masalalu

10 3 0
                                    

Di sini lah aku sekarang berhadapan dengan Kim Namjoon di ruang tamu dalan keadaan canggung berat. Sebenarnya hanya aku yang merasakan kecanggungan maha berat ini. Dia terlihat santai sekali sambil membaca cepat naskahku, sudah setengah jam sejak dia datang berbasa basi sedikit lalu aku cepat-cepat menyerahkan naskah agar perbincangan kami tidak merambat kemana-mana.

Berbahaya.

"sebaiknya aku serahkan langsung pada seniorku untuk naskah sejenis ini. Tapi keseluruhan aku menyukai alur ceritanya. Selalu ada kejutan kecil di dalamnya, tidak berlebihan. Sesuai porsi."

Aku tahu pipiku bersemu merah memalukan. Mendengar Namjoon memuji naskah yang bisa aku sebut sangat tua itu.

Ada sedikit keheningan sebelum namjoon melanjutkan ucapannya "naskah lama ya?"

"mmm.. Ya."

"aku seperti kenal dengan tokoh utamanya."

Demi naga laut, aku mengutuk kejeniusan otaknya.

"dia..."

"aku?"

"kau sudah tau itu naskah lama, sudah pasti... Arghhh ambil saja dan jangan hubungi aku sampai naskah ku akan di terbitkan." yang aku takutkan dari tadi akhirnya muncul juga. hari ini benar- benar menjadi sangat berat karena harus bertemu dia.

Setelah namjoon pergi dari rumahku, aku berlari menuju rumah yoongi dan Si pucat ini ternyata tengah tertidur pulas ketika aku masuk kamarnya tanpa mengetuk, aku mulai berteriak kesetanan sambil menangis di kamar yoongi.

"gadis gila, kenapa pagi pagi begini sudah kerasukan iblis?" pagi katanya?! Matahari bahkan hampir melelehkan kakiku yang menginjak aspal tanpa alas!

Aku melempar ponsel yang tergeletak tidak jauh dari kakiku "jika aku sudah kerasukan iblis memangnya kenapa, hah?! Mau mengusirku kau sialan?!" aku masih menangis keras di kamar yoongi sambil terus mengumpat.

Yoongi tahu aku bukan tipe gadis cengeng yang akan merengek karena suatu hal sepele. Jadi dia turun dari singgasana ranjangnya dan ikut berjongkok dibawah, memberiku satu box tisu sambil menungguku berhenti menangis. Meski kami sering memaki satu sama lain tapi kami selalu ada jika aku atau yoongi butuh bantuan.

Setelah sekitar dua jam lebih aku menangis menghabiskan seluruh isi box tisu, yoongi mulai berani bertanya "namjoon kerumahmu?"

Aku ingin menangis lagi ketika mendengar nama itu " kau ini kenapa sih? Berhenti menjadi cengeng dan hadapi kenyataan. Lagi pula kau habiskan semua tisu yang aku punya."

Sambil menahan mati matian air mata aku mengeluarkan surat yang tadi namjoon berikan sebelum pergi.

"bagaimana ini? Aku masih menyayanginya, yoongi..." ah menahan emosi apalagi air mata itu tidak baik, jadi aku menangis lagi.

Surat itu berisi undangan pernikahan namjoon dan kekasihnya. Yang membuatku sakit adalah kenyataan bahwa teman dekat perempuanku satu satunya menikahi mantan pancarku dan aku masih memiliki perasaan untuk namjoon.

Ini benar benar buruk, lebih buruk dari patah hati.

Aera And Her WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang