04. Bidak Catur

5.9K 895 84
                                    

Hal yang tidak disangka-sangka malah terjadi di saat Seulgi sedang berdiri setengah sadar di dalam barisan.

Dia seperti mengenali kata demi kata yang dilontarkan kakak kelasnya yang sudah mengambil alih komando dari Irene di depan.

Seulgi yang tadinya ogah-ogahan di barisan kini sudah berdiri tegap dengan muka pucat.

Mata monolidnya mengerjap seketika saat kalimat teruntuk kakak cantik yang pendek tapi judesnya kelewatan, tobat kak tercetus dari mulut seniornya. Mengkonfirmasi kebenaran masterpiece-nya.

Tunggu dulu.

Seulgi kira surat benci itu akan dibaca personal oleh orang yang dia tuju.

Sontak ia hanya bisa mematung di tempat, mendengarkan tulisannya sendiri yang sedang dibacakan lewat pengeras suara saat evaluasi sore di akhir minggu kedua ospek.

Dan dari sekian banyak surat benci yang ada, Seulgi bergumam dalam hati selama pembacaan surat dengan muka was-was, kenapa bisa ada surat benci yang ditulis olehnya untuk Irene di sana?

"Untung gua ga nulis aneh-aneh buat kak Kris jadi surat gua ga dibacain pas evaluasi."

Kaisar berujar saat dia melihat Seulgi mengelus dada setelah mereka dibubarkan dari barisan untuk pulang. "Kenapa lu ga ngaku tadi? Surat lu diacung-acungin di depan angkatan njir."

Seulgi dengan cekatan langsung menutup mulut ember milik Kaisar dan menariknya menjauhi kerumunan. Dia mendesis, mengetahui nyawanya tidak akan selamat jika ada yang mendengar percakapan mereka ini. "Bisa diem ga lo?"

Cowok tersebut memicingkan matanya lalu mengangkat-angkat tangan ke arah yang berlawanan. Tidak berapa lama seseorang ikut bergabung dengan mereka.

"Seul,"

Seulgi berbalik saat ia mendengar Wendy memanggilnya. Gadis yang pucuk kepalanya berhenti di telinga Seulgi lalu menepuk pundaknya santai. "Tadi itu surat lu kan? Yang dibacain di depan?"

"Bacot! Diem lu berdua." Seulgi melepas tangannya dari mulut Kaisar dan mulai menarik kedua lengan sahabatnya menjauh dari orang-orang sesegera mungkin. Dia menatap lekat keduanya setelah mereka sudah berada di tempat yang dirasa aman. "Lo berdua mau gua mati hah?"

"Salah sendiri." Kaisar akhirnya bisa bebas berbicara sambil sesekali mengelap mulutnya dari bekas dekapan paksa tangan Seulgi. "Katanya ga takut."

"Kalo sama kak Irene sendiri gua ga takut. Tapi kalo berurusan sama senior yang lain malah gawat. Yang ada gua dibantai." Seulgi berargumen. "Hukum alam itu liar gaes."

"Tapi angkatan kita jadi nambah tugas gara-gara lo ga mau ngaku kampret." Kaisar masih tidak terima dengan keadaan. "Bisa-bisanya lo belom ralat itu kalimat susah lulus di kata pengantar. Senior lain banyak yang tersinggung jadinya."

Seulgi hanya mengedikkan bahunya. "Gua kan nyindir kak Irene doang tadinya, ga maksud nyindir yang lain kok."

"Ada ya manusia kayak gini," cibir Kaisar masih dengan raut muka ingin menyerahkan Seulgi hidup-hidup ke depan senior mereka untuk dibakar. "Kata lulus itu sakral buat angkatan tua."

"Bener tuh si Kai," Wendy hanya bisa menghela napas sambil berkata, "Yang seharusnya tobat itu lo, Seul."

***

"Eh kok gua baru ngeh kalo nama lo itu kayak nama orang Korea?"

Kaisar bertanya penasaran saat dia membaca name tag ospek Seulgi. "Nama lengkap lo tulisannya Kang Seulgi di situ."

DESIRE [SeulRene] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang