BAGIAN 29: Terima Kasih

263 7 2
                                    

Melihat mu di sisiku, sudah lebih dari cukup. Dan melihat mu kembali tertawa karena aku, aku sudah sangat berterima kasih pada-NYA.





"Dark blue lebih bagus deh nanti di-match sama silver or gold."

"Aku nurut aja."

"Atau bagusan baby pink sama grey?"

"Tapi maroon and navy juga."

"Aku nurut aja, kamu lebih suka yang mana."

"Gitu aja terus jawabnya, percuma tau gak, kamu ikut ke sini tapi jawabnya gitu mulu," gerutuku sambil melipat tangan—bersedekap.

"Bagus semua soalnya."

"Makanya itu aku nanya kamu, ish!!"

Aku mulai melihat-lihat wedding dress yang akan menarik perhatianku.

"Apa liat-liat kaya gitu."

"Kamu ngambek?"

"Gak."

"Tuh, jutek," ujarnya sambil mengikutiku memilih dress.

"Udah sana, pergi aja. Ganggu."

"Yakin? Nanti nangis gak kalo aku pergi kaya dulu?" ujarnya menggoda.

"Tuh kan, omongan itu doa Darren."

Pada hari ini, tepat enam bulan yang lalu dia kembali membuka matanya. Aku benar-benar bersyukur karena Tuhan mengabulkan keinginanku.

"Makanya jangan ngambek, ayo aku bantu pilihin dress-nya. Janji deh gak jawab kaya tadi mulu," ucapnya sambil merangkul pinggangku.

"Do you want to invite your parents and sister?" tanyanya saat aku sibuk memilih.

Aku menoleh.

"I don't know but i think yes, entahlah," aku mengedikkan bahu.

"Ingat, mereka masih kelurgamu, jangan sampai kamu mempunyai dendam untuk mereka."

"Aku gak ada dendam kok karena aku tahu, itu semua adalah jalan yang harus aku lalui."

***

Hamparan pasir putih, suara deburan ombak, serta senja selalu menjadi hal favoritku. Dan bersama dia, melengkapi itu semua.

Aku tidak pernah menyangka jika aku bisa kembali menikmati senja bersamanya.

"Tinggal seminggu lagi, kita bakal resmi jadi sepasang kekasih," ujar Darren sembari menatapku intens.

"Waktu cepet banget ya jalannya. Aku ngerasa baru aja kemarin, kamu dateng sebagai calon kakak ipar aku, eh sekarang malah udah jadi calon suami."

"Lucu ya hidup itu."

"Ashley," aku menoleh.

"Aku bener-bener minta maaf buat waktu itu. Aku janji bakal buat kamu bahagia."

"Udah gak usah bahas itu lagi dan kalau memang kamu mau buat aku bahagia, aku harap itu bukan hanya ucapan belaka."

***

Dia menatap kosong pemandangan kota Edinburgh.

"Kamu gak mau balik ke Newyork?"

"Di sini lebih nyaman."

"Dan di Newyork terlalu banyak kenangan antara aku dan dia."

"Bukannya di sini sama aja ya, Lex?"

"Beda. Di sana aku hanya sebatas sahabat dia tapi di sini aku pernah menjadi orang yang penting dalam hidupnya," Alex tetap menatap ke depan tanpa mengalihkan pandangannya.

"Alex, kamu gak mungkin kan stuck sama dia terus? Kapan kamu move on?"

"Akan ada waktunya, saat hati ini sudah lelah mencintai dia akan berhenti sendirinya, Va."

"Aku hanya sedang menunggu, kapan hati ini akan lelah."

"Jangan sampai kamu gak datang ke pernikahan dia sama Darren ya Lex, aku yakin Ashley pasti mengharapkan kedatangan kamu," ujar Valeria sambil menepuk pelan pundak Alex.

Alex menggangguk, "aku pasti dateng kok."

Alex kembali larut dalam semua kenangan yang pernah ia lalui bersama sang pujaan hati.

***

AUTHOR'S POV
Ashley mengenakan sweater berwarna biru navy yang dipadukan dengan celana pendek putih. Ia menyenderkan kepalanya ke pundak Darren.

"Kamu ngapain si?" tanya Darren sambil mengelus lembut rambut Ashley.

"Ini lagi chatting-an sama Valeria, katanya lusa dia sampe."

"Kamu bisa ikut jemput gak lusa?" lanjut Ashley sambil menatap mata Darren.

"Aku usahain ya sayang, semoga gak ada rapat penting."

"Siap!! Aku kangen banget sama dia, liat deh itu terakhir kali aku foto sekaligus ketemu sama dia," ujar Ashley sambil menunjukan fotonya bersama Valeria.

"Baru juga enam bulan yang lalu, Ashley."

"Ih, itu lama tau!"

"Tapi udah kebiasa sih aku gak ketemu orang lama, lina tahun aja aku sanggup."

"Hahaha, aku bercanda. Gak lagi kok."

"Kan janji gak—"

"Aku kan bercanda doang, baby."

Terima kasih Tuhan, telah kembali membawanya ke sisi ku.

***

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang