Let It Go - 2

2K 327 64
                                    

Dia meninggalkan pesta tanpa ada yang melihatnya. Melewati pintu belakang, menghindari orang-orang di taman dan memanjat pagar seperti penjahat.

Di luar hujan, hujan yang lembut dan hangat dengan petir yang bergemuruh di kejauhan. Hujan itu membuat baju Wonwoo menempel di punggungnya dan poninya menempel di pelipisnya.

Ini adalah salah satu malam di mana Wonwoo ingin naik kereta menuju bandara untuk memesan tiket penerbangan entah kemana tujuannya. Hanya agar dia bisa pergi. Sehingga dia bisa terhindar dari masalah-masalahnya.

Hilangkan pikiran itu dan berpura-pura semuanya baik-baik saja sampai sesuatu seperti ini terjadi lagi dan semuanya terasa seperti akan meledak di wajahnya.

Tepat seperti itulah yang terjadi.

Wonwoo mengabaikan teleponnya keesokan harinya. Dia mengabaikan segalanya. Mungkin dia dalam keadaan kaget atau panik, tapi rasanya apa pun yang disentuhnya mungkin akan rusak, jadi dia tidak menyentuhnya.

Dia tidak bisa tidur sepanjang malam, kata-kata Junhong menghantuinya dan membuatnya hanya berguling-guling di sofa.

Dia pergi ke toko buku di mana dia pernah pergi dengan Mingyu dan menyelesaikan beberapa tulisan, dan tanpa sadar, akhirnya dia menuliskan kata-kata yang tepat seperti yang dikatakan Junhong kemarin. Dia menghapusnya dengan tangan gemetar tetapi kata-katanya masih ada, menghantui pikirannya, menembus dadanya.

Saat tiba di rumah, di luar sudah gelap.

Ada bayangan seseorang di depan apartemen, dan meskipun sudah mengenakan kacamata yang diberikan Mingyu, dia tidak bisa melihat orang itu sampai dia berdiri di jalan yang mengarah langsung ke pintu masuk.

Itu Mingyu.

Dia duduk di tangga dengan kepalanya menunduk.

Wonwoo berhenti berjalan, sedikit membeku karena melihat orang yang tidak ingin dilihatnya hari ini.

Karena dia lah yang ingin Wonwoo hindari.

Wonwoo dapat merasakan ke mana perginya ini dan itulah yang dia hindari, sesuatu yang dia coba tunda sepanjang hari.

Tapi Mingyu ada di sini, dan tidak ada tempat untuk lari, jadi Wonwoo memegang tali tasnya lebih erat sampai buku-buku jarinya memutih dan mulai mendekatinya.

Mingyu tersentak mendengar suara langkah kakinya dan matanya menatapnya; kelegaan tersirat dari dalam matanya begitu dia bertemu dengan mata Wonwoo, tetapi dengan cepat digantikan oleh emosi yang Wonwoo tidak pernah lihat sebelumnya.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Wonwoo bertanya karena Mingyu tidak melakukan apapun selain menatapnya. Dia terlihat lelah, seperti, dia tidak tidur sama sekali tadi malam. Rambutnya berantakan dan bibirnya digigit sampai memerah dan berdarah.

"Aku mencoba meneleponmu sepanjang hari." Kata Mingyu. Suaranya gemetar dan Wonwoo tidak bisa tidak bertanya-tanya berapa lama Mingyu telah menunggunya di sini.

"Aku meninggalkan ponselku di rumah."

Mingyu terlihat sangat lelah ketika dia menganggukkan kepala terlihat seperti pasrah, atau mungkin kekecewaan. Dia perlahan berdiri dan berjalan menghampiri Wonwoo sampai dia hanya berjarak satu lengan dengan Wonwoo. Poni-nya membuat bayang-bayang yang menutupi wajahnya dan lampu oranye terang di jalan yang berjarak beberapa kaki di samping mereka mengubah sosok Mingyu menjadi orang asing. "Kita perlu bicara."

"Tidak bisakah menunggu sampai besok?" Wonwoo mencoba menolak. Suaranya terdengar menyedihkan bahkan di telinganya sendiri.

"Aku sudah menunggumu selama dua jam." Tatapan Mingyu sangat berat padanya dan Wonwoo tidak bisa memutuskan mana yang lebih mencekik; Mata Mingyu atau udara hangat dan lembab di sekitar mereka.

Kalon - MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang