superkim

14 3 0
                                    

Tidak ada hal yang berjalan sesuai rencana jika itu bersama taehyung, semuanya kacau ketika dia tiba-tiba menghilang saat aku hendak membayar. Dia membawa kartunya. Dan aku ditinggal sendiri didepan kasir dengan muka bodoh. Aku berusaha meyakinkan kasir perempuan itu untuk menunggunya sebentar lagi, aku bahkan harus memelas sambil memohon padanya agar aku tidak diusir dari sana.

Aku berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyemburkan api neraka pada taehyung yang datang satu jam kemudian. Wajahku memerah antara malu dan marah dalam satu waktu, dia hanya tersenyum tanpa dosa beserta aura terlalu bahagia yang ia pancarkan. Si kasir yang tadi sempat ketus padaku mendadak murah senyum dan terpana melihat kartu yang dikeluarkan taehyung untuk membayar bajuku. Itu milik yoongi!

"terima kasih sudah belanja disini." moodku benar-benar buruk mendapat perlakuan tidak adil serta taehyung yang membuat malu diriku di toko baju tadi, dia sempat mengomentari baju yang aku pilih lalu bersenandung kecil tidak menyadari perubahan suasana hatiku.

Aku menuruni tangga melewati taehyung menuju kereta dengan kaki dihentakan keras kesal, si sialan ini dari tadi terlalu bahagia dan aku benci itu. "kau ini kenapa, sih?" taehyung menyusul berusaha menggapai lenganku.

"jangan sentuh aku!" aku kadang lupa jika taehyung terkadang tuli dan sulit mengerti ucapan manusia normal, dia malah merangkulku hingga menarik perhatian orang yang tengah menunggu kereta.

"kau ini menggemaskan sekali jika marah. Jadi, kenapa kau ini marah? Belanjaanya berat? Atau kaki mu sakit?" dia sama sekali tidak menyadari ekspresi siap meledakku dia malah memperkeruh susasan hatiku "kau lapar, ya?" suaranya cukup keras. Orang-orang yang sejak tadi memperhatikan kami berusaha menahan tawanya.

Aku menghentakan tangannya emosi. Mendongak berharap jika kim bodoh ini mengerti aku sedang marah. Dia hanya mengangkat sebelah alis bingung. Terserah, aku akan menghajar taehyung nanti saat sampai dirumah saja. Lamunanku buyar ketika aku terdorong masuk gerbong karena banyak orang berdesakan masuk kedalam kereta, bahkan ada yang menginjak kakiku dengan heels runcing. Sang pelaku melenggang santai masuk kedalam gerbong kereta, aku jadi tidak bisa mengejarnya untuk membalaskan dendam. Atau barangkali sedikit memjambak rambut indahnya itu.

Aku baru sadar setelah beberapa detik kereta melaju.

Aku terpisah dengan taehyung.

Jantungku berdetak cepat ketika ingatanku tentang hal buruk yang pernah aku alami saat SMA muncul kembali. Memutar semua kejadiannya dengan jelas dan cepat. Aku tidak bisa bertahan terlalu lama, mungkin satu menit kedepan jika taehyung tidak segera menemukanku, aku akan memuntahkan isi perutku dan mengotori lantai kereta membuat aku malu seumur hidup.

Aku memejamkan mata dan mulai menghitung mundur sambil merasakan isi perutku merangkak naik perlahan meski aku sudah menahanya.

Hitunganku belum sampai tiga puluh seseorang memelukku erat, "maaf, aku minta maaf." aku bisa mendengar detak jantung yang sama berdebarnya dengan milikku.

Taehyung sama paniknya denganku.

"aku harap aku tidak terlambat." dia mengusap punggungku pelan yang aku jawab dengan gelengan. Taehyung menghela nafas lega.

Taehyung terus mempertahankan posisi kami meski aku sudah membaik. Aku sudah mendorongnya tapi dia bersikukuh ingin seperti ini sampai kami turun dari kereta, "gila." aku mengumpat pelan tapi dia masih bisa mendengarnya.

"kau juga."

Setelah itu kami turun dari kereta dan taehyung mulai bertingkah aneh menautkan jemariku dengan miliknya. Dia bahkan sempat menghinaku dengan berbicara seperti ini, "kau terlalu pendek, aku jadi kesulitan mencarimu seperti tadi. begini lebih aman." telinganya berwarna merah aneh. Aku tidak terlalu memikirkannya karena taenyung berjalan dengan langkah panjang tanpa peduli jika langkahku bisa saja dua kali lebih kecil dari dirinya belum lagi kakiku sedikit ngilu akibat seseorang menginjakku tadi, sepertinya jempol kakiku akan timbul memar.

Aku mengumpat selama sisa perjalanan menuju rumah yoongi, saat sampai mulai lah drama taehyung yang menceritakan seluruh perjalanan tidak menyenangkan kami seolah kami baru saja pulang dari surga pada yoongi. Dia seperti biasa hanya menatap kurang peduli pada taehyung.

Yoongi membongkar semua tas belanjaan milikku berpikir sejenak melihat semua barang yang aku beli, "aku kurang mengerti hal semacan ini. Besok aku akan panggil kan kenalanku dia lebih ahli, kau bisa bicara padanya."

"yoon, kurasa ini berlebihan."

Yoongi merangkak menuju taehyung yang mengajaknya bermain game lagi, "tidak, kau ini adikku wajar saja aku ingin melakukan sesuatu untukmu, lagi pula aku tahu kau tidak pandai berdandan."

"KAK TAHAN MONSTERNYA!" taehyung memainkan konsol game dengan semangat hingga yoongi tertular menekan tombolnya terlalu semangat.

Aku memikirkan ucapan yoongi tadi sambil memperhatikan cara bermain game mereka berdua yang brutal. Aku sama seperi yoongi sebenarnya, kami berdua anak tunggal yang sering ditinggal oleh orang tua kami. Yoongi bahkan hanya memiliki ibu saja, ayah yoongi sudah lama meninggal karena penyakit jantungnya. Setelah kematian ayahnya yoongi bertambah mirip sekali gelandangan yang butuh banyak asupan makanan. Dia kurus dan pemalas. Sempurna.

Bukan hanya kehilangan ayahnya hari itu, dia juga kehilangan calon adiknya. Aku tidak pernah mau tahu bagaimana bisa yoongi malah menumpahkan semua perhatian layaknya seorang kakak  padaku padahal dulu dia sepupu jahat. Yang pasti setelah banyak kejadian menyedihkan itu aku jadi salah satu manusia yang paling sering ia temui. Satunya lagi tentu saja taehyung, dia seperti anjing yang mengikuti yoongi kemana pun.

Yoongi itu hanya terlalu kesepian.

Ucapan yoongi membuyarkan semua lamunanku serta merenggut tidur nyenyakku, "kau akan pergi dengan siapa? Akan terlihat lebih menyedihkan jika datang tanpa membawa teman."

Yoongi... Benar. Aku harus bawa pasangan. Tapi siapa?

Aera And Her WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang