BAGIAN 28: Melepaskan

147 5 2
                                    

Tolong, jangan biarkan kegelapan dan kehampaan kembali datang ke dalam kehidupanku.




Aku kembali meneguk air mineralku untuk menjernihkan pikiranku agar tidak terbawa emosi.

"Jika anda kemari hanya untuk mengomel, silahkan kembali," ujarku dingin sambil menunjuk ke arah pintu keluar kantin dengan daguku.

"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran mu Ashley. Apakah Ava saja belum cukup untuk mu? Apa perlu kamu juga harus membuat Darren celaka seperti ini? Hah?!" bentak Marcus.

"Tiga tahun berlalu dan kau masih sama. Saya pikir, kau sudah berubah dengan gagalnya pernikahan Ava dan anak yang tumbuh di rahimnya."

"Anak kesayangan anda ternyata malah membuat malu keluarga," aku menunjukkan smirk.

Rahang kokohnya mengeras.

"DIAM KAMU!"

"Jika kamu tidak berusaha mencoba memisahkan mereka, maka Ava dan Darren sudah resmi menjadi sepasang suami istri sekarang!!" dan aku tidak akan melihat Darren terbaring lemas tak berdaya seperti sekarang.

"Apa kau pikir aku tidak tahu jika kamu bisa membangun perusahaan mu itu dengan menjual diri ke sahabat kecilmu."

"Kau lebih memalukan dan sungguh murahan."

Dari mana dia mendapatkan pikiran konyol seperti itu.

"Cukup membela anak kesayangan anda dan berhenti menghina saya."

"Mau saya menjual diri atau apapun itu, bukan hak anda untuk ikut campur," aku bukanlah Ashley yang lemah seperti tiga tahun yang lalu dan aku tidak peduli apa yang dipikirkannya.

"Saya heran apa alasan anda sebenarnya ke mari?"

"Saat Darren sudah kembali pulih, tinggalkan dia."

"Untuk apa?"

"Menyatukan apa yang sudah seharusnya bersatu."

"Oh ya? Lalu, apakah status Ava sekarang sudah berubah menjadi janda?" aku kembali menunjukan smirk.

"Ingat, kau adalah anak pembawa sial dan selamanya kau akan membawa kesialan bagi semua orang. Ingat itu!" ujarnya lalu bangkit dan pergi.

"Kau adalah anak pembawa sial dan selamanya kau akan membawa kesialan bagi semua orang," aku mengulang kembali apa yang dad katakan.

"Aku rasa itu memang benar."

***

Bagaimana aku mengatakannya. Aku tidak bisa tapi aku harus. Aku tidak boleh mengikatnya di saat aku sadar kepada siapa hati ini memilih.

"Mau ngomong apa emang? Mau pesen dulu atau gimana?" tanyanya lembut.

Ya Tuhan, aku merasa sangat berdosa menyakiti hatinya yang tulus.

"Ak—aku mau kita berhenti."

"Berhenti? Aku gak ngerti," dia mulai memasang ekspresi serius.

"Aku gak bisa sama kamu lagi. Aku—aku masih cinta sama Darren. Maaf," aku segera menunduk.

Ternyata, hari ini adalah waktunya. Aku berharap Tuhan akan memberikan waktu lebih lama untuk menjadikan dia sebagai kekasihku.

"Ashley liat aku," ujarnya sambil mengangkat daguku.

"Kalau keputusan kamu gitu, aku bakal terima," dia tersenyum. Bahkan, di situasi seperti ini dia masih bisa tersenyum tulus.

"Kamu juga gak usah minta maaf. Hati memiliki peran sendiri yang belum tentu bisa kita kendalikan."

"Aku bener-bener minta maaf Alex. Ak—aku udah bi—"

"Aku gak papa, serius. Aku cuman minta satu ke kamu. Aku mau hubungan kita masih sama gak ada yang berubah, aku mau kamu selalu ada di samping aku dan kamu bisa berbagi segalanya saat butuh aku. I'm still your best friend, remember."

Setidaknya, walau aku tidak bisa lagi memilikimu sebagai kekasih. Aku masih bisa selalu berada di samping mu sebagai seorang sahabat. Itu lebih dari cukup.

Aku tersenyum manis.

"Aku gak ngerti kamu itu orang atau bukan. Kamu lebih dari baik Alex, and you deserve someone better," ujarku.

"Makasih buat semuanya Alex, makasih kamu udah mau ngertiin dan selalu ada buat aku. Aku janji gak bakal ada yang berubah diantara kita."

Maaf Alex. Aku sungguh minta maaf. Aku merasa menjadi orang paling jahat di dunia ini karena sudah menyia-nyiakan orang seperti kamu. Tapi aku tidak bisa bertahan lebih lama dan membuat luka yang lebih dalam untuk kita.

Ini lah kisah akhir ku dan Alex. Akhir dari kisah cinta kita.

Kau lihat Darren, aku sudah melepaskanya. Aku mohon bangun dan jadikan aku kembali menjadi kekasih mu.

Aku akan menunggumu.

Di tempat lain, di waktu yang sama.

"Pasien mengalami penurunan."

"Dok, detak jantung pasien melemah."

"Cepat, siapkan defibrillator!!" perintah dokter.

***

I'm so sorryy udah lama pake banget gak update hehehe.

Happy reading kalian <3

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang