Chapter Twenty Seven : Can't Give Up
Malam itu adalah terakhir kalinya aku melihat Sehun. Karena, pria itu kembali tidak menampakkan batang hidungnya lagi.
Aku juga tidak mengerti kenapa begitu mudah bagi Sehun untuk tidak masuk kelas. Sekalipun persentase nilai akhir tujuhpuluh lima persen adalah dari UTS dan UAS dan kehadiran sama sekali tidak berpengaruh. Tapi, itu tidak berarti dia bisa membolos sebanyak mungkin kan? Apa dia memang sepintar itu sampai berpikir kalau dia bisa mengerjakan soal UAS bahkan tanpa mengikuti perkuliahan? Aku tahu aku masih belum bisa berhenti untuk memperdulikannya. Berhenti mencintai seseorang memang tak semudah itu, kan?
Terakhir kali Sehun menghilang seperti ini, dia ternyata berada dalam klub BDSM dan sedang menyiksa seseorang. Ini membuatku jadi merasa tak tenang karena memikirkan Sehun yang mungkin saja kembali berada di tempat itu, dan menyiksa seseorang demi kepuasaannya. Aku ingin sekali menghalanginya untuk pergi ke sana, tapi aku tahu aku tak memiliki hak apapun. Aku bukan siapa-siapanya Sehun.
Meskipun hubungan yang ada antara aku dan Sehun telah berakhir, aku tetap masih berhubungan baik dengan beberapa orang-orang yang berkaitan dengan pria itu. Seperti dengan Baekhyun dan Jongin. Mereka masih sering menyapaku ketika kami tak sengaja berpapasan di kampus. Aku memang tak begitu dekat dengan Chanyeol dan juga jarang berpapasan dengannya. Tapi dia tetap tersenyum padaku setiap kali melihatku.
Dan kemarin, aku tiba-tiba mendapatkan telepon dari nomor yang tak dikenal. Yang ternyata adalah Yoona. Aku tak tahu darimana dia mendapatkan nomorku karena kami tidak bertukar nomor saat bertemu dulu. Aku menduga dia mendapatkan nomorku dari Sehun, walau aku tak begitu yakin kalau lelaki itu masih menyimpan nomorku karena kami tak lagi saling berhubungan. Tapi yang jelas, Yoona meminta untuk bertemu denganku di sebuah restoran yang tak begitu jauh dari kampus malam ini.
Biasanya ketika aku memiliki janji dengan seseorang, entah aku atau orang itu yang membuat janji, aku pasti selalu menjadi yang pertama kali datang. Tapi kali ini, Yoona yang lebih dulu datang. Wanita itu sudah berada di restoran tempat kami membuat janji ketika aku datang.
Yoona terlihat melamun dan memikirkan sesuatu. Tapi dia segera tersadar dari lamunannya dan langsung tersenyum lebar ketika aku menempati kursi di depannya.
"Hai," sapanya.
Aku ikut tersenyum melihat senyum cantiknya. "Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?"
"Tidak, tidak." Yoona menggeleng. "Aku juga belum lama sampai."
Aku menganggukkan kepala dan kembali bertanya, "Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan denganku memangnya?"
"Bagaimana kalau kita pesan makanan dulu? Kau pasti juga belum makan malam, kan?"
Meskipun Yoona bertanya padaku dengan nada yang begitu menyenangkan, tapi aku bisa merasakan kalau ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Kurasa itu pasti ada hubungannya dengan apa yang ingin dia bicarakan denganku.
"Baiklah."
Yoona segera memanggil pelayan dan kami berdua menyebutkan pesanan secara bergantian. Begitu pelayan pergi. Yoona kembali bertanya padaku, "Bagaimana kabarmu?"
"Aku... baik." Aku tahu aku sedang menjadi munafik saat ini. Jelas-jelas aku sedang tidak baik-baik saja dengan semua kekacauan dihatiku. Tapi aku tak mungkin menyatakannya secara gamblang pada Yoona. "Kau sendiri?"
"Seperti yang kau lihat saat ini," jawabnya tanpa melunturkan senyum. "Kemarin aku pergi ke restoran tempatmu bekerja dan mereka bilang kau sudah tak bekerja di sana lagi. Aku mencoba meminta nomormu pada mantan bosmu, tapi dia bilang dia tak bisa memberikannya. Untungnya ada seorang pelayan yang juga tahu nomormu dan mau memberikannya padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends With Benefits
Fanfiction[SEBAGIAN CHAPTER DIHAPUS DEMI KEPENTINGAN PENERBITAN] Mereka hanya teman. Ya, teman untuk berbagi sentuhan dan kenikmatan di atas ranjang. Warn(s) for sexual content, harsh, swearing, cursing, dark theme. This is a Sestal/Hunstal Story that inspire...