BAGIAN 15: One chapter with Alex

164 10 9
                                    

Mungkin, aku terlihat sudah melupakanmu dengan sempurna. Tapi, percayalah setiap malam bayanganmu masih selalu menghantui pikiranku.




Aku sudah siap dengan evening dress yang melekat indah di tubuhku serta menggulung rambut ke atas memperlihatkan leher jenjangku.

Aku sudah siap dengan evening dress yang melekat indah di tubuhku serta menggulung rambut ke atas memperlihatkan leher jenjangku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini aku akan menghadiri acara pernikahan temanku sekaligus rekan bisnis. Dia telah menjadi rekan bisnisku semenjak tahun lalu.

"You suit each other perfectly, may your everyday together be a joyous ride. Happy Marriage ya Olivia and Xavier," ucapku sambil bersalaman dengan Olivia dan Xavier.

"Thank you so much, I thought kamu gak bisa dateng. Eh, dateng-dateng malah bawa gandengan," balasnya sembari melirik Alex.

Malam ini, aku memang mengajaknya. Lagian, Alex juga lagi free daripada aku sendirian.

"Congratulations for your wedding, Olivia and Xavier," ujar Alex bergantian bersalaman dengan mereka.

"He's Alex," ujarku memperkenalkan Alex.

"I know, he's Alex. I mean who he is? Pacar kah? " tebak Olivia sambil menepuk pundakku dan diakhiri kekehan.

"Belum tapi akan Oliv," ucap Xavier dengan nada canda.

Aku hanya terkekeh sedangakan Alex.

"Waduh, aminin aja deh," Alex segera pamit untuk hunting makanan dan kembali memeluk pinggangku.

"Lex, ini enak banget gak boong kamu harus cobain," ujarku sembari menyuapi cupcake ke mulut Alex.

"Pelan-pelan astaga Ashley, liat ni creamnya ke mana-mana," gerutu Alex sambil berusaha menghilangkan jejak cream di wajahnya.

"Sini-sini aku bantuin, gini aja ribet ah," aku segera mengambil tissue dari dalam tas dan mengelap bagian wajah Alex yang terkena cream.

"Kamu cantik banget hari ini," puji Alex dan memegang kedua tanganku yang sedang membersihkan wajahnya. Dan tentu saja tanpa diperintah pipiku memerah dengan sendirinya.

"Kamu juga tampan hari ini," pujiku kembali yang malah membuat pipiku bertambah merah. Tapi aku tidak berbohong Alex dengan balutan tuxedo hitam terlihat lebih tampan berkali-kali lipat. Rambut gelombangnya ditata rapi ke arah kanan.

"Tumben bilang gitu," ucap Alex sambil menarikku ke lantai dansa.

"Ya udah gak jadi dipuji," aku itu tipe bergengsi tinggi harusnya dia bersyukur dong aku bilang tampan. Huft.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang