Bagian 37

364 22 3
                                    

    Tisa menghirup udara di depan kontrakan. Suasana sore ini begitu cerah. Awan mulai berubah menjadi kelabu. Sesekali Tisa mengibaskan rambut panjangnya yang berkilau. Raut wajah Tisa berubah saat melihat kedatangan Ruli. Tisa sudah menduga apa mau cowok itu. Ya, apalagi kalau bukan menagih uang kontrakan.

   "Tis, uang kontrakan mana?"

   "Gue belum ada duit!"

  "Kalau gitu, kamu bisa pergi dari sini."

  "Besok gue keluar dari sini, gue butuh beresin barang-barang gue," kata Tisa. "Aslinya gue juga males ngontrak di sini, udah tempatnya jelek dan kumuh."

Ruli geram dengan perkataan Tisa. Cowok itu langsung melontarkan kata-kata kasar yang sebelumnya tak pernah terlontar dari mulutnya. "Dasar  cewek nggak tahu diri! Keluar dari rumah saya sekarang!"

Tisa mengangguk paham dan masuk ke dalam kontrakan, lalu beberapa saat gadis cantik itu keluar dengan kopernya.

   "Oke, gue keluar dari sini!" Tisa melambaikan tangan ke arah Ruli dan pergi begitu saja sambil menggeret koper. Sekarang Tisa bingung mau ke mana. Setelah berpikir sejenak, Tisa mengeluarkan ponsel dan menelpon Reina.

   "Halo, Tis, ada apa?"

   "Gue diusir dari kontrakan, Rein, kamu bisa bantu gue cariin tempat tinggal?"

 "Lo tinggal di rumah gue aja, kebetulan di sebelah rumah mewah gue ada rumah yang dulu dipake pembantu suami gue, Tis, tapi tenang rumah itu lumayan besar. Lo mau?"

"Boleh, deh, gue ke sana."

"Oke, gue tunggu, Tis."

Tisa menutup sambungan telepon dan mulai berjalan menuju rumah Reina yang tak jauh dari kontrakan. Tak cukup waktu lama, Tisa sudah sampai di rumah Reina, lebih tepatnya suami Reina.

   Tok
Tok
Tok

Reina  yang mendengar suara ketukan pintu langsung membuka dan ternyata Tisa yang datang.

   "Eh, lo, Tis." Reina memeluk Tisa dengan erat dan melepaskan pelukan itu.

  "Gue bener boleh tinggal di sini?"

Reina mengangguk. "Pasti, lo sahabat gue, Tis."

Reina menuntun Tisa ke rumah yang dimaksud lewat telepon. Rumah dengan ukuran 7x7 yang cukup sederhana, tapi terlihat elegan.

    "Lo nggak apa tinggal di sini?" tanya Reina hati-hati.

 "Nggak apa, Rein, gue malah makasih banget lo udah izinin gue tinggal di sini."

 "Sayang, itu siapa?" Terdengar suara Alri--suami Reina. Reina langsung menarik tangan Tisa menuju  sumber suara.

   "Ini temenku, Sayang. Nggak apa kan dia tinggal di sini?"

 "Nggak apa, Sayang." Alri mengangguk tidak keberatan.

 "Salaman dulu dan kenalan, dong," perintah Reina.

 Alri menjabat tangan Tisa dan Tisa menjabat tangan Alri. Saat menjabat tangan Tisa, sesekali Alri mengedipkan mata pada Tisa, Tisa yang sadar langsung melepas jabat tangan itu.

   "Gue mau beres-beres dulu, ya, Rein?" Tisa buru-buru ingin pergi dari situ karena ada perasaan yang aneh dengan sikap suami Reina yang sedikit genit.

 "Oke, Tis, semoga lo betah tinggal di sini, ya?"

Tisa mengangguk dan berlalu pergi menuju rumah sederhana itu.

     "Itu cowok gila kali, ya?" tanya Tisa pada diri sendiri saat sudah berada di kamar sembari membereskan pakaian dan memasukkan ke dalam lemari. Dugaan Tisa sementara, suami Reina bukan  cowok baik-baik. Tisa harus mencari tahu, Tisa hanya tidak mau Reina mempunyai pendamping hidup yang tidak setia.

Tok
Tok
Tok

Tisa dengan malas melangkahkan kaki untuk membuka pintu.

   "Ini ada pizza buat kamu dari Reina," kata Alri.

Tisa semakin tidak nyaman dengan kehadiran suami temannya itu. Tisa hanya mengangguk menerima pizza itu  dan mengucapkan terima kasih, lalu menutup pintu tetapi tertahan oleh Alri yang menahan pintu itu.

  "Ada apa lagi?" tanya Tisa judes.

  "Kamu cantik sekali, Tisa."

Ucapan Alri membuat Tisa bertambah jijik. Benar dugaannya tadi kalau Alri bukan cowok baik-baik.

  "Jangan ganggu gue! Inget lo udah punya istri."

Alri menaikkan sebelah alis. "Gue itu tahu lo itu model cewek apa. Ayolah, jangan munafik, Tisa. Gue bisa turutin keinginan lo."

 "Sori, gue nggak tertarik,  apalagi sama suami orang," kata Tisa. "Gue memang hobi rebutin pacar teman, tapi bukan perebut suami orang!"

"Lihat aja nanti," jawab Alri langsung pergi dari hadapan Tisa. Tisa langsung menutup pintu dengan kasar."Dasar udah punya istri masih aja gangguin cewek lain!"

Miss PrimadonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang