Epilog

1K 137 77
                                    

Yu Ri POV

Hanya ada darah di tanganku. Ini mulai terasa menyenangkan sekaligus mengerikan. Namun aku menikmatinya. Ketika gumpalan merah itu menyentuh lidahku, aku tidak bisa berhenti. Aku ingin lagi dan lagi. Bukan karena rasa lapar melainkan karena ini semua memang terasa tidak cukup.

Membunuh terlebih dahulu, atau memakannya. Itu adalah dua hal yang berbeda dan baru aku ketahui sekarang. Mereka jauh lebih lezat saat dimakan hidup-hidup. Apa ini sudah semuanya? Apa masih ada lagi?

"Bisa kau hentikan itu?" Sebuah suara yang familiar membuatku kembali tersadar dari kerasukan ini.

Bukan. Ini bukanlah kerasukan melainkan diriku yang sesungguhnya. Seorang iblis bernama Gumiho.

Itu adalah Panglima Agung. Dia berdiri dengan janggal beberapa kaki jauhnya dariku. Ada yang tak biasa darinya. Tapi apa itu? Aku tidak bisa menemukannya.

"Sebaiknya kita pergi dari sini karen Jeosung Saja sedang dalam perjalann kemari." Katanya.

"Jeoseung Saja?" Aku melihat sekeliling. Merasa was-was karena terakhir kali aku ingat bagaimana aku tak berkutik menghadapi Jeoseung Saja itu. "Tapi Jeonha..."

Tentu saja Tae Yeon sudah melarikan diri dan aman disuatu tempat. Aku yakin aku sudah menghabisi semuanya. Tak ada yang terlewat. Benar begitu,kan?

"Ah, dia pasti sudah aman sekarang," tambahku kemudian.

"Kalau begitu ikut aku!" Panglima agung berlari cepat ke suatu tempat. Kecepatannya seolah tidak manusiawi, namun aku tidak mempermasalahkannya. Aku bisa mengimbangi itu.

Panglima agung membawaku cukup jauh dari tempat itu. Ia baru berhenti setelah merasa cukup aman. Padahal terakhir kali ia begitu percaya diri saat membunuh seorang Jeoseung Saja. Melihatnya melarikan diri seperti ini terasa sedikit aneh.

"Ku rasa sekarang kau aman," ujarnya kemudian. Nafasnya tidak tersengal sedikitpun padahal ia berlari sangat kencang tadi. "Sebenarnya aku sudah berjanji akan membawa si Wang Tae itu pada eonni. Tapi aku tidak ingin kembali kesana sementara para Jeoseung Saja begitu menakutkan. Mereka pasti akan menangkapku juga."

Aku tertawa mendengarnya. Beberapa hari yang lalu ia masih penuh percaya diri saat menghadapi Jeoseung Saja. Sekarang justru sebaliknya. Apa ia salah makan? Kemana semua rasa percaya diri itu lenyap?

"Mengapa kau menjadi penakut seperti ini, Janggun?" Aku memukul bahunya, namun hanya mendapatkan udara kosong disana. Padahal ia ada disana. Aku melihatnya.

Aku melihat tinjuku dengan dahi berkerut. Mengapa seperti ini? Apa ini salah satu kekuatan gumiho juga?

"Kau tidak bisa melihatnya?" Panglima Agung tersenyum sedih. "Bahwa aku sudah mati."

***

.
.
.
Yeay akhirnya tamat 🤗🤗
Next, Lonely Night
🙄
😏
🙃
🎆🎉🎉🎉🎊
Etapi gw ambil napas dulu sebentar
😅
.
.
.
Love you all
Yg udh berhasil namatin ini sama2 dgn gw
You're the best
Sampai jumpa di Lonely Night
😘😘

Wang TaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang