Author POV
Flash back on
Seorang pria paruh baya dan istrinya tengah berdiri di depan pintu berwarna coklat dari rumah yang begitu asri dengan halaman yang dipenuhi pepohonan rimbun. Sang istri kemudian mengetuk pintu rumah tersebut.“Assalamualaikum”
“Waalaikumsalam” terdengar suara dari dalam. Muncullah seorang gadis kecil yang berhijab di balik pintu yang sudah terbuka.
“Maaf ada apa ya Pak, Bu?” tanyanya dengan ramah.“Nak, ibumu ada?” tanya pria itu.
“Tunggu sebentar ya Pak, Bu. Oh iya, silakan masuk dulu” kemudian gadis itu menghilang ke arah belakang. Sepasang suami istri itu masuk ke ruang tamu.
“Eh, ternyata ada Pak Hilman dan Bu Nita”ucap Ibu gadis itu sambil menyalami perempuan yang dipanggilnya Bu Nita tadi. “Mari duduk, Mas, Mbak” katanya duduk di sofa yang sudah bertungger dengan manis di tengah ruangan diikuti oleh sepasang insan itu.
“Gimana kabarnya Bu? Udah lama ya kita gak ketemu” ucap Ibu Nita dengan antusias.
“Alhamdulillah baik. Oh iya, ada apa ya tumben kemari?”
“Aduh Ibu ini, kayak gak bolehin kami main kemari saja” ucap Ibu Nita dengan wajah yang pura-pura cemberut.
“Eh bukan gitu Bu, kan rumahnya lumayan jauh gak biasanya ke sini kalo gak ada yang penting” kata Bu Heni dengan rasa bersalah setelah mendengar perkataan Bu Nita barusan.
“Jadi gini Bu Heni, kami kemari mau menagih janji kita dulu” kata Pak Hilman to the point.
Gadis manis itu datang dengan membawa nampan berwarna putih yang berisi tiga cangkir the dan sepiring cemilan. Gadis itu meletakkan isi nampannya dengan begitu sopan.
“Silakan Pak, Bu” katanya dengan sopan kemudian membawa nampan kosong itu kembali ke dapur.
“Wah jadi ngerepotin” kata Pak Hilman melihat meja yang semula kosong jadi terisi.
“Ah gak juga kok Pak Hilman” jawab Bu Heni dengan santai.
“jadi gimana Bu Nita dengan permintaan saya tadi?” tanya Pak Hilman kembali ke pembicaraan awal mereka.
Belum sempat Bu Heni menjawab, Bu Nita sudah terlebih dahulu bicara.
“Ah lebih baik langsung tanya aja sama orangnya Pa” katanya sambil melihat gadis kecil yang sudah kembali dari dapur dan ikut duduk di sebelah ibunya.
“Bagaimana Nak, apa kamu menerima perjodohan ini?” tanya Pak Hilman pada gadis itu.
Gadis itu kebingungan, ia hanya melihat wajah ibunya dengan tatapan tak mengerti dan penuh tanya. Ia sungguh tak mengerti alur pembicaraan orang-orang dewasa ini.“Maafkan saya Pak, Bu. Saya tidak mau memaksa anak saya karena bagaimanapun jodoh itu urusan hati. Lagian kan Regina masih terlalu muda, ia saja baru lolos masuk kuliah”
“Kami ngerti kok Bu. Tapi saya rasa ada baiknya ini kita pertimbangkan. Bagaimanapun ini untuk menghubungkan silaturahmi di antara kita, saya tidak mau setelah kepergian Rafli kita jadi memutuskan silaturahmi kita. Lagian saya sudah anggap Rafli seperti saudara saya sendiri” kata Pak Hilman dengan serius.
“Bener Bu, lagian kan kita dulu juga udah janji kalo kita bakal nikahkan mereka saat mereka sudah dewasa” Bu Nita ikut menimpali.
“Semuanya saya serahkan pada anak saya saja, saya tidak mau memaksakan”
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta itu Nyata : My Boss Is My Husband
RomanceRegina seorang pegawai biasa merasa risih dengan kehadiran Adnan bosnya yang mengaku sebagai calon suaminya. Sebuah kisah klise tentang pernikahan tak terduga tanpa konflik yang menimbulkan emosi mendalam