24. Sebatas Rahasia

5.2K 759 257
                                    

Temui aku di parkiran mobil dekat gedung serbaguna.

Pesan masuk dari Irene membuat Seulgi sedikit tersentak karena ia benar-benar tidak menyangka akan dihubungi lagi olehnya.

Setelah dijambak bahagia oleh Wendy, ditepuk-tepuk punggungnya oleh Kaisar dan dipeluk oleh Krystal di pinggir lapangan, Seulgi sekarang tengah berada di ruang kelas yang beralih fungsi menjadi ruang ganti tim basket putri fakultasnya.

Dia kembali mengantongi ponselnya, menatap teman-temannya yang masih bersuka cita merayakan keberhasilan tim mereka lolos ke babak final. Seulgi melangkah keluar dari ruang ganti setelah berpamitan dengan rekan setimnya. Ia sedang berada dilema apakah dia harus menemui gadis yang telah mengiriminya pesan atau tidak.

Sejujurnya Seulgi ingin bertemu, namun otaknya yang masih berpikir rasional berkata sebaliknya.

Melangkah keluar dan sosok pelatihnya adalah orang yang pertama ia temui di luar ruang ganti. "Kamu udah mau pulang?"

Seulgi mengangguk. "Iya, Coach."

"Oke, tapi jangan lupa kita ada latihan sekali lagi di tempat biasa sebelum final. Perihal waktunya nanti dikabarin lagi."

"Siap bos."

"Oh iya, Seul. Kamu harus jaga kesehatan dan kalo bisa kurangin melamunnya ya? Itu bisa ngerusak konsentrasi kamu dan juga permainan tim. Tumben-tumbenan loh kamu begitu." Pelatihnya itu lalu menatapnya tepat di mata. "Kamu lagi ada masalah?"

Ia berdeham kikuk dan tersenyum simpul. "Maaf, Coach."

"Kalo ada masalah secepatnya diselesaikan ya. Untung tadi di kuarter tiga kamu udah bisa balik ke sense kamu. Kalo enggak, mungkin kamu bisa saya tarik keluar dari game."

Seulgi langsung meringis. Dia paham betul maksud pelatihnya itu. "Saya tidak akan mengulangi kecerobohan saya dan akan mencoba fokus, Coach."

"Good. Saya mau ketemu tim basket putra dulu ya. Sampai ketemu pas latihan, Seul."

Laki-laki itu lalu pamit dan Seulgi langsung melanjutkan langkahnya yang tertunda tadi setelah merespons dengan lambaian tangan.

Perkataan pelatihnya kembali terngiang. Ia memang harus menyelesaikan masalah yang membuat fokusnya belakangan terpecah belah dan berpotensi mengganggunya di partai final minggu depan.

Seulgi menghela napas.

Tapi itu semua tidak semudah yang dibayangkan.

Berjalan tak tentu arah justru membawanya ke tempat parkir di dekat gedung serbaguna, di mana Irene berada.

Pandangan matanya kini jatuh pada mobil sedan berwarna hitam yang terparkir di sudut parkiran, jauh dari mobil lainnya.

Sambil berjalan, berulang kali Seulgi berusaha mengontrol dirinya. Skenario-skenario bagaimana Irene akan menamparnya nanti kembali terlintas di benaknya dan Seulgi mulai ragu dengan keputusannya untuk menemui Irene sendirian.

Ritme kakinya refleks melambat dan kemudian berhenti saat jarak dirinya tinggal beberapa meter saja dari mobil seniornya yang terparkir di bawah pohon rindang.

Ia berbalik dan berniat kabur sebelum Irene menyadari kehadirannya di sana. Lagipula ia tidak memberi balasan melalui pesan singkatnya, jadi Seulgi masih memiliki alasan untuk berkilah jika nanti ditanya mengapa dia tidak kunjung muncul di tempat pertemuan mereka.

"Kang Seulgi."

Langkah kaki Seulgi terhenti ketika suara Irene yang terdengar rendah itu sampai ke telinganya. Dia menoleh ke belakang, mendapati gadis yang lebih tua itu sudah membuka pintu mobilnya.

DESIRE [SeulRene] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang