Prolog

10K 384 3
                                    

Aku terdiam. Ah tidak juga, sih. Aku tidak sepenuhnya terdiam. Tanganku kini bergerak mengusap mug yang kupegang dengan erat, padahal rasa dingin dari mug tersebut terasa membekukan tanganku sehingga terasa mati rasa. Lelaki dihadapanku hanya diam, seolah meresapi wajah bengongku dengan seksama.

Kepalaku tertunduk, dan aku mulai mencicipi minumanku lagi. Aku menghela napas panjang, lalu kembali menyimpan gelas tersebut di permukaan meja.

Kepalaku masih tertunduk, tidak berani menatap orang yang sangat dekat dengan lelaki yang merupakan pacarku.

Dia, adalah orang kesekian yang mengatakan bahwa pacarku bermasalah.

Aku tak tahu apa masalahnya. Mengapa orang-orang mengatakan jika pacarku tidak sebaik yang kupikir? Ada yang mengatakan jika dia adalah monster dan dewa berhati iblis.

Dengusan panjang terdengar dari laki-laki tersebut. "Lo tau Kronos?"

Aku mengangkat kepalaku, menatap orang dihadapanku dengan heran. "Penyakit ...," jeda, aku mengerutkan alisku bingung. "Penyakit Kronos?"

Lelaki itu mendengus geli dengan gelengan di kepalanya. "Itu penyakit kronis, bukan Kronos!"

Kerutanku semakin dalam. "Ya trus apaan? Yang familier di otak gue, cuma itu doang."

Dia memberikanku senyum miringnya. "Lo lebih baik cari tau."

"Buat apaan?" tanyaku dengan sebelah alis terangkat.

Dia melipat tangannya di depan dada, lalu bersandar pada kursi yang ia duduki. "Karna sifat Kronos, sama kayak sifat pacar lo itu."

Aku mengerutkan alisku dengan bingung. "Setelah monster dan dewa berhati iblis, sekarang Kronos?" ucapku sambil menatapnya tidak percaya. "Lo teman pacar gue, kan? Kenapa lo jelek-jelekin temen lo sendiri?"

"Karna lo, terlalu baik untuk dia manfaatin," jawabnya lancar dengan senyum yang tersungging di wajahnya. "Kita emang baru dua kali ketemu. Tapi, gue tau kalo lo bukanlah orang yang tepat untuk dia manfaatin."

Aku mengembuskan napas lelah. "Lagi-lagi, semua orang bilang kayak gitu," ucapku bosan. Aku menatapnya dengan marah. "Kalian ini kenapa, sih? Dia temen lo, kan? Temen kalian, kan? Kenapa semua orang bilang kalo dia itu buruk? Tapi tunggu-" aku menjeda ucapanku, lalu mengerjapkan mata. "Kronos itu nama apaan? Nama orang atau merk?"

Dia mendengus sinis. "Lo bahkan gatau apa itu Kronos, tapi lo udah ngebela dia kaya gini?" tanyanya ketus. Dia kemudian kembali mendengus sinis. "Wah, dia ternyata udah terlalu jauh mempengaruhi lo."

Aku diam, tahu apa maksud dari kata mempengaruhi mengarah pada perasaanku.

Lelaki dihadapanku menghela napas panjang, kemudian membawa jaketnya yang sedari tadi tergeletak disampingnya. "Lo cari tau sendiri tentang apa, atau siapa itu Kronos," ucapnya sambil memakai jaket dan berdiri dari kursinya. Dia menatapku, dan aku balik menatapnya tanpa rasa takut. "Maksud gue, atau semua orang yang terlibat, itu baik. Cowok lo itu emang monster."

"Tapi dia nggak pernah berbuat buruk sama gue!" seruku marah. Mataku tanpa sadar sudah menatapnya dengan tajam.

Dia memejamkan matanya sejenak, lalu membuang napasnya kasar. Matanya kembali terbuka dan menatapku dengan kasian. "Ini yang dia pengen. Lo terpengaruh sikap manis dia, abis itu, lo bakal dia manfaatin. Gue, dan semua orang yang pernah ngomongin hal ini ke lo, pernah dimanfaatin sama dia. Kronos."

Aku kali ini diam. Masih diam bahkan saat lelaki itu pergi meninggalkanku sendirian. Kepalaku kemudian menunduk, menatap gelas kopiku yang sudah kugenggam dengan erat. Aku menghela napas lelah dan melepaskan genggaman tanganku dari gelas. Pikiranku menerawang pada saat orang-orang berkata bahwa pacarku tidak sebaik yang aku kira, dan pacarku adalah orang yang berbahaya dan seharusnya aku hindari.

Aku menghela napas kembali. Ini benar-benar bukan diriku. Menggalau dan hal lainnya, itu bukan aku. Tapi ..., kenapa aku merasa ini sangat berat bagiku?

Siapa yang harus kupercayai sekarang?

Apa benar kalau pacarku itu monster?

Dan apa itu Kronos?

Kronos [COLD DEVIL #3]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang