BAGIAN 26: Mata yang tertutup

142 10 8
                                    

Kamu pernah bilang, jika kamu sudah merasakan lelah kamu tetap tidak akan berhenti, bukan? Maka sekarang, aku benar-benar mohon, tolong jangan berhenti dan terus lah berjuang.




AUTHOR'S POV

Wanita berambut coklat itu terdiam. Menatap seseorang yang pernah menjadi bagian terpenting dari hidupnya sedang tertidur dengan berbagai selang infus yang terpasang di tubuhnya.

Hanya suara ac dan monitor jantung yang menjadi pengisi suara di dalam ruangan itu.

"Kamu kok lemah banget sih. Bangun. Bangun Darren," ujarnya sambil menggoyangkan bahu Darren pelan.

"Badan kamu gede gini loh, masa iya bangun aja gak bisa," lanjutnya sambil menahan suaranya agar tidak bergetar.

Ashley kembali diam dan hanya mampu menatap Darren dengan perasaan yang hancur—ini lebih hancur berkali-kali lipat daripada saat dia melihatnya bersama sang cinta pertama.

"Darren bangun. Aku—aku gak mau kamu kaya gini."

"Aku tarik omongan aku Darren. Aku gak mau kamu pergi," dia kembali bermonolog.

"Ak—aku mau kamu selalu di samping aku," Ashley berusaha keras menahan air mata yang sudah sangat siap untuk membasahi pipinya.

"Aku bohong Darren. Aku bohong kalau aku bilang aku udah berhasil berpaling dari kamu," ujar Ashley dengan nada yang bergetar.

"Darren bangun, aku mohon," ujarnya kembali menggoyangkan bahu Darren lebih keras dari sebelumnya.

"DARREN BANGUNNN. AKU MAU KAMU TATAP AKU KAYA DULU. DARREN BANGUN!!!!" teriaknya bersamaan dengan air mata yang menetes dengan mulusnya.

"Darren...hiks...aku gak suka kamu...hiks...kaya gini," isaknya.

"Aku ma—masih, aku masih cinta kamu Darren," Ashley kembali terisak setelah mengatakan satu kalimat itu yang membuat hati seseorang yang sedang berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka hancur.

Malam ini, dua hati dari manusia mengalami kehancuran. Kehancuran yang berbeda. Mereka yang bahagia sebelumnya, hanya dalam sepersekian detik itu semua berubah menjadi kesedihan. Itu adalah takdir. Takdir yang begitu hebat mengubah sebuah kehidupan.

***

ASHLEY'S POV

Aku hanya memotong-motong asal burger yang telah aku pesan. Menatap kosong ke arah secangkir hot chocolate.

"Ashley, kamu mau aku order makanan lain? Iya? Gak enak ya?"

"Eh? Enggak usah, ini aku makan kok," balasku dan langsung menyuapkan makanan ke dalam mulut.

"Gimana keadaan Darren?"

"Masih sama kaya seminggu yang lalu. Belum ada perkembangan," iya benar. Sudah satu minggu kejadian itu berlalu. Dan mata indah Darren masih dengan setianya tertutup.

"Apa kita bawa Darren kembali lagi ke New York? Jeremy ngasih tahu aku, dia ada kenalan dokter yang udah ngobatin banyak pasien kaya dia," jelasnya.

Aku menggeleng.

"Gak usah. Aku mau kalau dia bangun nanti dia masih di tempat yang sama. Tempat di mana dia dengan setia berusaha menggapaiku kembali."

"Tapi—tapi kalo dia gak pernah bisa bangun lagi gimana? Aku. Aku belum siap kehilangan dia, Alex," ujarku sambil menatap halaman luas di seberang jendela.

"Aku yakin, dia pasti bakal bangun. Dia bakal bangun buat kembali untuk kamu."

Kembali untuk kamu dan kembali membawa kamu ke dekapannya.

"Ini salah aku. Coba aja aku gak egois suruh dia pergi. Di—dia hiks...dia gak bakal kaya hiks....gini, ak—"

"Shhh, ini bukan salah kamu," ujar Alex memeluk tubuhku erat dari samping.

"Saat kita akan lahir ke dunia itu sama kaya kita mendapatkan sebuah kartu identitas," ujarnya kembali sambil meletakkan kepalanya di kepalaku.

"Kartu identitas yang sudah terisi dengan siapa orang tua yang akan menjaga kita, kesuksesan apa yang akan kita capai, bagaimana bentuk tubuh dan wajah kita, siapa jodoh kita, berapa banyak dan apa saja rintangan kehidupan yang akan kita lalui, berapa lama umur yang akan Tuhan berikan untuk kita menikmati dunia yang fana. Takdir kita sudah tertuliskan Ashley," Alex kembali mengeratkan pelukannya kepadaku dan air mata itu masih tetap menetes diluar kendaliku.

"Kita hanyalah makhluk Tuhan yang harus menjalani hidup berdasarkan kartu identitas itu. Apa yang terjadi semuanya adalah takdir yang telah ditetapkan Tuhan. Kamu gak boleh lagi salahin diri kamu."

"Kamu harus bangkit Ashley. Kamu jangan menyerah. Kamu harus bisa kembali bangkit dan berjuang untuk kehidupan. Kalau kamu percaya Darren akan membuka matanya maka Tuhan akan mengabulkannya. Kamu cukup berdoa, meminta kepadaNYA dan percaya akan mukjizat," sambung Alex sambil mengecup kepala.

Mungkin, di dalam kartu identitasku tidak tertuliskan nama mu sebagai salah satu takdirku. Dan mungkin selamanya hanya aku yang mencintai dalam hubungan ini.

***

I'm so sorryyy, udah lama banget aku gak update

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I'm so sorryyy, udah lama banget aku gak update. Tugas sekolahku menumpuk guys:(

Keep reading ya kaliann <3

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang