ᑭᗩᗰᎥ丅🍃 (ENDING)

55 2 0
                                    


*Oya's Pov*

"Aku di mana?" Tanyaku.

"Oh di rumahku." Jawab Tedi.

Tedi masih bersamaku?

"Tadi kamu tidur di rumahmu, aku tungguin sampai ada orang rumah pulang tapi sudah lama menunggu gak ada yang datang. Yah aku gak tega ninggalin jadi aku bawa kamu pulang ke rumahku." Jelas Tio.

Oh iya, dia belum tau selama ini aku cuma tinggal berdua dengan mama, dan sekarang mama udah meninggal.

"Sudahlah, di sini aman kok. Nanti kamu telfon mama kamu saja kasih tau kalo kamu di sini." Pinta Tedi.

Aku merasa sedikit tidak enak dengan apa yang dikatakan Tedi. Mungkin dia perlu tahu yang sebenarnya.

"Ted."

"Ya?"

"Mamaku sebenarnya udah gak ada." Ucapku menunduk.

"Maksudnya?" Tanya Tedi kembali.

"Ya iya mama udah meninggal." Kataku pelan meneteskan air mata.

Dia diam sejenak,

"Hei, jangan nangis." Ujar Tedi menghapus air mataku.

"Kalau ayah kamu di mana?" Tanya Tedi lagi.

Alih-alih berhenti menangis, air mataku bercucuran semakin banyak. Teringat aku sudah tidak mempunyai siapa-siapa, yang awalnya kufikir ada Tio yang akan menjagaku semenjak kepergian Ibuku kini sadar itu hanya semata fikiran.

"Yaudah sini nangis aja dulu." Ucap Tedi memelukku sambil mengelus rambutku.

"Ayah ninggalin aku sama mama sejak aku kecil, katanya urusan pekerjaan. Tapi, gak pernah kembali sampai sekarang."

Tedi mencium kepalaku.

"Udah, udah. Gak usah dilanjutin." Kata Tedi.

Apa Tedi akan bersikap seperti ini kepadaku untuk selamanya?

Atau sama saja seperti Tio?

Apa gunanya juga orang-orang baik kepadaku jika tidak memiliki maksud tertentu?

Aku harap kali ini berbeda.

"Melamun lagi."

"Yaudah kita keluar aja yu, jalan-jalan." Ajak Tedi membantuku berdiri.

"Eh iya, kemana? Tanyaku.

"Ada, temenin aku ya." Kata Tedi lagi.

"Iya." Jawabku singkat.

Sepanjang perjalanan di atas mobil aku selalu berhati-hati mengingat troma yang Tio berikan kepadaku. Membayangkan kemana Tedi akan membawaku. Dalam situasi seperti ini, aku hanya bisa bergantung pada orang lain. Dan aku harap kali ini aku tidak memilih orang yang salah.

"Tegang amat sih, diem aja dari tadi." Ucap Tedi mencairkan suasana.

"Ih gapapa, cuma enakin perasaan." Alasanku.

"Kita mau kemana emang?" Lanjutku bertanya.

"Oh ini mau ke adikku." Jawabnya.

"Oh punya adik?" Tanyaku lagi.

"Punya. Cantik kayak kamu." Jawab Tedi mencubit pipiku.

"Halahh ngeles." Ucapku.

"Hahahah." Kita tertawa bersama-sama.

...

"Udah sampai nih, tunggu aku bantuin turun." Ujarnya.

Aku semakin yakin dengan Tedi. Dari awal dia sudah baik kepadaku, pastinya akan terus seperti ini. Beda dengan Tio, yang sejak awal dia memang sudah kurang ajar kepadaku, sampai sekarang. Hanya saja aku terjebak tipuannya.

USELESS 🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang