Waktu makan malam sudah usai beberapa jam lalu. Rembulan sudah menempatkan diri di takhta malam yang kini tak lagi bisa dilihat jelas dari AirStreet. Di saat guyuran salju masih lebat, Ren menyelinap ke perpustakaan. Bersembunyi di balik bayang-bayang rak tinggi. Bergerak-gerak gesit menghindari cahaya lampu, serta pengawasan mata para petugas patroli malam ini. Ia tak mau tertangkap basah tengah keluyuran malam-malam dan tak
punya alasan jelas untuk itu. Ia sudah
dinantikan oleh seorang laki-laki yang bersandar kedinginan di balik deretan rak buku tua.Sepasang manik violet menatap Ren menyelidik. "Aku tak percaya kau menemuiku lagi secepat ini." Sebuah senyuman terukir setelahnya.
"Aku tak tahu." Ren melengos. "Tubuhku bergerak sendiri."
Edgar terkekeh. "Baiklah, baiklah, Nona tukang sangkal." Ia membalikkan badan dan berjalan ke arah sela rak yang tak lagi terpapar cahaya lampu. "Apa kau ingin memberi salam kepada Ratu Besar?"
Ren terdiam, menatap punggung yang mulai ditelan kegelapan. "Maksudku ke--"
"Ya."
Ren memegangi dadanya. Di balik kekang rusuk, jantungnya berdegup lebih dari biasanya. Ia takut melewati perbatasan. Ia tak tahu apa yang ada di seberang sana. Terakhir yang ia ingat dari salah satu tempat di wilayah itu hanyalah tempat tua yang menyeramkan. Bangunan lembab dengan dinding-dinding hitam lumutan. Gelap dan hanya berpenarangan obor.
"Tak usah cemas. Kurasa belatimu itu mampu melindungimu."
Ren tersentak. Ia tak menyangka Edgar menyadari belati--yang telah disederhanakan bentuknya menjadi bandul kalung--tergelantung di lehernya. Ren tak sering membawanya, tapi entah kenapa malam ini ia menggapainya begitu saja dari dalam kotak yang tersembunyi di laci nakas.
"Ayo!" ulang Edgar lagi, menyadari Ren belum juga melangkahkan kakinya.
"B-baik."
Hiruk pikuk malam tak lagi terdengar kala Ren melintasi perbatasan. Ditemuinya jalan setapak di antara poho-pohon pinus yang menjulang, menggapai langit. Tak ada yang terdengar kecuali suara gesekan antara kakinya dengan semak perdu juga salju yang masih bertimbun. Tak ada suara serangga malam, ataupun cicit kelelawar. Seakan hewan-hewan nokturnal itu tak sudi mengisi malam di area tergelap Benua Safir. Padahal, yang Ren ingat dari tempat itu adalah para pembuas yang rata-rata nokturnal. Udara mulai terasa menusuk. Menembus jalinan benang wol yang menjadi bahan utama sweeter Ren.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince or Princess: MEMORIES
Fantasy-- Second Book -- (𝙼𝚘𝚑𝚘𝚗 𝚖𝚊𝚊𝚏, 𝚌𝚎𝚛𝚒𝚝𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚍𝚒𝚛𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒. 𝚂𝚊𝚛𝚊𝚝 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚎𝚓𝚊𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚝𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗, 𝚙𝚕𝚘𝚝 𝚑𝚘𝚕𝚎, 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚋𝚎𝚛𝚊𝚝𝚞𝚛𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚒𝚗𝚗𝚢𝚊) Kehidupan Re...