Let's start🍃 (Oya's POV)

122 47 10
                                    

     Kukenakan seragam sekolahku dan jaket putih di luarnya, ku uraikan rambutku dan kusisir perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kukenakan seragam sekolahku dan jaket putih di luarnya, ku uraikan rambutku dan kusisir perlahan. Sesekali ku tarik nafasku dan kulepaskan, kulakukan berulang - ulang sampai aku benar - benar nyaman dan mantap melangkahkan kakiku keluar. Kudengar suara air dari dalam kamar mandiku, menandakan ibuku masih mandi. Sekitar 5 menit berlalu, kudengar pintu kamar mandi dibuka.

"Eh udah selesai ya, ga sabar bgt deh haha" godaan pertama ibuku di pagi hari ini.

*Ibuku sambil berpakaian*

"Iya ma udah siap dari tadi kok" Jawab biasa aja cukup biar mama berhenti menggodaku.

"Okay siap, cuzz sini kita berangkat sayang" Berusaha meraih tanganku dan memimpinku jalan.

Rasanya sangat terpukul melihat ibuku berusaha membuatku tetap tidak tersesat di muka bumi ini. Apa gunanya aku sampai sekarang yang sudah tumbuh menjadi seorang gadis malah seperti anak yang baru belajar jalan. Miris dan ironis.

Aku dan ibuku keluar dari rumah berjalan menuju pinggir jalan menunggu angkutan umum.

"Ayo hati - hati naiknya, kita mau naik di angkot" Pintanya kepadaku untuk berhati - hati.

Aku hanya mengangguk,

Di angkot hanya ada aku, ibuku ditambah supir angkot dan keneknya. Masih sangat pagi jadi masih sepi rasanya.

"Ma apakah banyak orang menatapku?" Tanyaku gelisah.

"Ya akan banyak sayang, sekarang baru kenek dan supir angkotnya yang menatapmu. Setelah ini masa ada ribuan orang yang memandangmu" Soraknya sangat mendukungku untuk menjadi orang yang hebat di mata orang - orang.

Ibuku tidak sadar, perkataannya malah membuatku semakin panik untuk sendiri tanpanya.

Tidak disadari angkot yang kami tumpangi berhenti, artinya kami sudah sampai. Kurasa ada sesuatu yang ingin keluar dari dadaku, mendobrak dengan tekanan berfrekuensi tinggi. Ah aku semakin takut.

"Ayo sayang kita turun, sudah sampai nih" Ibuku sangat semangat, aku sangat gelisah.

("Yang mau sekolah siapa?")

Kulangkahkan kakiku mengikuti ibuku, dan kami telah masuk dalam pekarangan sekolah.

"Kita langsung saja ke ruang kepala sekolah, terus biar guru di sini yang mengajakmu ke kelas ya" Kubiarkan ibuku melakukan apapun yang dia suka.

"Mama lanjut saja ke kantor kalau sudah dari ruang kepala sekolah" Merasa tak ingin merepotkan ibuku lagi.

Di ruang kepsek, ibuku banyak berbincang - bincang. Aku hanya diam mendengarkan dengan nyaman, tak ku sangka aku diperlakukan seperti murid biasa di sini tak melihat segi kekukaranganku.

"Oh ini Oya, manis ternyata" Sapaan ibu kepala sekolah di sekolah ini.

Tak ingin ku balas dengan kata - kata, takut kepedean. Jadi ku balas dengan senyum kecil.

*Bruakkk*
Tiba - tiba ku dengar suara pintu dibanting keras. Spontan aku berbalik entah kemana.

Kudengar sekali lagi suara yang mengagetkanku,

*Bwanggggggg*
Dia memukul meja kepala sekolah, berani - beraninya dia.

"Saya ingin mendaftar sekolah di sini sekrarang juga" Teriak seorang pria yang jaraknya sangat dekat denganku. Kudengar paksaannya yang kurang ajar

Ingin rasanya aku menamparnya dan mengatakan dia itu siapa berani - berani membentak orang yang lebih tua darinya, seorang wanita lagi. Dasar bajingan, pengecut. Begitulah gumamku dalam hati yang ingin sekali kukeluarkan untuk mencacinya.

"Apa - apaan kau, jika ingin bersekolah di sini utamakan tata kramamu" Aku mendengar ibuku angkat suara, aku lebih bisa menahan hasratku untuk memarahinya.

"Anda siapa nyonya, saya ingin bersekolah di sini itu hak saya. Bukan urusan anda" Wow hebat pria itu, angkuhnya sangat sopan.

"Kau bisa lihat kan, saya juga sedang mendaftarkan anak saya namun dengan cara yang baik - baik" Ibuku mencoba meluruskan otak buntunya.

"Oh anak nyonya yang buta ini? oke bisa di lihat saya lebih pantas di sini" Nada suaranya kurang ajar sekali, seenaknya menghinaku.

Kali ini aku tidak terima dan kurasa ingin sekali meninjunya dengan kepalan tanganku yang dari tadi sudah kusiapkan racun di dalamnya.

Aku berdiri dan entah menghadap kemana, aku tak tahu di mana dia,

"Dasar kau pri baji . . . " Belum selesai bicara, ibuku merendahkan tubuhku kembali duduk.

"Beraninya kau melawan, baru bicara denganku saja kau sudah salah menghadap. Aku ngalah lah cuih" Pria bejat itu menambah hinaannya.

Aku hanya diam menunduk, tidak untuk menangis. Kali ini benar - benar tanganku gatal ingin memukulnya. Ibuku mengelus - elus bahuku menyuruhku untuk lebih sabar. Sekarang aku tahu kekejaman dunia yang ibuku katakan. Dan sekarang aku percaya Tuhan sangat menyayangiku.

"Bu Rita tolong bawa Oya ke kelasnya, dia lebih baik cepat ke kelasnya daripada tetap di sini" Kurasa Ibu Kepala Sekolah mengerti keadaanku. Padahal aku belum banyak bicara dengannya, namanyapun aku belum tahu.

"Dan kau tetap di sini!" Lanjut kepala sekolah kepada pria kurang ajar itu.

"Ma, lebih baik mama ke kantor, nanti telat. Aku akan baik - baik saja kok. Ya kan bu Rita?" Ku berusaha meyakinkan ibuku dengan menjadikan bu Rita sebagai jaminan keadaanku. Itu semua agar ibuku tidak cemas.

"Hm hati - hati, kontrol emosi ya. Mama pergi dulu" pinta ibuku ditambah mencium keningku.

"Bu Rita tolong liat anak saya ya, tidak usah terlalu tekankan dia harus seperti murid lainnya. Yang jelas dia tetap fokus mendengarkan" Pinta ibuku lagi yang keliatannya memang dia sangat mengkhawatirkanku sendiri.

"Iya bu" bu Rita senyum dan mengelus rambutku

Sudah tak kudengar suara pria itu, apakah dia sekarang sedang memperhatikanku sambil tertawa jahat mencari apa kekuranganku lagi dan suatu saat akan lebih menghinaku?.

"Ahh sudahlah, siapa dia aku harus takut?" Gumamku dalam hati.

"Dah sayang" Ibuku mencium keningku, dan kubalas memeluknya.

Kudengar langkahan ibuku sudah menjauh, bu Rita membantuku berjalan menuju kelasku meninggalkan kepala sekolah dan pria itu.

Apakah pria itu akan di terima bersekolah di sini? Tentu saja tidak dan aku akan berdoa dia tidak akan pernah bersekolah di sini!

Jika iya, dia akan lebih merusak hidupku. Tak akan kubiarkan!

Camkan.

...........

USELESS 🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang