Chapter 25²

1.4K 191 24
                                    

Selepas menghabiskan waktu rehat selama hampir dua hari di kuil, kehidupan Ren di AirStreet kembali seperti biasanya. Tak ada hal besar terjadi, kecuali betapa hebohnya trio biang rusuh saat kelas dansa dimulai, lagi memperbincangkan pasangan dansa mereka. Musa bilang, undian pasangan dansa sudah dilakukan tepat siang hari saat Ren masih terbaring di kuil. Malang nian nasib gadis itu, ia sudah tertinggalan kelas dansa di hari pertama dan tak dapat pasangan dansa. Gadis itu hananya bisa tersenyum kecut saat trio biang rusuh memperbincangkan pasangan dansa mereka.

"Aku tak sabar," seru Eva sambil menepuk-nepuk bantal di pangkuannya.

"Aku juga, perutku bergejolak," timpal Anne tak mau kalah.

"Ngomong-ngomong, dress code pesta dansa kali ini pakaian formal daerah, bukan?" Cecil bertanya dengan pandangan menimbang-nimbang. Seolah sibuk berpikir keras tentang pakaiannya.

"Yap," sahut Eva, "aku sudah mempersiapkan gaun formal daerah asalku. Gaun sutera berwarna cerah dan berenda dari South Irish."

"Seharuanya kau ajak kami pilih gaun juga!" Anne memanyunkan bibir, tak terima.

"Sudahlah, kalian jangan bertengkar," sela Ren menengahi. Jika mereka saling serang macam itu, sampai ayam jago bertelur pun tak akan selesai.

"Ya," kata Cecil sembari manggut-manggut, "besok, sebaiknya kita pergi ke kota untuk menyewa atau membeli gaun saja," lanjutnya memberikan solusi.

Eva berdiri dengan ekspresi percaya diri. "Tenang saja, aku sudah siapkan gaun untuk kalian. Yah, kecuali Ren, tapi nanti akan kucari solusinya. Kalian tenang saja!"

"Wah, kerasukan apa kau sampai baik seperti ini," cibir Cecil, memasang senyum miring.

Daripada mendengarkan mereka ribut, Ren beranjak dari tempat duduknya. Ia mengamati ranjang Musa yang masih rapi dan bukunya yang masih berbaris di rak kayu atas nakas. Dia belum juga kembali. Akhir-akhir ini ia sibuk sekali, sampai-sampai Ren hanya bertemu dengannya saat pagi. Ia tak tahu selarut apa perempuan itu kembali ke kamarnya.

Butiran-butiran putih mulai berjatuhan di luar sana. Berbarengan dengan suhu udara yang mulai menukik turun. Padahal baru kemarin Ren bersyukur salju berhenti turun, tapi lagaknya musim--yang belum seharusnya belum berganti--enggan menghentikan derai butiran putih itu. Dengam cuaca seperti ini pun, rasanya Ren ingin mengambil cuti dan pulang ke Tropicae. Mungkin, musim hujan baru saja datang bulan ini. Setidaknya becek akan lebih baik jika dibandingkan salju yang membekukan samapi ke tulang. Namun, ini akhir semester. Liburan juga sudah di depan mata. Tak ada gunanya jika ia mengambil cuti sekarang. Ada baiknya bukan hanya cuti yang ia ajukan, tapi surat pengunduran diri dari AirStreet. Aku ingin pulang.

"Ngomong-ngomong, kau tahu di mana Musa?" Ren bertanya dengan suara yang lebih mirip gumaman.

"Dia, 'kan anggota OSIS. Tentu saja dia sibuk," sahut Cecil. Perempuan itu membaringkan tubuhnya di atas karpet sembari memeluk bantal bulat berisi serat poliester.

"Ini tidak adil!" Eva menggebrak lantai dengan kedua telapak tangannya. "Bagaimana mungkin pasangan dansa Musa adalah ketua OSIS? Sedangkan pasanganku hanyalah orang biasa dari kelas sebelah."

Ren tersenyum kecut. Mungkin ada baiknya menahan diri untuk menanyakan Musa pada trio biang rusuh yang tengah membahas pasangan dansa. Ren beralih memandangi salju yang turun di balik kaca berembun. Perasaannya saja atau akhir-akhir ini lebih dingin dari biasanya. Dingin yang tak cukup membuat tulang dan darah membeku, tapi juga dingin yang membuat bulu roma berdiri dan menguar hawa ngeri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Prince or Princess: MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang