ᛕᗴᗷᗩᎥᛕᗩᑎ 🍃(Tio's POV)

26 3 0
                                    

"Assalamualaikum ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum ma." Ucapku membuka pintu rumah.

Keadaan rumahku gelap gulita. Tidak ada lampu yang menyala.

"Mamaa, mama di mana?" Ujarku berteriak memanggil ibuku.

Aku masuk lebih jauh ke dalam rumahku, sama sekali tidak ada penerangan. Kunyalakan lampu ruang tengah. Kulihat tas kerja bukan milik ibuku pastinya terletak di atas meja.

"Pria itu lagi?" Tanyaku.

Kecurigaanku semakin memuncak, setelah melihat lampu kamar ibuku menyala. Keberanianku belum terkumpul penuh hanya untuk memegang ganggang pintu kamar ibuku. Memang benar kata orang-orang, hubungan batin tidak bisa diingkari. Tak bisa ku tahan perasaan gunda ini, kegelisahanku selalu menarikku untuk mendatangi kamar ibuku.

Apakah pria itu sedang bersama mama sekarang?

Jangan sampai perbuatannya membuahkan hasil yang sama lagi sepertiku.

Sedang apa mereka?

Sungguh tidak bisa kutahan. Mondar-mandir satu-satunya cara menenangkan perasaan ini.

*BWAKKKKK*

Terdengar suara dorongan keras, dan barang yang dibanting hebat dari kamar ibuku. Sontak perasaanku tambah tak karuan. Orang yang sangat ku cintai sekarang berada dengan orang asing sedangkan aku hanya tinggal diam seperti pengecut seperti ini. Dia ibuku, dia hakku!

"Sudah cukup."

Aku berlari menuju kamar ibu, tidak mempedulikan apapun yang kulewati. Berlari menyelamatkan barang paling berhargaku di dunia ini. Tanpa basa-basi dan tanpa ancang-ancang, segera aku membuka kamar ibuku.

Tidak bisa dipercaya, dihadapanku berdiri seorang yang kucintai dengan pria yang tidak jauh beda dengan orang yang pernah menyakiti ibuku.

Apa-apaan ini yang kulihat?

Pria dewasa yang hanya menggunakan handuk di bagian bawah tubuhnya, dengan ibuku yang terbaring di atas tempat tidur ditutupi selimut tebal. Kali ini benar-benar amarahku tidak bisa ku pendam. Kurasakan jiwaku memberontak ingin menyerbu pria itu. Ingin ku cabik-cabik wajahnya dengan tanganku sendiri.

Kukepal tanganku dengan keras, kukumpulkan kekuatanku entah untuk menahan tangis, atau untuk besiap menyerangnya. Kantong mataku terasa sudah sangat berat menampung air di dalamnya. Kualihkan pandanganku ke ibuku. Ingin sekali kukatakan kepadanya.

Apakah ibu mau menyiksa satu anak lagi?

Kutatap matanya, mata kami saling bertatapan. Sudah pula air mataku menyerbu keluar dari kantung mataku. Tidak sanggup ku menatap lama matanya. Kembali kutusuk tajam pandanganku ke pria bajingan itu. Sudah tidak bisa kutahan kali ini. Kepalan tanganku sudah sangat lengket dengan lem kebencian.

*BWAKKKKK*

*BWAKKK BWAKKKK BWAKKKKK*

*BWAK*

USELESS 🍃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang