sharon memperhatikan tatapan allora yg tertuju ke satu titik. ia melihat allora terus menatap ke arah anak kecil yg sedang di peluk oleh ibunya dengan sayang. sharon sangat mengerti bagaimana perasaan allora saat ini. jika ia berada dalam posisi allora, ia merasa belum tentu ia sanggup menjalani hidup seperti allora.
puk.
sebuah tepukan tangan di bahu allora berhasil menyadarkannya. allora beralih menatap ke arah sharon dengan bingung, pasalnya saat ini wajah sharon begitu sulit untuk di artikannya.
"aku tahu kau begitu iri melihat anak itu, jangan sedih lagi lora?".
"siapa yg bersedih.. aku justru senang melihat anak itu begitu bahagia di pelukan ibunya.. pasti enak ya jika punya anak".
"perkataanmu semakin tidak jelas saja. ayo pulang!". sharon menarik lengan allora dan berjalan dengan langkah lebar lebar meninggalkan taman. sharon sangat tahu sifat allora yg kapan saja bisa berbuat nekat . untuk itu sharon cepat cepat membawanya pergi dari taman itu sebelum muncul pemikiran pemikiran gila yg keluar dari kepala allora.
"hey!.. tunggu sharon!.. jangan menarik narik tanganku! kau mau bertanggung jawab jika nanti tanganku patah! hey...
"tidak usah lebay lora!? tanganmu akan terus terpasang di tubuhmu! aku tidak mau kau berpikir macam macam! lebih baik kita pulang sekarang!". sharon terus menarik lengan allora agar terus mengikutinya.
"sharon.. aku bisa jalan sendiri!". allora terus meronta namun sia sia karena sharon yg berbadan lebih tinggi dan besar darinya tentu tenaganya lebih kuat dari allora yg bertubuh mungil, membuat allora akhirnya pasrah mengikuti kemana langkah sharon membawanya.
***
lee eunhae tengah berdiri di depan teras rumahnya. tatapannya tidak teralihkan dari jalanan sepi menuju ke rumahnya. akhir akhir ini ia merasa ada yg aneh dengan kakak tersayangnya. wajahnya sedikit pucat. meski begitu, tidak bisa menghilangkan aura kecantikan di wajah imutnya yg masih belia. lee eunhae terus menatap jalanan sepi itu berharap sosok sang kakak muncul.
"sebenarnya pekerjaan apa yg kau kerjakan hingga sampai larut begini oppa..". gumam eunhae.
"di telpon nggak di angkat!". decak eunhae kesal.
"apa lebih baik aku telpon ke salah satu temannya saja ya.. siapa tau mereka bisa memberitahukan dimana donghae oppa". pikir eunhae dengan percaya diri.
eunhae segera menelpon salah satu teman donghae yg bekerja di restaurant tempat donghae kerja.
halo
...
maaf mengganggu.. bisakah telpon ini di sambungkan ke lee donghae.. aku adiknya lee eunhae.
...
apa! sudah pulang!
...
tutup setiap jam sembilan malam!?
...
begitu ya.. terimakasih.
eunhae menutup panggilannya. ia menatap ponselnya dengan nanar.
"jadi.. selama ini oppa bohong? sebenarnya kemana dia perginya setiap malam.. ".
eunhae merasa kakinya lemas. degup jantungnya juga berpacu dengan cepat. berbagai pikiran pikiran negatif muncul di kepalanya membuatnya serasa berdenyut denyut. perlahan rasa sakit itu datang di bagian samping perutnya. eunhae merasa ada yg meremas remas perutnya dengan keras membuatnya tidak tahan menahan rasa sakit itu. keringat dingin mengalir deras di kedua pelipisnya. semakin lama tubuhnya semakin lemah dan pandangannya mengabur. eunhae tergeletak di depan teras rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE FOR ALLORA
Fiksi PenggemarAllora berikan aku seorang bayi! hanya kau yg bisa mewujudkannya! harus!. Aiden dasar gadis gila! aku tidak punya waktu untuk melayani gadis sepertimu! pulang sana!.