Regina POV
Ini sudah tepat seminggu sejak kami dilarang berduaan dalam satu ruangan dan asal kalian tahu saja sekarang aku ada dalam sebuah ruangan hanya berdua dengan bos gantengku. Kalian tenang saja pria itu sedang di kamar mandi sekarang dan aku sedang duduk di kasur menunggunya selesai dengan urusannya setelah aku berhasil menghapus riasan tebal yang kupakai sejak selepas dzuhur tadi. Iya iya iya, kuakui bos ini memang ganteng tapi aku terlalu gengsi untuk mengakui semua itu. Kalian benar, sekarang kami sudah menikah. Tepatnya tadi pagi saat namaku disebutnya dengan pasti dalam ijab kabul dan kami sudah menanda tangani buku nikah. Seperti rencana awal, pernikahan kami hanya dihadiri keluarga dan teman-teman dekat selain teman kantor. Dan semuanya berjalan dengan khidmat dengan Arif sebagai wali nikahku. Ya perlu kalian ketahui salah satu alasanku untuk menunda jatuh cinta dan menikah adalah aku ingin menunggu adikku sudah dewasa agar ia bisa menikahkanku.
Andai saja ayahku masih ada sampai saat ini, pastilah ia adalah orang paling bahagia hari ini karena telah menikahkan anak perempuannya. Aku selalu ingat impiannya dulu saat masih SMP, beliau sangat ingin menjadi wali nikahku setelah aku lulus kuliah dan sudah bekerja. Beliau ingin mengadakan sebuah pesta besar untuk pernikahan anak perempuannya. Ayah, mungkin tidak semua impianmu tercapai.
Hari ini aku sudah menikah setelah aku bekerja dan lulus kuliah walaupun tidak ada pesta besar seperti impianmu.Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan yang besar menyentuh wajahku, menghapus air mata yang telah membasahi wajahku. Entah mengapa air mataku justru semakin menghinaku saat ini dengan terus keluar dari kedua mataku. Pasti wajahku sangat jelek saat ini dan dapat kupastikan mataku akan bengkak sampai besok pagi.
Perlahan kurasakan hangat melingkupi tubuhku dan tangannya terus bergerak mengelusi rambutku dengan lembut. Pria ini hanya diam tanpa mau bertanya ataupun menghiburku seperti orang kebanyakan dan hal ini membuatku cepat tenang.
"Sstt... sudahlah Regina" ucapnya dengan begitu lirih berusaha menyamai tangisku yang tak bersuara.
"Jika Allah sudah menggariskan maka biarkan karena itulah jalan-Nya" katanya sambil menangkupkan wajahku dengan kedua tangannya mengahadapnya sambil terus mengusap pipiku.
Kemudian ia menunduk dan mencium keningku lekat-lekat dan cukup lama. Kuarasakan duniaku terhenti karenanya sama seperti tadi pagi saat ia mencium keningku setelah ijab kabul dan kali ini aku berharap dunia benar-benar berhenti. Kali ini aku tidak lagi bisa membohongi hatiku dan kurasakan tangisku sudah mereda.
"Sekarang kamu sudah punya aku untuk tempatmu bersandar. Biarkan semua berlalu dan mengikuti garis Sang Ilahi. Cepat mandi dan kita sholat ashar berjamaah sebelum waktu Ashar terlewat" katanya lembut setelah mencium keningku.
Seolah terhipnotis, aku langsung bangun dari tempat tidur dan melangkahkan kakiku ke kamar mandi yang ada di kamar ini.
Kurasa tidak baik lama-lama di kamar mandi. Aku segera keluar setelah selesai dengan urusanku dan mengambil mukena yang telah tersedia dan segera sholat berjamaah dengan pria yang hari ini sudah resmi menjadi suamiku.Setelah membereskan mukena dan sajadah kami aku segera memasang hijab dan kembali duduk di kasur karena tidak ada hal lain yang bisa kulakukan saat ini. Kami sekarang sedang menginap di hotel karena keluarga kami yang memaksa dan kurasa itu bukanlah ide yang buruk karena sekarang aku benar-benar lelah. Kusandarkan tubuhku di kepala ranjang sambil mengecek ponselku kalau-kalau ada sesuatu yang penting.
Tak lama kurasakan ranjang ini ikut bergerak dan saat kutolehkan wajahku ternyata Pak Adnanlah penyebabnya. Beliau duduk di sebelahku sambil memangku laptop di pahanya. Ckckck, ternyata aku menikahi seorang workaholic, sampai-sampai selesai pernikahan saja ia masih sibuk dengan pekerjaan. Eh bukannya tadi aku juga mengecek surel masuk? Kalau begini apa bedanya kami berdua?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta itu Nyata : My Boss Is My Husband
RomanceRegina seorang pegawai biasa merasa risih dengan kehadiran Adnan bosnya yang mengaku sebagai calon suaminya. Sebuah kisah klise tentang pernikahan tak terduga tanpa konflik yang menimbulkan emosi mendalam