FWB - 22

4K 377 181
                                    

Chapter Twenty Two : Our First Date

Ini sudah lima hari sejak kejadian itu, dan Sehun tidak pernah menjawab pertanyaan tentang siapa yang mengikuti kami itu. Dia hanya bilang kalau dia akan memastikan kalau itu tak akan terjadi lagi; kalau pria itu tak akan bisa menyentuhku seujung jaripun. Mau tak mau, aku hanya bisa mempercayainya dan berusaha untuk tak membahas itu lagi.

Kami memutuskan untuk berkencan dimalam sabtu, malam yang umumnya memang digunakan orang-orang untuk itu. Aku mengajak Sehun ke semacam festival malam yang terletak di sekitar daerah Gyeongmagongwon. Aku mengetahui festival ini dari Luna dan langsung memutuskan untuk menjadikan tempat itu sebagai tempat kencan pertamaku.

"Kau yakin dengan tempat ini?" tanya Sehun tepat setelah mobilnya berhenti di parkiran yang telah disediakan.

"Tentu saja. Kau tidak merasa keberatan, kan?" Sebenarnya, aku agak takut juga kalau Sehun tak menyukai tempat ini. Karena inti dari kencan tidak hanya menyenangkan satu orang. Kalau Sehun saja sudah tidak menyukai tempatnya, dia pasti akan sulit untuk menikmati kencan yang berjalan.

Sehun tidak menjawab dan hanya turun dari mobil Bugatti Veyron-nya. Dia menggunakan mobil yang kupilihkan itu selama hampir seminggu penuh, entah apa maksudnya. Padahal biasanya, dia selalu berganti mobil setiap harinya. Aku benar-benar senang melihatnya yang seakan menghargai pilihanku.

Dia membukakan pintu mobil untukku dan kami berdua berjalan bersama menuju loket untuk membeli tiket masuk festival. Sehun menyuruhku untuk menunggu di sebelah antrian sementara dia yang akan membeli tiketnya. Aku hanya menurut karena tidak menginginkan perdebatan apapun yang akan mengacaukan kencan ini. Ini kencan pertamaku, aku menginginkan semuanya sempurna.

Tempat ini terlihat begitu ramai. Bukan hanya ramai karena wahana dan para pedagang yang ada, tapi juga para pengunjungnya. Mulai dari anak-anak sampai orang lansia juga tampak berminat mengunjungi tempat ini. Walaupun begitu, pasangan yang sedang kasmaran adalah yang paling mendominasi tempat ini sepengelihatanku. Pandanganku terjatuh pada sepasang remaja yang sedang duduk di sebuah bangku yang ada di samping parkiran. Tangan si pria mengenggam erat tangan si perempuan dan si pria juga terlihat mengatakan sesuatu pada pasangannya yang sepertinya adalah rayuan atau pujian karena wajah si perempuan langsung merona setelah itu. Aku tak tahu kenapa, aku tak begitu menyukai ide romansa yang seperti itu.

"Apa kau ingin aku memegang tanganmu seperti itu juga?"

Suara Sehun yang berada tepat di sebelah telingaku adalah yang membuatku segera mengalihkan pandangan dari sepasang remaja itu. Aku melirik padanya yang juga menatap ke arah pasangan tadi dengan dua buah tiket di tangannya. Cepat sekali dia mengantri.

"Kau tahu, itu akan lebih romantis kalau kau tak menanyakannya dulu." Aku hanya bermaksud bergurau, namun Sehun benar-benar menggengam tanganku setelah itu. Dia kemudian membawaku masuk.

Kami berjalan melewati orang-orang yang juga sedang berlalu-lalang. Sesekali, beberapa anak kecil berlari di sekeliling kami. Aku melirik pada beberapa wahana-wahana yang terlihat begitu menyenangkan. Seperti, wahana rumah hantu dan bianglala. Aku dari dulu selalu ingin masuk rumah hantu, namun belum terpenuhi sampai saat ini karena tak ada satupun dari temanku yang mau menemaniku ke sana.

Sehun tiba-tiba berhenti berjalan dan bertanya, "Sekarang, kau mau ke mana?"

Aku tersenyum lebar karena dia kembali memberiku kesempatan untuk memilih.

"Bagaimana kalau kita ke sana?" Aku menunjuk pada wahana rumah hantu yang menjadi perhatianku sejak tadi.

Pandangan Sehun mengikuti arah telunjukku dan seketika dahinya mengernyit. "Kau tahu kau tak perlu masuk ke sana hanya karena mencari alasan untuk memelukku saat ketakutan, kan?"

Friends With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang