Chapter Twenty Six : Still Wants You
Aku tak pernah tahu kalau patah hati ternyata semenyakitkan ini.
Selama ini, aku tak pernah berani memberikan komentar apapun ketika temanku yang patah hati datang padaku dengan wajah berurai air matanya. Disatu sisi aku merasa dia berlebihan karena sampai segitu terpuruknya hanya karena patah hati. Tapi disisi lain, aku tahu aku tak berhak menghakiminya atas sesuatu yang belum pernah kurasakan sendiri.
Dan sekarang aku mengerti semuanya.
Ironisnya, aku juga tak bisa menghentikan atau bahkan menahan tangisku sepanjang perjalanan. Aku bahkan sudah tidak perduli lagi dengan supir taksi yang terus melirikku dari kaca mobil. Untuk sekarang ini, aku hanya ingin menghabiskan tangisku supaya aku tidak perlu menangis lagi di kamar yang jelas akan menimbulkan pertanyaan dari Jinri. Karena aku yakin aku tak akan sanggup menjelaskan semuanya pada Jinri.
Aku tak akan menyalahkan Sehun atas patah hati yang kurasakan saat ini, karena dia juga sudah memperingatkanku sebelumnya. Dia bilang demi kebaikanku sendiri, aku tak boleh menyukai apalagi mencintainya. Kalau aku lebih pintar aku mungkin akan lebih menjaga perasaanku sendiri mendengar peringatannya itu. Bukannya tetap berpikir kalau Sehun juga merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan dalam hubungan kami. Aku bahkan baru tersadar seberapa bodohnya pemikiranku itu terdengar.
Tapi semuanya telah berakhir sekarang. Hubunganku dan Sehun telah berakhir. Aku tahu mengambil keputusan disaat emosi itu tidak baik, namun aku juga tahu mengakhiri hubungan Friends with Benefits-ku dengan Sehun adalah keputusan paling tepat yang pernah kuambil sejak pindah ke sini. Sekarang mungkin Sehun akan mencari perempuan lain untuk menggantikanku. Dan entah mengapa, masih ada rasa tidak rela dalam diriku memikirkan Sehun bersama perempuan lain.
Sesampainya di kamar, ternyata bukan hanya ada Jinri. Tetapi juga Seulgi dan Seungwan. Ini benar-benar bukan situasi yang kuinginkan saat ini, apalagi mereka semua langsung menghentikan aktivitas mereka sebelumnya dan serempak menatapku yang kini bersandar pada pintu.
"Soojung? Apa kau baik-baik saja?" Jinri yang pertama kali bertanya. Aku tak tahu kenapa perasaanku semakin terasa sesak ketika mendengar pertanyaan Jinri. Dia masih peduli denganku bahkan ketika aku mengabaikannya.
"Ya matamu memerah dan agak bengkak, Jung. Mirip orang yang habis menangis," timpal Seulgi yang membuatku menggigit pipi dalamku, tidak tahu harus mengatakan apa pada mereka.
Seungwan tak mengatakan apapun dan malah menghampiriku. Dia kemudian memegang bahuku dan berkata, "Soojung, kau tahu kau bisa menceritakan apapun masalahmu pada kami, kan? Kami akan selalu ada di sini untukmu." Dan ketika aku membuka mulutku. Bukannya kata-kata yang keluar, malah tangis dan isakkan yang kembali keluar. Seungwan langsung memelukku sementara Jinri dan Seulgi langsung menghampiri untuk mengusap bahu serta rambutku.
Aku benar-benar menyesal karena telah mengabaikan orang-orang yang benar-benar perduli denganku, hanya untuk satu orang yang bahkan tidak perduli denganku. Dan malam itu aku hanya bisa menangis, hingga pada akhirnya tertidur karena terlalu lelah menangis.
Esoknya saat aku terbangun dan melihat tampilanku sendiri di cermin, rasanya aku ingin tertawa sekencang-kencangnya. Mata yang membengkak, rambut berantakan, dan wajah yang terlihat begitu menyedihkan. Untungnya Jinri sudah pergi dan hanya ada aku sendirian di sini. Cukup semalam saja aku menunjukkan seberapa menyedihkannya diriku, aku tak ingin ada yang melihatnya lagi.
Aku tidak pernah menangis semalam sebelumnya, tapi aku agak merasa lebih lega karena telah melakukannya. Setidaknya kalau aku ingin menangis lagi hari ini, air mataku mungkin sudah habis. Itu adalah suatu hal yang bagus karena aku harus tetap masuk kelas hari ini. Dan tak mungkin kalau aku menunjukkan tangisku di sana... terlebih kalau Sehun masuk. Huh, memikirkan pria itu entah kenapa membuat hatiku terasa sakit lagi. Aku menggeleng kepalaku untuk berusaha mengusir pikiran tentang Sehun. Semoga saja, dia tidak masuk lagi sehingga aku tak perlu bertemu dengannya saat ini. Aku tak yakin aku siap untuk bertemu dengannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits
Fanfiction[SEBAGIAN CHAPTER DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] Mereka hanya teman. Ya, teman untuk berbagi sentuhan dan kenikmatan di atas ranjang. Warn(s) for sexual content, harsh, swearing, cursing, dark theme. This is a Sestal/Hunstal Story that inspire...