05. Tatapan Benci

5.8K 886 48
                                    

"Selamat datang Manajemen 2013!!!"

Ia terpaku dan masih duduk di lantai saat teman-temannya yang lain tengah bersorak gembira. Dia tidak percaya acara ospek penuh penderitaan ini akhirnya resmi ditutup. Matanya masih mengamati balon dan potongan-potongan kecil kertas warna-warni yang berserakan di dekat kakinya, bukti bahwa ini semua bukanlah mimpi.

Lima belas menit yang lalu Seulgi masih beradu argumen dengan salah satu senior yang memintanya untuk menyerah di misi terakhir. Misi tersebut adalah menyusun kembali pecahan puzzle yang telah disembunyikan di aula tempat mereka berada dalam waktu kurang dari lima belas menit. Jika mereka berhasil melakukannya, maka teman-teman kelompok yang sebelumnya diculik akan dibebaskan dan mereka semua akan terlepas dari hukuman angkatan.

Merasa tidak terima karena dipandang sebelah mata, Seulgi memilih untuk mempertahankan pendiriannya dan berusaha membangkitkan semangat teman-temannya yang tersisa.

Memang tidak adil. Seulgi sudah merutukinya dalam hati berkali-kali. Entahlah, ia sudah beberapa kali hampir terbawa emosi. Aktivitas hari ini benar-benar telah menguras energinya lahir dan batin.

Dan tepat lima belas menit kemudian yang Seulgi tahu setelah berhasil menyusun kepingan puzzle dibantu teman-temannya, ia sudah terduduk di lantai memandang ruangan aula yang sekarang dipenuhi balon dan taburan confetti dari langit-langit. Matanya membulat sempurna saat senior-senior di sekelilingnya memasang senyum lebar di bibir sambil bertepuk tangan, menyambut mereka dengan suka cita.

Wajah mereka tampak tidak semengerikan sebelumnya.

Sekarang sudah lebih dari tiga menit semenjak hal itu terjadi dan Seulgi belum beranjak dari tempatnya. Dia masih berusaha mencerna keadaan.

Para maba yang tadinya ditawan pun telah berkumpul kembali dengan mereka di aula, menyatu bersama menyambut euforia karena mereka sudah resmi menjadi bagian dari keluarga baru di kampus tercinta.

Teman-temannya banyak yang melompat riang, beberapa bahkan ada yang menangis tidak percaya.

"Gila sih lo keren banget tadi."

Seulgi menghargai pujian yang dilontarkan Kaisar, namun dia akan lebih mengapresiasi lagi jika saja pujian tersebut tidak disertai dengan pukulan di pundaknya.

Sejak kapan pundaknya ini beralih fungsi jadi samsak tinju bagi kedua temannya?

"Iya makasih tapi gausah nabok juga." Seulgi tersenyum kecut sambil memijat pundaknya yang kini terasa kaku. "Awas aja biru, gua tampol balik lu."

Kaisar masih berani menampilkan deretan gigi putihnya di hadapan Seulgi, menganggap ancamannya itu sebagai angin lalu. "Sorry kebawa suasana tapi sumpah lo keren gila. Gua yakin abis ini lo yang bakal dipilih jadi ketua angkatan kita."

Seulgi melirik sekilas dan tertawa kecil, masih tidak percaya bahwa mimpi buruknya sudah berakhir. "Dan terkutuklah angkatan kita kalo gua yang jadi ketuanya."

"Seulgi!"

Merasa dirinya dipanggil, Seulgi menoleh kesumber suara dengan wajah bingung. Dilihatnya Wendy tersenyum dari kejauhan, lalu dengan cepat, temannya yang kecil itu sudah berlari menyambangi tempat mereka duduk. Tangannya terjulur ke depan untuk memberikan selamat. "Selamat ya Seul."

"Nyantai kali," Seulgi menyalami balik. "Kayak gua abis ulang tahun aja pake diselamatin segala. Ada apaan?"

Wendy terkekeh, dia ikut duduk di samping Seulgi dan Kaisar. "Selamat udah ngalahin kak Irene maksudnya. Tadi gua nanya teman kelompok lo soalnya."

"Oh itu." Senyuman bangga mulai mengembang di bibir Seulgi tanpa ia sadari. "Bukan apa-apa kok, gua tadi cuma menang main catur."

"Tapi dari tadi ga ada yang berhasil menang dipermainan itu dan keluar dari pos tanpa kehilangan satu pun anggota kelompoknya. Cuma kelompok lo doang." Wendy memandang takjub dan Seulgi yang mendengarnya hanya bisa tersenyum lebar. "Gua lagi beruntung kali," ia lalu mengambil sehelai confetti dan memainkannya dengan iseng. "Kalo pas papasan lo ga bilang kita bakal main catur di pos itu, mungkin gua ga akan pede pas masuk."

DESIRE [SeulRene] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang