(Ya Tuhan jangan sekelas dengannya,
jangan sekelas dengannya,
jangan sekelas dengannya,
jangan,
jangan.)"he Oya kok diam aja? kelasmu sudah dekat nih"
"o o o ohh h iya bu saya senang sekali" Ku coba mengencerkan situasi."Nah ini kelasmu Oya, ayo kita masuk. Bismillah ya" Ajak bu guru, aku hanya mengangguk sambil mengirim senyum kepadanya.
Kumelangkahkan kakiku perlahan, kucoba gesekkan sepatuku di atas permukaan bumi ini mencoba merasakan ada dataran yang lebih tinggi menuju ruangan yang penuh tantangan.
("ah kudapat permukaan tidak rata ini, artinya aku sudah mulai masuk ke dimensi lainku"). Tuturku dalam hati.
Kumenarik nafas, kurasa udaranya tak sehat. Kutundukkan kepala sambil memegang tangan guruku sebagai penunjuk jalanku.
Sudah jauh kurasa perjalananku,
seketika hening.Ku sematkan rambutku di belakang telingaku dan mencoba ingin mendengarkan apa yang terjadi di sekitarku.
"hei hei semua tolong diam, tolong perhatiannya" Sudah kuduga kalimat yang pertama kudengar adalah suara yang meminta perhatian untuk memperhatikanku.
seketika hening lagi.
Aku yakin saat ini semua mata tertuju padaku mulai dari rambutku hingga alas kaki yang kugunakan.
*"woi woi liat siapa noh?"*
*"gila cakep euy"*
*"yud yud liat yudd anjay bule yud"*...
*"eeq goblok, dia buta gilak"*
*"perhatikan matanya ga tau liatnya kemana"*...
"*dihh cantikkan gue mah, dia udah cacat sok cantik lagi*"Sangat jelass terdengar di telingaku.
Aku tidak jamin saat keluar dari sekolah ini aku masih bisa menghirup udara.Kurasa genggaman tanganku dilepas. Langkahan kaki guruku sangat terdengar karena sepatu hak yang digunakannya.
Aku merasa sendiri di depan kelas
"Bu Rita, apa - apaan ini?" Bisikan yang sungguh jelas bisa kudengar.
"Dia sudah bertemu dengan Bu Sisil" Dari situlah aku tahu ternyata nama ibu Kepala Sekolah tadi adalah Bu Sisil.
"Aduh susah nih susahhhh" Kali ini suaranya sangat besar sampai membuatku tersentak pelan.
Guru yang baru kujumpai di kelas tadi sepertinya tidak menyukai kehadiranku.
Dia melangkahkan kakinya meninggalkan kelasnya.
...
Kurasa tangan bu Rita kembali memegang lenganku."sabar sayang"
Bu Rita memimpinku jalan kedepan. Mungkin untuk mencari bangku yang bisa kutempati duduk.
"Sudah tak ada tempat bu"
"Di ujung ada bangku kosong bu, biar dia duduk sama hantu"
"Hahahahahahah emang dia bisa liat hantu? liat kita aja dia ga bisa haha"Hari Pertama masih duri yang kuinjak, mungkin hari selanjutnya bisa saja aku menginjak ranjau.
Ku jaga senyumku tetap terukir seakan - akan aku tidak tahu apa yang terjadi.
"Dia tuli juga? eww" Suara wanita yang kedengarannya manja dan jutek.
Bu Rita angkat suara,
"Sekali kalian bicara lagi, sekelas kalian akan ibu berikan surat panggilan orangtua" Nampaknya bu Rita sangat marah karena sambil memukul meja didekatnya.
Kelas menjadi diam,
Aku sudah duduk di bangkuku.
Bangku yang disebut bangku kosong paling ujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
USELESS 🍃
Romance(END) Oya gadis berdarah campuran yang terlahir tanpa indra penglihatan sejak ia lahir. Semuanya menjadi lebih gelap lagi setelah pemberianmu. Oh ternyata kau hanya merasa bersalah, bukannya jatuh hati. ... Aku harus berterima kasih denganmu atau se...