Hitam🍃

336 62 35
                                    

Tasia Remoya K

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tasia Remoya K

Nama terdiri atas 2 suku kata diberikan kepada bayi mungil yang sebenarnya tidak tahu alasan mengapa ia dilahirkan. Ya itu aku. Oya. Terlahir memiliki wajah oval, kulit kuning langsat, rambut coklat ikal, dan mata hitam ditambah penglihatanku yang memang hitam.

Ayahku berdarah Rusia, ibuku asli Manado tapi ayah dari kakeku masih memiliki keturunan Jerman. Ayah ibuku bertemu saat masih sekolah tingkat menengah atas di Jerman dan resmi menikah tahun 1994 di Manado.

Setahun kemudian ibuku hamil, ayahku ada proyek kerja di negaranya namun tak pernah kembali mengunjungiku dan ibuku. Yah hingga sekarang tak pernah. Yang kutahu nama ayahku adalah Kettof dan punya tahi lalat di bawah mata kanannya. 

Yerissa, nama malaikat pelindungku. Mama issa adalah panggilannya . Katanya bunyi terindah yang pernah dia dengarkan ialah tangisan pertamaku. Aku lahir tahun 1996, di Rumah Sakit kota Manado. Wajah ibuku tak pernah kulihat, namun tanganku tak pernah bohong. Sekali kusentuh wajah ibuku, lekukan wajahnya sungguh indah. Kata cantik tak pantas ku berikan, ia berhak menerima lebih dari kata cantik. Apapun itu, yang jelasnya dia sungguh menawan di atas telapak tanganku.

Aku tidak suka bersekolah. Tanpa kuberitahu alasannya, orang - orang pasti sudah tahu mengapa.

"Bulan depan kamu akan masuk sekolah sayang"
Kalimat inilah yang mungkin membuat sebagian besar orangtua akan merasa bangga kepada anaknya.

Usia 5/6 tahun, mungkin saat itu anak - anak seusiaku akan bersorak riang tak sabar bertemu teman - teman barunya. Lain untukku, tak menarik sama sekali. Hanya rasa takut tak henti - hentinya. Jalan menuju sekolah pun mungkin sangat berat ku langkahkan kakiku.

"Mama, apakah guruku di sekolah akan membantuku melihat warna - warna dan mengajarkannnya kepadaku?" Pertanyaan yang lugu dan bego yang kubuat tanpa sadar.

"Ya tentu saja sayang, gurumu juga akan menunjukkan kepadamu sebuah pelangi dalam hidupmu" Selalu saja kalimat penyemangat. Aku tahu ma.

Aku menghabiskan hidupku tidak bersekolah dan berdiam diri di rumah selama 6 tahun. Berbicara hemat perhari, berkurung dalam kamar layaknya burung dalam sangkar, makan seadanya dan tidur seperlunya.

"Eh udah gadis aja anakmu ini Rissa, gadis cantik lagi, dikit lagi puber nih" Biasalah, omongan ibu - ibu arisan.

"Pendiam dia, jarang ngomong"
Mendengar ibu ngomong gitu, spontan aku senyum.

Banyak yang dapat kudengar dari pembicaraan mereka dan banyak pula yang sebenarnya bisa kukatakan. Namun bersamaan pula melintas di pandanganku aku bukanlah gadis normal dan aku nantinya tidak akan tunbuh menjadi wanita dewasa yang normal seperti mereka di hadapanku.

USELESS 🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang