Apakah keputusanku ini sudah tepat? Bukan masalah aku ingin bersekolah kali ini, namun apakah sekolah itu mau menerima murid sepertiku? Apakah aku nantinya akan memiliki teman seperti gadis lainnya? Kali ini aku benar - benar merasa hidupku jauh lebih rumit."Serius?" tentu saja ibuku tiba - tiba heran
Aku cuma tersenyum menyimbolkan aku memang serius."kalau iya, ibu uruskan dengan pamanmu di sekolahnya"
ha? apakah ibuku ingin menyekolahkanku di sekolah berkebutuhan khusus?
(Berhubung pamanku punya sekolah untuk murid yang berkebutuhan khusus)."Kenapa tidak sekolah biasa saja ma?" tetap ku jaga senyumku di hadapannya.
Ibuku tidak menjawabku, hanya diam terpaku mendengar omonganku yang memang mungkin sangat mustahil. Aku tidak gila, aku sadar saat mengatakannya.
"Ma, katanya ada sekolah unggulan di daerah rumah kita ini. Jaraknya searah menuju kantor mama jadi mama tidak perlu repot lagi" Sengaja aku bersemangat, demi se-senti senyuman ibuku.
"Iya iya sayang" Ditambah efek mengacak rambutku.
Kudengar langkahan kaki ibuku menjauh dariku, entah kemana dia pergi. Ku bangkit dari tempat dudukku, ku mencoba mengikuti langkahan kaki yang kudengar tadi dengan bantuan kedua tanganku. Meraba segala sesuatu yang ada disekitarku. Sampai akhirnya aku berada di balik pintu rumahku.
" . . . . . . . . di sekolahmu saja, dia tidak akan tahu dia sekolah di mana. Lama - kelamaan dia pasti akan menerimanya".
Apa - apaan lagi ini. Di saat aku benar - benar ingin melihat ibuku bangga, di saat itu pula aku dibuat kecewa. Aku memang bukan gadis normal, tapi aku berhak atas yang aku inginkan. Aku hanya tidak bisa melihat, aku bisa mendengar dan mengingat. Tak perlu alat tulis, aku diberi otak sudah cukup sebagai alat tulisku! Ku tekankan aku ingin sekolah di sekolah normal ! Itu sudah tekadku sekarang.
"Ma . . ." Kuberhentikan pembicaraan ibuku di telfon
"Apa aku cacat di mata mama?"
"Apa mama kurang puas dengan takdir mama?"
"Apa mama malu denganku?"
"Maaf mama, aku juga tak tahu alasanku dilahirkan di dunia ini"
Aku sadar apa yang kukeluarkan dari mulutku sangat tidak pantas diucapkan seorang anak kepada ibunya.Tak ada suara yang kudengar membalas ucapanku tadi. Mungkin aku salah menebak posisi ibuku. Berapa kali aku memutar badanku mencari sumber suara. Tiba - tiba ku rasakan tangan seseorang memegang pinggangku turun ke pahaku.
"Jangan pernah membuat mama merasa gagal menjadi seorang ibu, mama mohon" Aku tak bisa melihatnya, tapi tanganku memberi tahu ibuku sedang menangis. Maafkan aku ma.
"Kali ini ku mohon juga ma, biarkan aku membuat mama bangga" Kumemegang tangan ibuku dan mengangkatnya berdiri. Tanganku kugunakan sebagai sapu tangan mengahapus air yang mengalir di wajah lembutnya. Sekali lagi aku minta maaf ma.
Dengan berat hati, ya sangat berat ibuku melepas anaknya seorang gadis buta ke dunia yang belum pernah dilihatnya sama sekali. Ibuku mendaftarkanku di Sekolah Menengah Atas di dekat rumahku.
Bisa kutebak dari awal, sekolah itu menolakku. Namun, mungkin hanya karena sebuah rasa kasihan kepadaku. Terpaksa sekolah itu menerimaku sebagai murid. Kuyakin juga ditambah paksaan dari seorang ibu yang mengasihi anaknya.
"Minggu depan kamu bisa bersekolah, di hari pertamamu kamu harus terlihat menawan. Oke janji dengan mama"
Yah beginilah penyemangatku di pagi hari. Suara ibuku yang banyak ngomong tapi bukan tong kosong."Menawan adalah warisan dari mama, tanpa ku buat - buat itu sudah menjadi turunan dari gen hehe" Ku coba goda ibuku.
"Dasar, gen ayahmu lebih nampak di kamu" Menekankan kepadaku sifat penggoda itu berasal dari ayahku.
"Setidaknya aku bukanlah seorang pria ma, hehe" Mencoba memberitahu kejahatan pria yang mendarah daging dari generasi ke generasi.
"Jangan karena satu pria bejat, semua pria ikut tersinggung sayang. Jangan terlalu membenci pria, pria juga punya hak untuk tidak dibenci wanita" Keluarlah sisi bijak Nyonya Rissa.
"Siap bosku" Nurut aja supaya kelar masalah cowo - cowoan.
************
Malam dingin ditemani suara burung hantu di balik jendelaku. Ku coba meraih ujung jendelaku dan merasakan udara apa hari ini yang berbeda dari hari kemarin.
"Tetap sama, tak ada berubah. Sama dengan takdirku" Sembari menarik nafas dari mulutku.
"Ya Tuhan lundungi aku dalam setiap apa yang akan kulakukan, hidupkan cinta dalam hidupku. Amin"
Hari ini kutuliskan di memory ingatanku. Hari ini menjadi langkah awalku memulai apa yang akan kumulai.
Apapun yang akan kuhadapi selanjutnya, itu adalah uruskanku pada hari itu. Fisik dan mental sudah ku persiapkan, apa lagi kutunggu? Aku akan turun di medan perang.
"Selamat datang dunia yang kelam"
............
KAMU SEDANG MEMBACA
USELESS 🍃
Romance(END) Oya gadis berdarah campuran yang terlahir tanpa indra penglihatan sejak ia lahir. Semuanya menjadi lebih gelap lagi setelah pemberianmu. Oh ternyata kau hanya merasa bersalah, bukannya jatuh hati. ... Aku harus berterima kasih denganmu atau se...