Chapter 9²

2K 226 403
                                    

Kelas regular AirsStreet tak ada bedanya dengan kelas-kelas normal di Royal High School

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas regular AirsStreet tak ada bedanya dengan kelas-kelas normal di Royal High School. Jika kelas lainnya bersifat kejuruan, kelas regular sama halnya mendapat ilmu umum. Lain lagi dengan kelas penjaga, pemimpin, atau pun ksatria. Eva bilang tidak akan banyak praktik di dalamnya. Tinggal ikuti pelajaran seperti biasa.

Hari masih pagi. Bel penanda pelajaran berlangsung pun belum berdering. Ren masih duduk-duduk di bangkunya dengan wajah lesu. Tak ada Musa, satu-satunya orang yang nyambung dengannya. Ia ada di kelas pemimpin. Anne bilang, negeri asal Musa memiliki sistem pemerintah empat mata angin. Maknanya akan ada empat pemimpin utama di negeri yang dikatakan amat luas dan kaya itu. Musa masuk ke dalamnya karena raja yang memerintah di wilayah pusat saat ini hanya memiliki dua putra mahkota.

Eva, Anne, dan Cecil tak jauh-jauh dari tempat duduk Ren. Namun, ia merasa diabaikan. Mereka tengah mengobrolkan tentang sederet siswa populer yang rencananya akan mereka jadikan penunjang untuk naik rank kasta. Ren tak ingin bergabung. Sungguh!

"Hoo ... Lihat! Kelompok payah itu kedatangan anggota baru." suara sinis menusuk telinga Ren. Tanpa mengusut pun Ren tahu, perkataan itu ditujukan untunya dan tiga temannya.

"Siapa yang kau sebut payah, Ribbon?" Cecil yang bersumbu pendek berdiri dari kursinya. Maniknya menatap tajam ke arah perempuan berpenampilan nyentrik yang diikuti beberapa perempuan di belakangnya.

Sebelum berangkat tadi, Anne memberi tahu Ren suatu hal. Tentang ketua kelas, Ribbon, yang tak pernah suka dengan mereka bertiga. Itu artinya, dia juga tak akan suka pada Ren. Ren menengadah, memperhatikan perempuan bergaya nyentrik dengan aroma parfum yang kuat. Gadis itu tak kuat membaunya. Rambut Ribbon yang berwarna hitam dipoles dengan warna merah dan ungu di bagian kanan, hal itu membuatnya seperti bintang rock and roll kalau saja liptint merahnya diganti ungu.

"Hoho, masih ada di kasta orang biasa, Cecil dan kawan-kawan?" Ribbon memainkan ponselnya yang diberi gantungan kucing berwarna nila. Ren salah fokus, itu gantungan yang cantik!

"Jangan sombong! Kami akan menyusulmu." Eva ikut beranjak. Ia bersedekap.

"Bisa tidak, kita tidak membicarakan kasta?" tanpa sadar gumaman pelan Ren terdengar ke seluruh penjuru kelas. Suasana sunyi yang sempat terjadi membuat suaranya sanggup di dengar.

Semua pandangan beralih pada Ren. Gadis itu meneguk susah payah ludahnya. Pasang-pasang mata itu tak sekadar menatapnya biasa, namun menusuk seperri ribuan pasang belati.

"Kenapa?" Ribbon melotot. Manik violetnya berkilat marah.

Ren menghela napas. Orang-orang seperti Ribbon bukanlah ancaman! Jika tidak dilawan dengan benar, dia akan jadi racun. "Karena aku sangat tidak peduli," jawab Ren, memberanikan diri untuk melawan.

Bisik-bisik terdengar dari bibir-bibir tukang gosip. Entah apalah yang mereka katakan, tapi Ren yakin itu semua menyangkut dirinya dan mayoritas adalah gunjingan.

Prince or Princess: MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang