badai

15 6 0
                                        

Hari ini rencananya aku akan pergi ke rumah seorang editor, itu pun berkat usahaku terus membayangi hidupnya selama seminggu penuh dengan mengirimi pesan setipa hari agar dia mau menemuiku dan membaca hasil jerih payahku meski pada akhirnya akan berakhir di tong sampah.

Tidak apa-apa. Ini percobaan kesejutaku jadi seharusnya aku merayakan ini semua dengan mentraktir Yoongi dan Taehyung semangkuk udon untuk dimakan kami bertiga. Itu pun jika hasil karyaku benar-benar dibuang.

Sepertinya kesialan memang sangat betah berada di sisiku, menggelayut erat enggan melepaskan genggamannya dari hidupku. Aku nampak menyedihkan, dengan pakaian basah kuyup, berdiri kedinginan di halte bus yang amat sepi. Apa harus aku telpon seseorang? Yoongi? Taehyung?

Ohh, aku lupa menjelaskan tentang taehyung.

Dia hanya teman yoongi yang sudah dianggap anak oleh ibu yoongi, jadi secara tidak langsung ibu ku pun menganggap dia sebagai anaknya. Hanya itu.

Aku yakin dia menggunakan ilmu sihir agar orang tua di sekitar menjadi sangat menyayanginya. Belum lagi dia itu teman sekelasku saat sekolah. Lihat? Hidupku penuh dengan orang pemberi penderitaan. Jika kalian dengar hidupku sangat beruntung, itu hanya kabar burung. Abaikan saja.

Jadi sekarang apa? Aku berada di tengah perjalanan menuju rumah editor dan tiba-tiba hujun turun dengan deras disertai angin kencang. Mungkin besok aku akan menjadi head line berita karena mati kedinginan di halte bus jika terlalu lama berdiri disini

Lebih baik aku telpon yoongi saja, tadi malam kan dia yang mengacaukan kertas naskahku. Dia menyiramnya dengan coklat panas. Luar biasa.

"Yoon, jemput aku di halte bis_______"

"sedang apa disana? Memunggu teman kencan? Kau sudah punya rupanya...."

Sialan "min yoongi, kau sudah mengacaukan semuanya dari awal, kalau aku sampai sakit besok kau harus bertanggung jawab, jadi jemput aku...." dia mematikannya sepihak, tanpa kata-kata umpatan seperti biasa. Ya ampun! Aku benar-benar marah. Sulit ya mendengarkan aku bicara hingga selesai?!

Dengan isi kepala berputar memikirkan cara untuk mengamuk pada yoongi, aku menerobos hujan hingga aku yakin jika isi tasku juga basah. Jika aku sampai sakit besok, biasanya yoongi tidak akan berani kerumahku katanya takut tertular dan aku akan sangat cengeng. Biar, saat yoongi kerumahku artinya dia lapar, jika dia tidak kerumahku artinya lagi dia kelaparan. Hah! Rasakan.

Cara jalanku menunduk hingga tidak menyadari seseorang menarikku untuk berteduh di depan gedung kantoran. "kau gila?! Kak Yoongi bilang kau itu mudah sakit, kenapa hujan-hujanan seperti ini? Kau kira umur mu berapa, hah?" sialan taehyung, dia tidak sadar jika suaranya itu kelewat melengking hingga cukup menarik perhatian orang yang ikut berteduh.

"aku sedang dalam perjalanan menuju proses bertahan hidup tanpa orang tua, memang apa lagi?"

Taehyung mendengus geli mendengar ucapanku "dengar ya, kau akan mati dalam satu jam jika masih berperilaku seperti anak kecil, hujan-hujanan dengan sengaja? Ckck, sebaiknya impianmu kubur saja dan menikah secepatnya, itu lebih aman."

Mungkin ini efek dari hujan deras yang mebasahiku cukup lama tadi hingga aku tidak bisa menahan emosiku, ubun-ubunku rasanya mau pecah mendengar ucapan idiot ini "Jika kau tidak tahu apa apa, JAGA UCAPANMU! MINGGIR SIALAN." aku sudah tidak peduli lagi orang-orang mulai menonton drama kami berdua, yang pasti aku sangat sebal pada taehyung.

"hei mau kemana?" dia mencekal lenganku "kemana lagi? Mengubur mimpi bersama diriku di dalamnya."

Perlahan dia melepaskan tanganku, menatapku menyesal, setelah beberapa langkah dari taehyung aku berbalik kembali mendekat padanya "aku lupa, kau harus menggaris bawahi sesuatu." aku berkata sambil berbisik pada taehyung "jika aku benar-benar mati, tolong untuk tidak menghadiri pemakamanku." lalu aku pergi tanpa menengok lagi pada taehyung.

Ya, aku memang tidak salah berbicara. Kepalaku selalu berdenyut ketika orang-orang mulai membicarakan mimpiku yang kelewat muluk. Atau tentang berfikir lebih realistis.

Karena jika aku berfikir realistis artinya keinginanku hanya satu.

Segera pergi dari dunia ini.

Aera And Her WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang