“Ini apaan, sih? Pakai tutup mata segala,” gerutu Yoona yang matanya ditutup pake kedua tangan Chanyeol yang besar.
Chanyeol mendesis. “Udah, diem aja kamu.”
“Ini aku gak mau dibunuh, ‘kan?” Yoona ngajuin pertanyaan yang bikin Chanyeol jadi geregetan.
“Kita baru nikah, Yang. Aku belum mau jadi duda.”
Chanyeol gelengin kepalanya. Denger Yoona yang terus ngoceh yang enggak-enggak bikin dia sebel sendiri.
Niatannya Chanyeol itu pengen bersikap romantis dikit ke Yoona. Tapi karena emang dasar istrinya cuek, jadilah momen romantis itu gak berjalan sesuai dengan yang diharepin Chanyeol. Ya, udahlah. Gak apa-apa, deh. Asal Yoona bahagia, Chanyeol gak masalah.
“Tadaaa...”
Sekarang Chanyeol berdiri di depan Yoona sambil ngerentangin kedua tangannya. Dia kasih senyuman termanisnya buat sang istri. Tapi ekspresi Yoona malah biasa-biasa aja.
“Ngapain ngajakin aku ke sini?”
Chanyeol noleh sekilas ke belakang. “Ini rumah kita.”
Bangunan dua lantai di belakang Chanyeol tampak bagus. Itu adalah rumah Om Wooyoung yang udah resmi dibeli sama Chanyeol.
Kirain Chanyeol, Yoona bakalan meluk dia dan bilang makasih. Namun kenyataan pahit ditelen Chanyeol pas Yoona malah ngasih tatapan gak suka. Chanyeol mulai ngerasa bakalan ada sesuatu yang buruk terjadi.
“Kenapa gak bilang dulu ke aku?” tanya Yoona agak kecewa. Dia liatin Chanyeol dengan ekspresi datar. “Seharusnya ‘kan ini dibicarain dulu.”
“Aku beli rumah ini spesial buat kamu, Sayang,” kata Chanyeol kalem. Tangannya ngusep kepala Yoona, tapi langsung ditepis istrinya. Chanyeol menghela nafasnya. “Ini kejutan dari aku buat kamu.”
“Harga rumah ini berapa?” tanya Yoona dingin. “Udah lunas belom?”
“Sekitar 250 juta,” jawab Chanyeol pelan. “Ini rumah punya Om aku. Dikasih harga miring. Untuk 150 juta udah aku kasih. Sisanya ditalangin sama Papa.”
Sejenak, Yoona diam. Merhatiin rumah dua lantai di depannya itu. “Terus?” tanya Yoona lagi yang kini tatepannya balik tajam ke Chanyeol.
“Aku bakalan nyicil ke Papa dari talangannya itu. Ya, sebulan sekali. Soalnya udah jadi kesepakatan.”
Yoona ngangguk singkat. “Biar sisanya itu aku yang bayar ke Papa.”
Kedua mata Chanyeol membulat. “Hah?”
“Aku juga mau ikut andil dalam pembelian rumah ini.”
“Beneran, gak usah, Yang. Serius, deh.”
“Gak, pokoknya aku akan bayar ke Papa 100 juta.”Chanyeol jadi bingung sendiri sama urusan ini. Gak nyangka bakalan begini jadinya. Dia pikir Yoona bakal terima-terima aja. Terus paling gak tanyanya soal barang-barang di dalem. Tapi kok malah Yoona nanyain tentang harga rumah, sih?
“Gini aja, deh,” Chanyeol coba negosiasi sama istrinya, “100 juta itu biar aku sendiri yang bayar ke Papa. Kamu kalo mau andil juga, bayarnya ke aku aja.” Chanyeol senyum penuh arti. Yoona cuman diem. “Kamu jadi istri yang baik buat aku, nyiapin aku makan 3x sehari, ngurus aku dengan baik. Udah. Sama ngasih aku anak. Itu aja cukup.”
Wajah Yoona masih datar. “Gak, aku gak mau.” Nyatanya Yoona tetep keras kepala sama keputusannya. “Aku tetep bayar sisanya itu ke Papa sendiri. Itu udah jadi keputusan final aku.”
“Kalo aku gak mau?” tantang Chanyeol.
Jelas aja Chanyeol gak mungkin bebanin tanggungan uang sebanyak 100 juta dari sang Papa ke Yoona. Sebagai seorang suami, jelas Chanyeol merasa dirinya gak berguna. Apalagi dia tau keadaan istrinya gimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
° Cinta Atau Uang °
Teen Fiction"Zaman sekarang, modal cinta saja itu tidak cukup, Pak," / "Ya, cinta harus disandingkan dengan uang," -Yovina Shalimah (Yoona). "Jadi alasan kamu nolak cuman karena uang?" / "Bukannya uang itu bisa dicari? Lagian rizki itu 'kan udah diatur sama Tuh...