Chapter 54

3.5K 313 8
                                    

Tentu saja dia juga sangat terkejut saat melihatku dan kami bertatapan dengan wajah yang terkejut.

Aku terdiam karena tidak tahu harus berkata apa sekarang.



Ne gwaenchanayo”jawabnya dengan raut wajah yang sulit diartikan.




Karena rasa kemanusiaanku lebih tinggi dari pada rasa dendamku, akhirnya aku mengalah dan membantunya karena kulihat dia sangat kelelahan.


“Duduklah disini, biar kupesankan air minum untukmu”ucapku dengan canggung.



Setelah dia duduk, aku langsung pergi untuk memesan air minum dan tak lama aku kembali menghampirinya dengan membawa dua gelas air.



“Minumlah agar kau merasa sedikit lebih baik”ucapku dengan canggung seraya memberikan minuman itu.



Kamsahamnida”jawabnya dengan canggung juga.



Sejenak kami hanya terdiam dalam situasi yang sangat canggung ini, hingga beberapa saat kemudian aku mendengarnya mengatakan sesuatu padaku.




Kamsahamnida karena sudah menolongku”ucapnya.



Ne”jawabku yang masih canggung.



Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja dia menangis dihadapanku.


“Jika tidak ada kau mungkin mereka sudah membunuhku”ucapnya seraya terus menangis.


Aku beranjak dari kursiku dan duduk di kursi sampingnya. Aku menepuk bahunya dengan lembut agar dia merasa sedikit lebih tenang.



Gwaenchana, sekarang sudah aman”ucapku.




Dalam sekejap dia memelukku dan menangis di pelukanku.



Kamsahamnida sudah menolongku”ucapnya yang masih ada di pelukanku.




Aku membalas pelukannya seraya menepuk punggungnya dengan lembut.




Cukup lama dia menangis di pelukanku, sekarang keadannya sudah sedikit membaik dan dia melepaskan pelukannya dariku.


Aku melihatnya, dia sekarang sangat kacau dan sepertinya dia masih sangat ketakutan karena hal tadi.



Tiba-tiba saja aku teringat sesuatu

“Ah aku hampir lupa, ini tas milikmu”ucapku seraya memberikan tas itu padanya.




Kamsahamnida”ucapnya lagi.



“Umm apa sebaiknya aku mengantarmu pulang”ucapku.



Ani, saya bisa pulang sendiri”jawabnya dengan sangat mengkhawatirkan.



Aku tidak tega melihat keadannya sekarang, dia tampak sangat bersedih, ketakutan, dan seperti ada sesuatu yang dia pikirkan yang membuatnya sangat terbebani.



Dia berpamitan padaku untuk pulang, namun saat dia beranjak dari duduknya tiba-tiba saja tubuhnya hampir terjatuh lagi dan untungnya aku langsung menolongnya.




Tubuhnya sangat lemas hingga dirinya hampir terjatuh dan sulit untuk berdiri apalagi berjalan.




Akhirnya aku mengantarnya pulang dengan menggunakan taksi.



Selama di perjalanan, kami tidak berbincang apapun entah situasi apa yang terjadi saat ini namun aku pun tidak berani mengatakan sesuatu.




MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang