BAGIAN 12: Fall into pieces

175 11 11
                                    

Aku sudah terbiasa untuk terlupakan karena 'terlupakan' sudah menjadi bagian yang melekat dalam diriku.




Pria dengan kemeja putih, berjalan terburu-buru di lorong rumah sakit.

Khawatir. Itulah yang terbaca dari raut wajahnya.

"Tante, gimana keadaan Ava?" tanyanya seraya mengatur nafas.

"Kata dokter hiks... dia terkena gagar otak ringan."

Oh God.

"Siapa yang menabraknya?"

"Ashley, Tante yakin dia ."

"Kenapa Tante mencurigai Ashley?" tanya Darren dengan rahang yang mulai mengeras.

"Ava bilang hiks... dia tadi ingin menemui Ashley," ujar Rachel.

"Menemui As—Ashley ?"

Yang hanya diangguki oleh Rachel.

"Tante tahu di mana dia?" Ujar Darren seraya mengusap wajahnya kasar.

Rachel menggeleng.

***

"Ashley, are you okay?"

"I'm fine, Alex. Don't worry," Ashleh mengulum senyum kecil sembari menahan rasa sakit yang menyerang kepalanya.

"Pelakunya udah diamankan polisi, kok bisa sih kamu kecelakaan git—"

"Ava. Ava gimana?" tanya Ashley sembari bangkit dari brangkar.

"Ck, ngapain sih mikirin jalang kaya dia?" Alex emosi. Dia sudah muak dengan Ava.
Bahkan, keluarganya hanya menyalahkan Ashley tanpa mengetahui bahwa tidak hanya Ava yang terluka.

"Lex, aku tanya gimana Ava?" ujar Ashley dingin.

"Aku gak tahu dia gimana sekarang tapi tadi dia masih ditangani dokter."

"Ashley, kamu mau ke mana? Kamu belum sehat," ucap Alex sambil bangkit dari kursi menyusul Ashley.

Ashley berjalan dengan terhuyung-terhuyung. Rasa sakit terus-menerus menyerang kepalanya. Dia memegangi kepalanya dengan tangan kanan dan tangan kirinya dijadikan tumpuan ke tembok.

"Ma, Ava gimana?" tanya Ashley khawatir. Wajah Ashley sudah sangat pucat.

Plak

"DASA KAMU MEMANG BENAR-BENAR ANAK PEMBAWA SIAL. APA YANG KAMU MAKSUD DENGAN MENABRAK AVA. HAH. KENAPA?!" teriak Rachel dengan tangan menjambak rambutnya. Sepertinya sebuah tamparan belum cukup untuk mengurangi emosi Rachel.

"Mom, aww sakit. Lepasin mom," lirih Ashley dengan tangan berusaha melepaskan jambakan dari sang ibu.

"JAWAB KENAPA?!"

"Ashley, ti—tidak menabrak Ava, mom," ujarnya menahan perih di rambut serta pipinya yang memanas ditambah rasa sakit yang masih setia melekat di kepala Ashley.

"Bukan Ashley yang menabraknya," jawab suara yang berbarengan dengan Ashley.

"BOHONG KAMU. SAMPAI TERJADI SESUATU BURUK KE AVA. NYAWA KAMU SEBAGAI GANTINYA. PERGI!!"

"Bawa anak sial ini pergi," ucap Rachel ketus seraya mendorong bahu Ashley.

Ashley terhuyung ke belakang. Berhuntung Alex dengan sigap menangkapnya.

"Kamu gak pa—"

"Alex, pergi," lirih Ashley sambil menarik lengan Alex.

Di saat yang sama. Di tempat yang berbeda.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang