Chapter 19 : Jealous

204 26 47
                                    

Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa sudah satu bulan Jimmy berada di Korea, selalu mengekor di belakang Jin di manapun yeoja itu berada. Tak jarang kebersamaan keduanya diwarnai pertengkaran yang tidak bisa dibilang kecil. Membuat Woohyun semakin tidak suka dengan namja dari belahan dunia barat tersebut yang mana perilakunya tidak sebaik dengan yang ditunjukkan di depan orang banyak. Nyatanya, Woohyun pernah memergoki namja bule itu memegang tangan Jin dengan sangat erat sehingga meninggalkan bekas kemerahan dipergelangan tangan mantan tunangannya tersebut.

Yah, benar. Hubungan mereka sudah berakhir. Pertunangan antara Woohyun dan Jin sudah selesai. Artinya, perjanjian mereka juga ikut berakhir. Semua itu terjadi karena pengumuman mendadak yang dibuat Jin yang mengatakan bahwa mereka sama-sama mencintai orang lain. Dan tentu saja orang yang dimaksud Jin adalah Jimmy. Saat itu Jin tidak punya calon yang lain. Toh Jimmy juga pernah menyatakan cinta kepada Jin, beberapa kali. Walaupun selalu berakhir dengan penolakan berupa permintaan maaf setulus hati.

Tapi, bukan berarti hubungan antara menteri Park dan keluarga Nam ikut berakhir. Mereka masih sama walau tidak sehangat dulu. Jin menegaskan kepada sang Appa jika hubungannya dengan Woohyun hanya bisa menjadi sebatas teman, tidak lebih. Dan meski menteri Park nampak tidak terima dengan keputusan sepihak putri semata wayangnya itu, toh ia tetap mengangguk ketika dirinya diminta tetap membantu STAR GROUP walau tanpa embel-embel calon besan.

Namun, ada yang berubah sejak hari di mana pengumuman itu dikumandangkan. Yakni Jin jarang terlihat di kediaman keluarga Nam. Jika biasanya yeoja itu datang tanpa diundang, kali ini Nyonya Nam harus menelfon yeoja itu lebih dulu dan menyuruhnya datang walau sekedar ikut makan malam biasa. Karena setiap kali Woohyun yang meminta, yeoja itu selalu punya cara untuk menolaknya.

Sejak hari itu pula, hubungan Woohyun dan Jiyeon mulai muncul ke permukaan. Kedua sejoli ini tidak perlu bersembunyi lagi atau takut ketahuan. Walaupun begitu, masih saja ada orang yang bergosip bahwa putusnya Woohyun dan Jin adalah karena Jiyeon. Bahkan tidak sedikit yang berpikiran semacam itu.

Jiyeon juga tidak lagi merasa was-was, takut akan kedekatan Woohyun dan Jin berubah menjadi sesuatu yang tidak ia inginkan. Jiyeon yakin bahwa Woohyun memang mencintainya tapi, hal itu tidak menjamin jika Woohyun tidak mempunyai perasaan sedikitpun untuk Jin atau sebaliknya. Melihat interaksi antara dua sahabat itu, Jiyeon merasa dirinya seperti menjadi orang ketiga, dalam kata lain penghalang. Entah mengapa Jiyeon selalu merasa ada yang berbeda dengan Jin tiap kali yeoja itu bersama namjachingu-nya. Terlebih dari cara Jin menatap Woohyun ketika semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Tidak hanya sekali atau dua kali, Jiyeon beberapa kali mendapati Jin diam-diam sedang menatap kekasihnya. Dan semua kecurigaan Jiyeon itu semakin bertambah semenjak rencana kencannya gagal berulang kali dikarenakan Jin.

Jiyeon meletakkan kepalanya di atas meja belajar, nampak lesu, lalu menghembuskan nafas. Tapi tiba-tiba Jiae muncul tepat di depan wajahnya dengan rambut panjangnya yang seperti hantu, membuat terkejut setengah mati.

"Apa yang kau pikirkan??", tanya Jiae polos, menahan tawa. Sementara Jiyeon mengangkat kepalanya tanpa mengalihkan tatapan mautnya dari sang sahabat.

Jiae menaikkan alisnya seraya menekuk tangan ke pinggang, menunggu jawaban disertai senyum kemenangan yang tak kentara.

"Pergilah! Jangan menggangguku!", kesal Jiyeon mendorong Jiae.

Jiae tersenyum seraya duduk di tempatnya. "Kalau kau rindu telfon saja dia. Dan minta maaf!", katanya enteng.

Jiyeon tidak membalas. Ia hanya diam dan merengut kesal. Percuma bila berdebat dengan Jiae, karena kali ini memang dirinya yang salah. Seharusnya ia tidak bersikap kekanakan seperti itu. Tapi apa boleh buat, saat itu perasaannya sedang kacau.

The COVENANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang