BAGIAN 13: Pergi

159 8 7
                                    

Aku akan berusaha ikut bahagia saat melihat kamu berbagi tawa dengannya. Tapi, satu hal yang harus kamu tahu. Aku juga benci untuk menyatakan kalimat ini.




Bugh

"Itu buat lo yang udah nyakitin dia."

Bugh

"Itu buat lo yang udah buat dia kembali nangis."

"Lo tahu? Dia gak pernah nangis hampir selama tiga belas tahun dan lo. Gara- gara lo dia nangis untuk pertama kalinya," ujar Alex sambil menunjuk Darren

Alex mendengar pembicaraan mereka. Sebenarnya, Alex sudah kembali saat Darren tiba di sana.

Bugh

"Lo bego banget. Lebih milih jalang kek Ava ditimbang Ashley yang cinta tulus sama lo."

Rahang Darren mengeras mendengar cinta pertamanya disebut sebagai jalang.

"Dia terlalu setia sama lo. Bahkan, gue gak bisa ngambil hati dia."

Bugh

Darren hanya diam menerima pukulan yang dilayangkan oleh Alex.

"Saat lo menyesal nanti, jangan harap gue bakal lepasin Ashley buat lo."

Bugh

"Dan itu buat lo yang udah bener-bener bikin Ashley hancur berkeping-keping."

"Oh iya, gua rasa lo harus nanya ke tunangan jalang lo itu, alasan sebenarnya kenapa nama Addison bisa berubah menjadi Orlando," ucap Alex diakhiri smirk.

Alex meninggalkan Darren dan berjalan menuju mobil.

***

Aku kembali meneguk segelas vodka. Entahlah, ini sudah gelas keberapa yang aku minum. Aku tidak peduli. Penantian lima tahunku memang berakhir dengan sia-sia. See, aku bukan mendapatkan kebahagiaan, aku kembali ke dalam lubang yang sama. Sakit.

Aku pernah mengatakan bahwa hidup tidak mungkin berakhir sama seperti dinovel. Berakhir bahagia. Tapi, aku menaruh sedikit harapan itu. Bahwa suatu saat nanti aku dapat berakhir bahagia.

You have to fight through some bad days to earn the best days of your life. Itu adalah quotes yang selalu aku pegang selama dua puluh tiga tahun, aku hidup. Dulu, aku selalu berpikir kepahitan dalam hidupku adalah hari-hari yang buruk, yang harusaku lewati. Dan aku selalu menanti the best days. Tapi, apa buktinya. Hingga, saat ini aku masih kembali tenggelamdalam the bad days.

"Jack, segelas lagi," pintaku.

"Gak, nanti aku jelasin ke Alex gimana," ujarnya sembari mengambil wine.

"Come on, I need it."

"Gak," Jack berjalan meninggalkan meja bar.

Aku berjalan menuju lantai dansa di bawah.

Alunan musik Tsunami dari DVBBS & Borgeous terdengar jelas.

Aku menggerakan badan ke kanan dan ke kiri mengikuti dentuman musik.

"Do you wanna play with me?" ujar seorang pria dengan mata abu-abu.

"No."

"Sama aku aja gimana?" ujar pria yang menggunakan kemeja putih seraya menyentuh pipiku.

"Gak."

"I SAID NO, FUCK OFF," teriakku saat pria dengan kemeja putih itu berusaha mencium bibirku.

"Calm, girl," diakhiri kekehan iblisnya.

***

"Ashley, kamu yakin?"

"Oh God, Alex. Can you stop say it? Kamu udah nanya itu lebih dari lima kali. Aku kan ikut."

"Kalo aku tetep di sini sama aja aku bakal stuck sama masa lalu dan dia, lagian Valeria kan ikut juga Lex," ujarku sembari menepuk pundak Alex.

"Kamu ini juga aneh, toh gak sampai enam bulan kamu juga bakal nyusul kita kan," aku tertawa.

"Apa Alex gak usah kita bolehin nyusul aja ya? Soalnya, dia itu bakal rempong banget deh nanti di sana," aku kembali tertawa mendengarkan kalimat Valeria.

"Heh? Apa kamu bilang? Aku bisa loh membuang kamu dari planet ini Va," gerutu Alex dengan wajah kesal.

"Udah ah, kalian berantem melulu. Awas, nanti saling jatuh cinta ni," ejekku dan berjalan mendahului mereka.

Hahaha. Kayanya kamu memang tidak peka ya, Ashley.

"Take care ya Lex di sini, inget cuman enam bulan doang kok pisah benuanya," ujarku sembari menerima tiket dari Alex.

"Cup cup cup. Jangan sedih gini dong mau ditinggal dua bidadari," Valeria selalu saja menggoda Alex.

"Ck, bidadari dari mana lo Va? Ashley, mah iya lah kamu? Seribu persen bukan bidadari," balas Alex sambil menunjuk Valeria.

"Udah ah, kita pergi dulu ya Lex," leraiku dan memeluk Alex.

"Safe flight, kalo udah sampe call me," Alex memlambaikan tangannya.

"Siap, Bapak CEO," ujar Valeria sedangkan aku hanya menunjukkan jari jempol ke atas.

***

Darren tidak bisa tertidur setelah kejadiaan dia menemui Ashley. Dia kembali teringat tatapan dari mantan kekasihnya. Tatapan yang menyiratkan luka yang sangat sakit. Tentu saja, Darren merasa bersalah. Dia menyesal telah menorehkan sebuah luka.

Darren kembali teringat ucapan Alex.

"Oh iya, gua rasa lo harus nanya ke tunangan jalang lo itu, alasan sebenarnya kenapa nama Addison bisa berubah menjadi Orlando,"

Dia terus merubah posisi dari menyamping ke kanan kemudian ke kiri dan kembali melakukan hal yang sama berulang kali.

"Kamu kenapa Darren? Are you okay, baby?" ucap Ava seraya mengelus pundahk Darren. Dia terbangun akibat Darren yang tidak dapat diam.

"Ya—Ya, I'm okay." Darren membalikkan badan dan membawa Ava ke pelukannya.

Aku harus bertanya kepada Ava, ya aku harus.

***

I'm back everybody!!!
Hope you enjoy this chapter

I'm back everybody!!!Hope you enjoy this chapter

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang