Chapter Thirty Two : Disturbance (II)
Aku menatap tak berselera pada menu makan siangku kali ini. Aku merasa tidak terlalu lapar sekaligus bosan dengan menunya. Satu-satunya alasanku masih mencoba menghabiskan makan siang serta tidak beranjak meninggalkan kafetaria kampusku ini adalah karena aku tak ingin membuat teman-temanku kembali membrondongku dengan pertanyaan. Sudah banyak sekali pertanyaan yang mereka ajukan padaku yang tidak bisa kujawab.
Sejak kemarin siang meninggalkanku di jalan, Sehun belum memberi kabar apapun lagi. Dia kembali tak membalas pesan ataupun mengangkat panggilanku. Aku berusaha mempercayai kata-kata Sehun, tapi pikiran tentang Sehun yang kembali menghabiskan malam untuk menyiksa perempuan di klub itu selalu hadir. Sulit sekali untuk menghilangkan pikiran itu barang sedetikpun. Apalagi Sehun tak kunjung kelihatan batang hidungnya sejak pagi.
Aku mencoba menyimak pembicaraan antara Jinri, Seulgi dan Seungwan saat ini. Berharap kalau itu akan berguna untuk mengalihkan perhatianku. Tapi itu juga tidak berjalan baik karena yang mereka bicarakan adalah tentang orang-orang yang bahkan tidak kukenal.
".... waktu itu Jennie juga bilang kalau dia pernah disuruh dosen itu untuk...."
Aku langsung terdiam ketika satu nama yang cukup familiar untukku disebut oleh Jinri. Aku jadi ingin menanyakan pada mereka tentang perempuan itu, aku mungkin jadi bisa tahu seberapa berbahaya Jennie. Tapi, aku harus menunggu mereka selesai dengan topik pembicaraan ini dulu. Rasanya tidak sopan menyela pembicaraan seseorang dengan topik yang berbeda.
"Ngomong-ngomong," aku mencoba memulai setelah mereka selesai membicarakan dosen mereka sendiri. Tiga pasang mata itu langsung tertuju padaku yang sebelumnya hanya diam. "Aku penasaran dengan teman sekelasmu yang katamu pernah menjalin hubungan dengan Sehun, Seul."
"Jennie, maksudmu?" tanya Seulgi memastikan. Aku hanya mengangguk. "Memangnya apa yang ingin kau ketahui tentang dia?"
"Apa menurutmu dia akan marah melihatku bersama Sehun?" Aku sudah mengetahui jawabannya, tapi aku hanya ingin mendengar pendapat Seulgi atau Jinri selaku orang yang memang mengenal Jennie. "Berhubung banyak orang yang sering salah mengartikan pertemananku dengan Sehun, jadi aku takut kalau Jennie juga begitu." Aku buru-buru menjelaskan ketika melihat tatapan curiga mereka. Aku selalu menegaskan pada mereka kalau aku dan Sehun hanya berteman. Walaupun hubungan yang kumiliki dengan Sehun jauh lebih rumit daripada itu.
"Tentu saja dia akan cemburu. Kau dekat sekali dengan pangeran berkepala putihnya itu akhir-akhir ini," jawab Jinri tanpa repot-repot menyembunyikan ketidaksukaannya. Sampai hari ini, dia masih berpikir kalau yang membuatku menangis sesenggukan waktu itu adalah Sehun bahkan ketika aku sudah bilang aku tak ingin membahasnya. Itu membuatnya jadi semakin tidak menyukai Sehun dan sering menyebut pria itu dengan sebutan yang aneh-aneh.
"Apa dia... bisa melakukan sesuatu yang berbahaya saat cemburu?" tanyaku lagi. Kalau dia memang hanya sekedar berani membentakku seperti kemarin, maka rasanya aku tak perlu terlalu khawatir tentangnya.
Seulgi mengerutkan kening. "Sesuatu yang berbahaya seperti apa?"
"Seperti mencoba melukai atau meneror, mungkin?"
Baik Seulgi maupun Jinri tampak berpikir, sementara Seungwan hanya menyimak.
"Jennie memang terkadang agak kasar, tapi sepertinya dia tak akan separah itu." Entah kenapa, jawaban Seulgi ini sama sekali tidak bisa membuatku merasa lega.
Jinri menimpali, "Lagipula, menurutku Sehun tidak sesempurna itu sampai bisa membuat Jennie bertindak nekat hanya karena melihatnya dekat denganmu," dengan nada meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits
Fanfiction[SEBAGIAN CHAPTER DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] Mereka hanya teman. Ya, teman untuk berbagi sentuhan dan kenikmatan di atas ranjang. Warn(s) for sexual content, harsh, swearing, cursing, dark theme. This is a Sestal/Hunstal Story that inspire...