Wonwoo tidak ingat kapan terakhir kali dia tidur pada jam delapan pagi.
Ketika dia bangun keesokan harinya, itu sudah waktunya untuk makan siang dan kepalanya terasa dipenuhi dengan kapas.
Sekarang sudah siang. Wonwoo ketiduran; dia melewatkan semua kelas paginya.
Dia melemparkan beberapa pakaian yang dilewatinya dan dia baru saja akan keluar dari apartemennya, tetapi berhenti untuk melakukannya saat dia sampai di ruang tamu.
Bersih.
Semua barang yang tersebar di lantai kemarin malam kembali ke tempat semula, dan karena Wonwoo masih terpengaruh oleh tidurnya, jadi Wonwoo berpikir bahwa pencuri itu merasa kasihan dan kembali ke apartemen untuk membersihkan semuanya, tetapi kemudian dia melihat Soonyoung dan Chan berdiri di dapur dan dia merasa sangat bodoh.
"Oh, hyung sudah bangun!" Wajah Chan berbinar setelah dia melihat Wonwoo. "Kami membuat sarapan! Atau, yah, sekarang sudah waktunya makan siang ..."
Wonwoo dengan hati-hati mendekati mereka. "Kenapa kamu tidak pergi ke sekolah, Chan?"
Adik laki-lakinya melambaikan tangannya. "Para petugas polisi menelepon ayah kemarin karena aku masih di bawah umur, dan kami tidak bisa menghubungimu. Dia menyuruhku untuk tidak pergi ke sekolah hari ini."
"Dia tahu?" Wonwoo mungkin tidur hampir dua belas jam tetapi dia masih merasa lelah. Dan sekarang dia perlahan menjatuhkan tasnya ke lantai sehingga dia membiarkan dirinya memikirkan semua yang terjadi kemarin malam.
Tentang Mingyu yang terluka.
Tentang laptopnya yang hilang.
Tentang Wonwoo yang menangis sangat lama di pundak Soonyoung, dia merasa seperti akan pingsan, yang pada akhirnya benar-benar dia lakukan, karena dia tidak ingat bagaimana dia bisa berakhir di tempat tidur dengan memakai piyamanya.
Dia menatap sahabatnya dengan tatapan takut. Rasa malu atau canggung tidak pernah ada diantara dirinya dan Soonyoung, tapi Wonwoo juga tidak pernah merasa takut di depan temannya.
Di depan siapa pun, dalam hal ini, dia tidak tahu bagaimana rasanya. Dia merasa bodoh dan lemah, dan dia merasa sepertinya dia seharusnya menangani situasi ini jauh lebih baik. Dia seharusnya tidak menangis.
Tidak ada alasan untuk menangis.
Tapi Soonyoung memberinya senyum lebar, sepertinya dia tidak peduli hal itu sedikitpun.
"Dia tidak marah." Chan dengan cepat mengatakannya. "Mereka benar-benar khawatir tetapi mereka akan datang ke sini untuk kelulusanku dan ayah bilang dia akan membantumu mengganti benda-benda yang telah dicuri."
Wonwoo mengernyit mendengarnya. Tidak terdengar seperti ayah tirinya ingin membantu Wonwoo menyelesaikan masalahnya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana perasaanmu?" Soonyoung bertanya sambil berjalan untuk meletakkan semangkuk sayuran di depannya.
"Kenapa kalian tidak membangunkanku? Aku melewatkan kelasku." Wonwoo perlahan bergumam. "Aku juga terlambat kerja—"
"Tidak." Soonyoung menggelengkan kepalanya. "Aku menelepon Jisoo dan dia mengganti shiftmu dengan seorang pria bernama Minhyuk, jadi kamu libur sepanjang hari."
"A—Apa?" Wonwoo tergagap. "Tidak, aku sudah pulang lebih cepat kemarin malam, aku tidak bisa hanya diam di rumah. Aku harus pergi."
"Kamu harus duduk dan makan, itulah yang harus kamu lakukan." Soonyoung menghela napas, menarik tangannya untuk membuatnya duduk di meja makan di dapur. "Pikirkan tentang dirimu untuk sekali ini, hm? Kita akan memikirkan yang lain nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalon - Meanie
FanficWonwoo is pretty sure his entire family hates him and his commitment issues are starting to make his life (as well as Mingyu's) miserable. Original story by ryerim https://archiveofourown.org/works/9165685/chapters/20811241 Kalon Trailer https://y...