Bagian 15

762 33 2
                                    

Malam itu, dua pasangan sejoli Zara dan Kevin menuju ke pasar malam yang tak jauh dari rumah Zara. Dengan mesra, mereka bergandengan tangan. Mereka mengelilingi pasar itu dan langkah Zara terhenti ketika melihat cincin perak. Kevin lalu mendatangi penjual cincin itu dan membeli sepasang cincin untuk mereka berdua. Kevin memasangkan cincin itu di jari manis Zara, gadis itu tersenyum, mukanya merah tanda tersipu malu.

"Suka sama cincinnya?" tanya Kevin melempar senyum.

Zara mengangguk sambil menundukkan pandangan.

"Jangan sampai hilang, ya, Ra." Kevin merangkul Zara mencari tempat duduk yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Kita duduk di sini." Kevin menunjuk sebuah kursi. Mereka duduk dan hanya terdiam.

Zara akhirnya angkat bicara setelah beberapa saat terdiam. "Terimakasih cincinnya. Cincin yang satu lagi, kamu simpan."

Kevin mengangguk tanda setuju.

"Kamu masih canggung ya sama aku?" tanya Kevin tiba-tiba. Ia paham betul sikap Zara masih malu-malu terhadapnya. Tetapi itu bukan masalah buat Kevin, Zara menerima cintanya saja, ia sudah senang.

"Iya, maaf, Vin. Aku belum terbiasa dengan semua ini."

Kevin mengangguk, ia bisa memahami kekasihnya itu. Ia tersenyum, mengarahkan pandangannya ke gadis yang kini menjadi kekasihnya dan tambatan hatinya.

Tanpa terasa waktu menujukkan pukul 9 malam, Kevin menengok jam tangannya.

"Ayo pulang, Ra." Kevin bangkit dari duduknya dan menggandeng tangan Zara berjalan menuju ke rumah Zara. Ya, pasar malam yang mereka kunjungi tak terpaut jauh dari rumah Zara.

Akhirnya mereka sampai rumah Zara. Terlihat ibu Zara sudah menunggu di depan rumah sambil tersenyum.

"Bu, saya pamit. Zara, aku pamit, ya," ucap Kevin pada keduanya.
Keduanya mengangguk.

"Hati-hati, Nak," ujar Ibu Zara.

Kevin seklias menengok dan tersenyum. Ia menaiki motornya yang ia parkirkan di depan rumah Zara. Ia menyalakan mesinnya dan melajukan kendaraannya ke rumahnya.

Zara menatap punggung Kevin yang sudah jauh, ia tersenyum, hatinya bergetar begitu hebat. Baru pertama kali ini, ia merasakan getaran yang berbeda dalam hatinya.

Malam itu menjadi malam tak terlupakan untuk keduanya.

Miss PrimadonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang