am·o·rist
/ˈamərəst/
(n) a person who is in love or who writes about love.Amorist part 1: His Engagement
Angin yang berdesir serta merta membawa aroma garam yang menyengat. Ombak-ombak kecil berdebur, menghantam dasar kapal. Lagaknya seolah mengajak ia berhenti barang sejenak dan menengok keindahan laut. Burung-burung camar juga tak mau kalah menarik perhatian orang-orang di geladak kapal. Mereka beterbangan di atas permukaan air dalam kawanan, sesekali bersuara dan mencoba mengintai ikan. Suasana laut yang begitu memukau, bukan begitu?Bagi Ren, keadaan macam itu adalah sesuatu yang memuakkan. Tak jarang bau garam laut membuatnya pusing, belum lagi laut yang tak bisa diam kerap kali membuat perutnya bergolak. Walaupun mabuk lautnya sudah menghilang beberapa bulan silam, tetap saja laut tak bisa begitu saja ia sebut tempat yang nyaman. Kadang kala laut begitu misterius, tak dapat ditebak. Kadang tenang, kadang bergelombang, tak mengherankan juga mengamuk bersama badai. Banyak pengalaman tentang sisi-sisi tak beraturan laut yang sudah Ren alami.
"Kau sudah merasa lebih baik?"
Ren tertoleh oleh sebuah suara. Ia disambut senyuman oleh si empunya suara yang berdiri di sisinya. Gadis itu mengangkat bibir. "Hei, Capt," sapanya, "aku sudah tak apa."
Laki-laki dengan rambut sewarna tembaga itu bersandar pada pembatas, lengannya bersedekap. "Merindukan daratan? Tak biasanya kau mabuk laut."
Ren menatap laki-laki itu sejenak sebelum menggeleng. "Kita baru saja meninggalkan pelabuhan dua minggu yang lalu." bahunya mengendik.
Setelah bergabung dengan IETDO (International Element and Technology Development Organization), perjalanan laut sudah menjadi sebuah kebiasaan yang tak lagi dapat dipungkiri. Menyeberang dari benua ke benua, membelah samudra, menerjang badai. Sifat laut mana yang belum pernah ia jumpai.
Awalnya memang tak mudah. Ren ingat sekali saat pertama kali menjejak geladak. Itu terjadi beberapa bulan selepas kelulusannya dari Royal High School. Ia menerima undangan IETDO untuk menjalani serangkaian karantina sebelum benar-benar terjun pada misi. Karantina dilakukan di benua seberang, Ruby. Membuat semua peserta mesti menyeberangi samudra untuk tiba di sana. Hal yang pertama kali Ren rasakan saat tiba di pelabuhan adalah mual. Ia tidak begitu terbiasa dengan aroma laut. Pun aroma garam yang menusuk hidung. Keadaan gadis itu makin parah saat kapal mulai berlayar. Gelombang laut membuat kapal terus berguncang dan mengocok perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess: MEMORIES
Fantasi-- Second Book -- (𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) Kehidupan Re...