Sehun benar-benar marah kepada preman-preman itu, Joy memegang tangan Sehun agar suami menjadi tenang.
"mau apa kamu, mau berkelahi? Cih" ucap seorang preman dengan badan yan kekar dipenuhi motif-motif tato yang mengerikan.
Sehun tersenyum remeh.
"kamu serius bermain-main denganku" ucap Sehun
"Sehun ayo kita pergi saja" ucap Joy mencoba membujuk Sehun
"kalian pikir bisa pergi dengan mudah, wanitamu cantik juga. Aku akan melepaskanmu asal dia melayani kami" ucapnya terkekeh.
Bug
Bukan Sehun yang memukul lelaki itu tapi Joy, Joy merasa harga dirinya hancur mendengar kalimat yang keluar dari mulut preman tersebut.
"rasakan itu"
Preman yang kaget tersungkur kebelakang dengan bibir sedikit robek, Joy tersenyum sinis.
Sehun yang melihatnya sangat kaget, bagaimana Joy bisa punya tenaga yang kuat begitu.
"kamu berani sekali, hajar mereka" ucap ketua preman.
"kalian yakin akan melawanku, walau aku perempuan aku yakin bisa mematahkan kaki kalian" ucap Joy dengan tatapan menakutkan.
Joy sejak kecil sudah dilatih untuk beladiri, terimakasih kepada Chanyeol yang sering memukul serta membantingnya serta menyamakan dirinya seperti lelaki saat mengajari dirinya.
"serang mereka" ucap ketua preman sambil diam-diam mengambil pisau lipat ditangannya.
Pertarungan tidak dapat dihindari, Sehun dan Joy melawan preman-preman yang berjumlah sepuluh orang.
Demikian dengan Sehun lelaki itu tidak hanya tampan dan cerdas tetapi jago bela diri membuat tidak sulit untuk melawan musuk-musuknya.
Jika tidak ada Joy mungkin Sehun akan langsung membunuh mereka secara kejam, Sehun tidak ingin Joy tahu kalau dirinya punya sisi kejam begitu.
Suara pukulan dan tendangan membuat perkelahiabn begitu sengit.
"Joy awas" ucap sehun saat melihat ketua preman mengarahkan pisau perut Joy, Joy yang mendengarnya langsung memutar tubuhnya dan menendang preman tersebut.
Sedangkan Kai dan Mingyu yang menjadi pengawal yang mengawasi mereka lebih memilih minum teh dipojok kedai. Mereka berdua sebenarnya ingin membantu tapi mereka rasa tidak perlu.
Para preman menyerah dan memilih kabur.
Joy merasa begitu lelah dirinya sudah lama tidak bertarung.
"kamu tidak terluka sayang" ucap sehun menatap lembut Joy
"aku tidak apa-apa. Kamu juga tidak terlukakan?" ucap Joy khawatir, Sehun mengeleng.
"kamu benar-benar hebat" Joy tersenyum walau dirinya sering dipuji tapi dipuji Sehun membuat jantungnya berdetak tidak karuan.
"tanganmu pasti sakit memukul" ucap sehun mengenggam tangan Joy menciumnya.
Sehun menatap para pengawalnya yang tidak berguna sedangkan Mingyu dan Kai lalu berlari keluar. Tanpa Sehun berkata tentu mereka tahu apa maksud tatapan Sehun.
Menyiksa secara perlahan hingga orang tersebut menginginkan kematian yang dipercepat.
"tuan dan Nyonya terimakasih " ucap pemilik kedai tersenyum beserta anaknya, Joy tidak suka dengan tatapan anak dari pemilik kedai yang menatap suaminya yang terlihat sangat Sexy ditambah keringat yang menetes.
"ini hadiah buat kalian" ucap anak pemelik kecai tersenyum sambil memberikan bungkusan secara malu-malu membuat Joy merasa muak.
Joy tidak tahu kenapa harus bersikap begini.
"tidak perlu, kami ada urusan" ucap Joy menarik tangan Sehun membuat Sehun bingung, jarang sekali Joy bersikap begini. Joy selalu tersenyum dan ramah walau dengan orang yang membencinya, ya walaupun senyum Joy topeng. Joy tidak akan menunjukan secara langsung ketidak sukaannya.
.
.
Plak
Tamparan mengenai pipi sekretaris Suho yang bernama Hana, kejadian begitu cepat membuat Suho binggung.
Sekretarisnya sedang memberi file kepada dirinya tapi perempuan itu tersandung sehingga terjatuh dipangkuannya.
Sedangkan perempuan itu tertunduk takut melihat Irene yang sangat marah kepada dirinya, dirinya kira tidak akan apa-apa jika dirinya mengoda Suho toh Irene tidak menyukai Suho justru menyukai Sehun.
Suho mengsyaratkan perempuan itu pergi, Suho merasakan kasian dirinya pernah mendapatkan tamparan dari istrinya
"jika kamu ingin mencari pelacur setidaknya yang berkelas sedikit" ucap Irene ketus, duduk disofa yang tersedia.
"kamu cemburu?" tanya Suho hati-hati
"cih cemburu, kamu bermimpi" ucap Irene mengalihkan pandanganya kearah lain. Suho diam-diam tersenyum, hatinya menghangat.
"aku mengantuk" ucap Suho merebahkan kepalanya dipangkuan Irene
"mau apa kamu? Pahaku bukan bantal" ucap Irene masih ketus
"sayang, mamamu galak ya. Tapi ayah menyayanginya" ucap Suho mencup perut Irene yang sudah menginjak 8 bulan dan Suho seolah mengadu kepada anaknya.
Suho tidak ingin bertanya apa maksud Irene datang kemari, Biarlah dirinya menganggap kalau Irene datang untuknya.
.
.tbc