Lagi-lagi sebuah rumor beredar tentang Joy, tentang bagaimana dirinya memperbudak Sehun. tentang menderitanya Sehun menikahi dirinya, perempuan yang berkepribadian buruk yang hanya tertolong wajah cantik dan kaya.
Bibi Kessy yang menjadi pelayan Joy sejak kecil mengomel-ngomel sendiri didepan Joy tentang informasi yang dirinya dapat. Dirinya merasa sangat kesal, apa salah Joy sehingga di hina begitu.
Joy hanya tersenyum singkat tidak peduli membuat pelayannya merasa kesal sekaligus iba.
"permisi " ucap seorang pelayan lelaki paruh baya
"masuk saja" ucap Joy tersenyum
"ini titipan undangan untuk anda dari Ny. Besar Janson" ucap pelayan tersebut memberikan sebuah undangan berwarna gold yang terlihat sangat mewah, Joy tersenyum mengambil undangan tersebut lalu mengucapkan terimakasih membuat pelayan tersebut walau hanya sekedar pelayan merasa dihormati.
Nyonyanya sangat baik, terkadang dirinya ingin sekali merobek mulut penyebar rumor tersebut.
Nyonyanya benar-benar mempunyai hati yang sangat besar.
Joy membaca undangan tersebut dirinya menimbang-nimbang haruskan dirinya datang. Tuan Besar Janson adalah seorang yang berpengaruh dalam hidup Sehun dan isterinya Nyonya Besar Janson sudah menganggap Sehun sebagai putranya.
Joy benar-benar malas apalagi acaranya besok malam sebuah pesta perayaan pernikahan emas, perayaan seperti itu menurutnya merupakan sebuah ajang untuk memamerkan harta duniawi dan saling mengosip.
Joy tahu betul tentang itu walau dirinya tidak pernah menghadiri acara tersebut, teman sekaligus sahabat sering menceritakan itu kepada dirinya. Mereka berdua memang dari golongan berbeda tapi Joy tidak pernah menganggap rendah sahabatnya yang berasal dari korea Kim Yerim.
.
.
Ditempat lain Irene merasa sangat kacau merobek-robek kertas didepatnya. Kertas yang berisi tentang tes kehamilannya yang menunjukan kalau dirinya positif hamil.
"Sialan kamu suho, bajingan" teriak Irene didalam kamar yang terkunci, suara pecahan kaca dari dalam membuat para pelayan khawatir dengan kondisi Nyonyanya.
Suho yang mendengar kabar dari pelayannya kalau Irene mengamuk langsung bergegas kerumah meninggalkan rapat jutaan dollarnya. Dirinya senang Irene hamil anaknya tapi disisi lain dirinya merasa sakit Irene tidak menginginkan bayi itu.
Suho menelpon Sehun untuk membantunya, awalnya Sehun menolak tapi mendengar teriakan Irene dan suara putus asa Suho membuat Sehun tidak bisa menolak.
Suho menatap Sehun penuh harap didepan pintu kamar isterinya.
"Irene, ini aku Sehun" ucap Sehun sambil mengetuk pintu yang sebenarnya kuncinya telah dibuka Suho, Suho melangkah mundur menjauh dari sana. Hatinya benar-benar tidak siap sekarang, rasanya remuk.
Sehun membuka pintu dengan pelan, dirinya melihat pecahan kaca dimana-mana dan kasur yang tidak terbentuk lagi. Kaca hias yang pecah dan sisa darah yang menempel.
"Irene hentikan" teriak Sehun melihat Irene yang sedang memukul-mukul perutnya sendiri, Sehun memegang kedua tangan Irene.
"Sehun, bawa aku pergi aku mohon" mata Irene sangat bengkak dan penampilan yang sangat kacau.
"Sehun kamu kesini karena mencintaiku kan?" ucap Irene sendu masih menatap mata Sehun, cinta? Sehun tidak tahu apa yang sekarang dirinya rasa kepada Irene.
Irene tertawa melihat ekspresi Sehun, dirinya kembali membenturkan kepalanya disudut tpat tidur.
"biarkan aku mati jangan pedulikan aku" teriak Irene sambil tertawa dan menanggis. Dirinya tidak pernah mencintai Suho, dirinya membenci lelaki itu. Kenapa harus dirinya yang dinikahi dan kenapa orang tuanya malah mendukung. Dan Sekarang dirinya harus mengantung benih dari bajingan sialan itu. Irene merasa hidupnya benar-benar hancur.
"Irene sadarlah, bayi itu tidak salah" ucap Sehun lalu memeluk Irene agar wanita tersebut tenang. Sehun merasa Suho selalu memperlakukan Irene dengan baik , apa selama ini Suho hanya berpura-pura saja. Sehun mulai ragu dengan hal tersebut.
Sehun memberikan kata-kata penenang untuk Irene, dirinya merasa salah. Harusnya dirinya menolak untuk membantu Suho. Dirinya bersalah memeluk isteri sahabatnya, ini semua salah.
Suho menatap Sehun yang berpelukan dengan Irene, lagi-lagi hatinya merasa hancur dan pedih. Tidak terasa air mata menetes kepipinya, dirinya tidak ingin melepas Irene. Salahkan dirinya jika ingin Irene menjadi miliknya.
.
Sehun kembali kerumahnya tengah malam, dirinya telah mengecewakan sahabatnya. Pukulan yang dirinya rasakan dari Suho tidak sebanding dengan rasa sakit Suho. Seketika dirinya takut Joy mengetahuinya.
Harusnya dirinya tidak terbuai dengan ciuman Irene, hampir saja dirinya mengotori pernikahan Sucinya andai saja Suho tidak segera datang dan mempergoki apa yang akan dirinya lakukan. Sehun tidak pernah membayangkan hal tersebut tapi dirinya tahu Suho sangat kecewa dengannya. Lelaki mana yang tidak kecewa melihat dengan mata dan kepala isterinya yang sangat dicintai hampir saja berhubungan intim dengan orang lain.
Sehun duduk ditepi ranjangnya, dirinya benar-benar malu sekarang. Dirinya menatap Joy yang terlelap dalam tidurnya. Hatinya mulai merasa gelisah, dan takut.
Sehun merebahkan tubuhnya menatap punggung Joy rasanya dirinya ingin memeluknya dan mengucapkan kata-kata maaf. Dirinya benar-benar merasa bersalah.
.
.
Keesokan paginya Joy terbangun merasa sangat aneh, tumben sekali Sehun sudah bangun lebih dulu. Joy merasa hal yang aneh dalam hatinya tapi dirinya langsung menepis hal tersebut.
Joy bangun dari tempat tidurnya dan berlari menuju meja makan tapi Sehun tidak disini.
Kenapa aku harus mencari Sehun batin Joy
"Selamat pagi Nyonya " ucap bibi Kessy
"jangan panggil aku Nyonya" ucap Joy mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil.
Joy benar-benar tidak suka sarapan sendirian dirumah yang sangat besar ini,Joypun memanggil para pelayan untuk menemani dirinya makan.
Awalnya mereka tidak mau karena dianggap tidak sopan makan bersama majikan, tapi Joy mengancam akan memecat mereka yang tidak mau makan dengan dirinya.
.
.TBC