Chapter 24 : Till The End

293 30 106
                                    

Semuanya terjadi begitu cepat. Mobil SUV berwarna abu-abu itu tiba-tiba muncul dan hampir saja mencelakai Woohyun jika bukan karena Sungyeol yang memaksa mengikutinya selama berjam-jam sempat menariknya dan berakhir tersungkur ke trotoar bersama. Woohyun yang mengalami Shock setelah itu hanya menangis seraya terus mengucap maaf sebelum akhirnya jatuh pingsan.

Kini, keduanya sudah berada di rumah sakit. Sungyeol sempat panik karena saat terjatuh tadi kepala Woohyun terbentur. Jadilah mereka berakhir di ruangan ini sekarang, kamar hotel langganan Woohyun. Namja itu masih belum sadar setelah 15 menit lalu Dokter memeriksanya. Tentu saja yang menangani pasien berkepala super alot itu adalah Dokter Cho didampingi sang profesor, Kang Do Yong.

Nyonya Nam juga berada di sana, duduk di samping ranjang putranya. Wajahnya sungguh menyiratkan banyak keprihatinan. Di satu sisi ia cemas memikirkan keberadaan putrinya yang sampai detik ini belum ditemukan. Sementara di sisi lainya ia takut tidak akan lagi pernah melihat senyum putra kandung tunggalnya. Ia merasa menjadi wanita termalang di dunia. Hidup bergelimang harta namun nasibnya mengenaskan.

"Eommonim, makanlah sesuatu. Sedikit saja! ", mohon Jin untuk ke sekian. Nona Park itu menghadap Nyonya Nam dengan tangan siap menyuapi setelah menaruh nampan di atas laci obat.

Nyonya Nam masih bungkam. Yang ia lakukan hanya memandang wajah pucat putranya seraya terus meremas tangan Woohyun sambil berdoa dalam hati. Memang, hanya mereka berdua yang menjaga Woohyun dengan 4 pengawal di depan pintu. Sedangkan yang lain masih terus berusaha menemukan Soo Jung sebelum Woohyun sadar. Jika tidak, entah apa yang akan dilakukan Woohyun setelah namja itu membuka mata nanti dan mendapati sang yeodongsaeng belum ditemukan. Mengamuk terasa terlalu ringan untuk dilakukan.

Jin melihat pergerakan dikelopak mata Woohyun, sementara Nyonya Nam merasakan tangan yang ia genggam sedari tadi mulai menunjukkan pergerakan.

"Hyunie, kamu sudah sadar!?", Nyonya Nam berdiri. Menempatkan wajahnya tepat di atas wajah Woohyun seraya tersenyum tipis. Ada kelegaan yang wanita itu akhirnya bisa rasakan.

"Mianhae!", ucap Woohyun dengan gusar tanpa membuka mata. "Jeongmal Mianhae!"

"Woohyun-ah!", panggil Nyonya Nam cemas sambil berusaha membangunkan Woohyun yang sepertinya sedang mengalami mimpi buruk.

"Mianhae! Mianhae! Mianhae!", Woohyun terus mengucap maaf dengan mata tertutup. Tangan dan kakinya senantiasa bergerak resah.

"Gwenchana, Woohyunie!", sahut Nyonya Nam berharap itu akan menenangkan Woohyun. Tangannya semakin erat menggenggam tangan kurus itu sementara tangan yang lain mengusap lembut kepala putranya. "Tenanglah, Hyunie! Eomma ada di sini!"

"Mianhae!", kini Woohyun malah menangis dalam tidur.

Brak!

Jin datang bersama Dokter Cho. Yeoja itu bertindak cepat dengan langsung memanggil Dokter Cho ketika Woohyun mengerang. Sebenarnya Jin bisa saja menekan tombol darurat, tapi tombol itu terletak cukup jauh dari tempatnya duduk. Sedangkan Nyonya Nam yang berada didekat tombol darurat tampak tidak bisa diharapkan karena terlalu kalut dengan pikirannya sendiri.

Di sisi lain, Soo Jung terus menyusuri jalanan yang nampak sepi itu tanpa tujuan. Berbalut seragam sekolah tipisnya, gadis itu melangkahkan kakinya tak bertenaga. Matanya sembab dan sesekali terdengar sesenggukan keluar dari bibir pucatnya. Rasanya, Soo Jung ingin menghilang dari dunia ini untuk selamanya.

Soo Jung kembali teringat ucapan sang Appa yang tidak menginginkannya, terpatri dalam benak nan terus terngiang ditelinganya. Yeoja itu jatuh terduduk di trotoar, menangis terseduh-seduh untuk ke lima kalinya dalam kurun waktu 5 jam. Waktu menunjukkan pukul 11 dan ia masih tidak menemukan tempat tujuan. Ia juga tidak punya uang ataupun makanan. Gadis itu terlihat persis seperti gelandangan, seperti perkataan Appa-nya beberapa jam lalu.

The COVENANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang