranku untuk mencari pria kaya raya?"

Aku tersentak ketika sebuah suara asing tiba-tiba terdengar. Sontak aku menoleh ke pintu dapur dan mendapati seorang gadis muda dengan kaos biru dan celana pendeknya tengah berdiri di dekat sana. Dia adalah Bae Suzy, tetangga sekaligus teman kecilku.

"Aku tak mengerti maksudmu," balasku. Inikah bagaimana cara dia menyambut yang baru kembali?

Suzy malah melipat tangan di depan dada dan menyeringai. "Aku melihatmu kemarin, bersama pria blonde itu, berciuman di mobil mewahnya yang mungkin berharga puluhan juta."

Tubuhku mematung. Semua kata-kata yang telah kusiapkan untuk membalas Suzy lenyap seketika. Aku tak menyangka dia melihat Sehun menciumku kemarin.

"Kupikir seseorang gadis suci sepertimu tak akan mengikuti saranku."

Sebelum aku memutuskan pindah ke Kyung Hee, aku memang bercerita sekaligus meminta saran pada Suzy tentang apa yang harus kulakukan ketika kondisi kesehatan ayahku menurun dan membuatnya tidak bisa bekerja lagi. Aku belum yakin untuk meninggalkan Standford waktu itu. Perjuanganku untuk bisa masuk ke sana dan mengalahkan jutaan orang yang menginginkan posisiku sebagai mahasiswa Standford membuat semuanya tidak mudah. Aku harus meminta saran dari orang-orang terdekatku untuk menjadi pertimbangan keputuskanku. Tapi Suzy malah memberiku saran untuk mendekati pria kaya di sana dan memorotinya supaya aku bisa tetap kuliah di Standford. Entah dia bercanda atau tidak, tapi aku jelas tak akan mengikuti saran gilanya. Aku masih punya harga diri.

Friends With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang