14.b

944 183 18
                                    



"sekarang sudah sampai tuan muda" ucap Joy tersenyum melepas sabuk pengamannya. Sehun hanya melihat Joy datar, Joy bingung sekali kenapa Sehun tiba-tiba begini.

"Se" ucapan Joy terputus Sehun mendekatkan wajahnya ke Joy menempelkan bibirnya ke bibir tipis milik istrinya.

Rasa manis yang Sehun kecap dibibir Joy seakan candu membuat dirinya tidak mau melepas ciuman tersebut, tapi cubitan diperutnya menyadarkan dirinya kalau Joy butuh oksigen.

Sehun terkekeh melihat wajah merah Joy yang menghirup nafas, Sehun mengusap bibir Joy dengan lembut.

"kalau mau cium bilang dulu " ucap Joy meletakan kedua tanganya di leher Sehun.

"tanpa bilang saja kamu menikmatinya sayang"

Cup

Sehun mengecup kilat bibir Joy lalu keluar dari mobil meninggalkan Joy yang senyum-senyum sendiri, rasanya begitu bahagia seakan dengan perlakuan sederhana dari suaminya.

Joy merasa begitu beruntung mempunyai suami seperti Sehun, berharap kebahagiaannya tidak pernah berakhir dan selalu indah meski dirinya sadar dalam rumah tangga pasti akan ada pertengkaran.

"Jadi Ny sekarang kita dimana?" ucap Sehun setelah membukakan pintu untuk istrinya.

"kamu tidak menculikku lalu minta tebusan" ucap Sehun bercanda, tempat yang begitu asing untuk Sehun.

Joy tersenyum menyambut uluran tangan Sehun.

"aku juga tidak tahu ini dimana" Joy bisa melihat ekspresi wajah Sehun yang berubah membuat dirinya gemas lalu berjinjit mengecup pipi Sehun.

Joy merasa beruntung dirinya bisa melihat berbagai ekspresi Sehun yang terlihat manusiawi.

Bukan tempat yang mewah ataupun megah, Joy membawa Sehun kesuatu tempat yang sederhana tapi terlihat sangat indah.

"Sehun aku terkadang merasa kasian kepadamu yang tidak bisa hidup normal dengan beban berat yang kamu tanggung, mari kita menjadi orang biasa untuk dua hari kedepan, terlepas dari semua kemewahan dan tatakrama yang menyebalkan, mari kita bebas" ucap Joy tersenyum

"bebanku terasa ringan jika bersamamu" ucap Sehun tersenyum mengenggam tangan Joy, sebenarnya Sehun sedikit takut dari tadi dirinya merasakan firasat buruk.

Semoga tidak terjadi apa-apa batin Sehun

.

.

Suho tersenyum memperhatikan Irene yang semakin lama semakin tenang, tidak mengamuk atau marah-marah kepada dirinya.

"aku membuat susu untukmu" ucap Suho tersenyum meletakam segelas susu hamil untuk Irene, Irene melirik Suho sekilas lalu meminum susu tersebut.

"aku kira kamu tidak mau meminumnya dan aku harus menciummu untuk mentranfer kemulutmu sehingga kamu meminumnya" ucapan Suho membuat wajah Irene memerah

"diam" bentak Irene menyembunyikan rasa gugupnya dan jantung yang berdetak kencang.

"tidak usah gugup begitu" ucap Suho memeluk Irene dari belakang, Suho bersyukur sikap Irene semakin lama semakim melunak terhadap dirinya.

Semoga menjadi awal yang bagus dirumah tangganya.

"bagaimana kabar sikecil didalam sana" ucap Suho mengegelus perut buncit Irene

"dia bergerak" ucap Irene merasakan pergerakan bayi yang masih dikandungannya. Suho melepas pelukannya lalu berjongkok didepan perut Irene.

"halo sayang, ini ayah" ucap Suho tersenyum, rasa haru dan senang sekali, sekali-kali mengecup perut Irene yang berlapis pakaian.

"sebentar lagi kita akan bertemu" Suho merasa bahagia merasakan bayi dikandungan Irene yang bergerak seakan menanggapi apa yang diucapkan.

"jangan terlalu aktif didalam sana, nanti ibu kamu lelah" lanjut Suho mengelus kembali perut Irene sambil tersenyum bahagia

Irene merasa begitu aneh, air mata haru keluar dari matanya. Rasanya begitu bahagia sulit digambarkan, Irene juga tidak tahu kenapa dirinya sebahagia begini.

"kenapa kamu menangis, ada yang sakit katakan kepadaku" ucap Suho yang tidak sengaja melihat Irene menghapus air matanya.

"aku akan panggil dokter" ucap Suho hendak mengambil ponselnya tapi tangannya dipegang Irene.

"tetap diam" ucap Irene berdiri lalu memeluk Suho, tubuh Suho menjadi kaku. Dirinya masih memproses apa yang terjadi, benarkan Irene memeluknya.

"Irene ini tidak mimpikan kamu memelukku" ucap Suho

"diam" bentak Irene membuat Suho terdiam, Suho diam-diam tersenyum lebar.

"jangan senyum-senyum" ucap Irene lagi membuat Suho menahan senyumnya, Irene merasa sangat malu sekali.

Suho membalas pelukan Irene dengan hati-hati.

.

.

"Joy letakan pisaunya, nanti kamu terluka" ucap Sehun merasa ngeri melihat Joy yang sedang memotong beberapa sayuran.

"Joy aku bisa menelpon pelayan" ucap Sehun khawatir

"aku tidak apa-apa Sehun, tenang saja. Aku sudah handal" ucap Joy tersenyum, menurut Joy suaminya terlalu berlebihan.

"dari pada melihatku lebih baik kamu bantu paman dikebun"

"tidak, tidak mau. Kotor, banyak kuman" ucap Sehun yang sedang duduk sambil memperhatikan istrinya yang hendak memasak dari bahan-bahan yang tadi mereka berdua panen.

Lebih tepatnya Joy yang mengambil dan Sehun yang berkomentar menyebalkan. Tapi Joy dengan jail mengambil cacing tanah lalu melempar ke Sehun, membuat lelaki itu berteriak-teriak karena jijik.

Joy mengajak Sehun untuk hidup sederhana disebuah desa kecil dipinggir Kota.

Tanpa Sehun dan Joy sadari seseorang tersenyum licik kearah Joy, memperhatian perempuan itu dari atas kebawah.





Tbc

Chapter depan bakal aku kasih konflik

Tapi kira-kira konfliknya apa ya?

ReciprocalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang