BAGIAN 16: Dia

169 11 4
                                    

Saat aku sudah hampir melepaskanmu sepenuhnya, kenapa kau harus hadir kembali dan membuat luka itu kembali terbuka?




Matahari bersinar cerah menemani kaum manusia untuk memulai aktivitas. Sepertinya, kecerahan sang surya belum bisa mengalahkan musim dingin di bulan ini. Aku mengeratkan mantel yang kugunakan seraya berjalan menuju bangunan empat puluh lantai.

"Morning madam," sapa mereka dengan membuka mantel masing-masing.

"Morning," balasku sambil melakukan kegiatan seperti mereka.

Selama perjalanan menuju lift tidak henti-hentinya para karyawan menyapaku dan menunjukkan senyum terindahnya.  Banyak yang mengatakan aku termasuk golongan CEO killer. Eits, tidak. Aku bukan tipe CEO wanita yang dingin tetapi aku memang sedikit tegas dalam perihal pekerjaan. Aku tidak ingin karena aku seorang wanita mereka merendahkanku.

"Bu Ashley, rapat dengan Harold Corp akan diadakan pada pukul sebelas," ujar Lily, sekretarisku.

"Baik, tolong pastikan ke tim yang akan mewakili perusahaan ke Douglas Corp hari ini untuk melakukan yang terbaik dan meminimalkan kesalahan," pintaku sambil mendaratkan pantat di kursi.

Sebenarnya, pihak Douglas Corp meminta aku untuk menghadiri pertemuan hari ini tetapi setalah aku mengecek kembali jadwal antara Harold Corp dan Douglass Corp bertabrakan. Untung saja Dean sudah kembali dari honeymoonnya dan dia bisa menggantikanku ke Douglass Corp. Alasanku lebih memilih Harold Corp karena dari kabar yang aku dengar CEO dari perusahaan ini adalah sahabat dekat dadku. Tiga tahun berlalu dan selama itu juga aku benar-benar menutup koneksi yang menghubungkanku dengan keluarga Addison. Perihal pernikahan Darren dan Ava aku tidak tahu kapan mereka telah mengucapkan janji suci itu.

Alexander Orlando
Apakah kau sudah sarapan?

Aku tersenyum melihat pesan dari Alex.

Ashley Orlando
Tentu saja sudah.

Alexander Orlando
Jangan coba-coba untuk membohongiku atau aku akan menculikmu sekarang juga.

Ashley Orlando
Wah, tawaran yang menggiurkan. Aku tidak berbohong dan dengan sangat terhormat apabila kau dapat menculikku setelah jam kerja.

Alexander Orlando
Sayang sekali, kau kalah cepat dengan sekretarisku. Dia telah membuat jadwal makan malam dengan clientku. Besok bagaimana?

Ashley Orlando
Ck,baiklah.

Alexander Orlando
Aku pastikan pulang dengan membawa es krim kesukaanmu.

Hahaha. Liat dia sedang mencoba membujukku. Aku segera mengunci iphoneku setelah membaca pesan terakhirnya karena jam kerja sudah dimulai

***

"Saya harap kerjasama ini dapat berjalan dengan lancar," ujar Austin, CEO Harold Corp sambil bersalaman denganku.

"Saya harap juga begitu," balasku dan tersenyum.

Sial, kenapa aku tidak mencari info terlebih dahulu bahwa CEO Harold Corp sudah diganti semenjak satu bulan yang lalu. Andai saja aku memilih untuk melakukan pertemuan ini lebih cepat, aku sudah mendapatkan beberapa info tentang Addison kepada CEO yang lama. Ck.

Setelah pertemuan tadi aku memutuskan untuk makan siang bersama Valeria. Ya Tuhan, akhir-akhir ini kesibukan Valeria mengalahkan aku dan Alex. Pertemuan terakhir kami adalah saat mengunjungi Holyrood Palace.

"God, i miss you so bad," ucap Valeria sambil memelukku.

"Miss you too, kamu sih sibuk banget," ujarku dan membalas pelukannya.

Kami berjalan menuju meja telah dibooking atas namaku.

"Gimana-gimana sama dokter itu? Lanjut gak?" tanyaku antusias.

"Setelah pertemuan itu sih, kita jadi sering chatan terus dia juga sering kasih kode-kode gitu,"

"Kode? Punya feelings ke kamu?"

"Nah, itu dia Ashley. Aku bingung. Aku ngerasa dia punya feelings tapi aku gak mau naruh harapan."

"Masalahnya, setiap dia ngasih kode gitu diakhiri candaan. Jadi, aku bingung dia itu serius apa enggak," lanjutnya.

"Coba deh kamu ajak ketemuan lagi, pas dia kasih kode kamu tatap mata dia. Biasanya, keliatan tuh dia tulus kasih kode apa cuman bercanda."

"Tapi aku takut kalau dia emang anggap kode yang dia kasih as a joke."

"Loh, kamu emang udah suka sama dia?" tanyaku bingung karena seingatku dia tidak pernah cerita tentang perasaanya baik lewat chat maupun call.

"I guess, ya."

"Kok kamu gak bilang sih?"

"Ya, ya kan aku masih bingung juga."

"Tapi kan—" ucapku terputus saat makanan yang kami pesan telah jadi.

"Nanti lagi ya, aku laper hehe."

"Ck, dasar kamu ya aku laporin Alex," gerutuku.

Berdasarkan pengamatanku selama ini kami bersahabat. Valeria memang bukan tipe yang mudah untuk mengatakan 'aku suka dengan dia' kepada kami. Biasanya dia akan mengakui perasaanya kepada kami setelah enam bulan dia benar-benar yakin bahwa she likes someone. Jadi, aku tidak heran jika Valeria masih belum bercerita kepada kami.

***

Setelah makan siang yang membahas kencan Valeria tadi, aku segera kembali ke kantor. Aku mendapatkan pesan bahwa CEO dari Douglas Corp datang ke kantor untuk bertemu denganku langsung. Padahal, kerjasama antara perusahaan kami sudah resmi terlaksana, itu bertanda perwakilan perusahaanku tidak membuat kekacauan.

"Di mana dia?" tanyaku segera saat pintu lift terbuka dan telah disambut oleh Lily.

"Sudah menunggu di ruangan Ibu."

Aku mengangguk dan segera melangkahkan kaki menuju ruanganku.

Aku terkejut saat membuka pintu ruangan. Seorang pria duduk di sofa dan menatap lekat mataku. Ya, itu dia. Seseorang yang sudah aku lupakan bersusah-susah payah, seseorang yang hanya datang untuk bersinggah.

"Selamat siang, Bu Ashley," sapanya dengan senyum yang melekat di wajah tampannya.

Astaga, apalagi ini Tuhan. Haruskan dia kembali di saat aku sudah siap membuka lembaran baru?

***

Hope you guys enjoy it!

Hope you guys enjoy it!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang