tanda malapetaka

12 3 0
                                    

Harga yang Hyora sebutkan untuk satu jenis produk yang kemarin memang tidak main-main. Aku tidak punya kepercayaan diri berlebih seperti milik salah satu teman yoongi, biasanya kulit wajahku akan terlihat pucat dan berminyak tapi pagi ini aku merasa wajahku sangat bersinar ketika bangun pagi, bahkan hyora mengecat kuku milikku. Mungkin lain kali aku akan berkunjung ketempat kerja Hyora sekali-kali sekedar untuk melihat-lihat.

Di samping itu, perasaanku kebat-kebit tidak karuan karena ingat hari ini aku akan pergi ke acara sialan. Hyora bahkan mengingatkanku agar terlihat santai. Aku bukan orang yang suka sekali pura-pura, ketika pertama kali mengenakan gaun yang aku beli kemarin ujung gaunnya terlihat gemetar saking gugupnya.

Seseorang mengetuk pintu kamar "kau sudah siap, sayang? Teman mu menunggu di bawah." itu ibu, beliau pulang kemarin malam.

"aku tidak akan pergi dengan siapa pun." ibu membuka pintu kamar, "lalu kenapa taehyung tampan itu ada dibawah? Dia terlalu rapih jika hanya berkunjung." ibu mendekat padaku untuk menggelung rambutku rapih.

"tapi aku benar-benar tidak akan pergi dengan siapa pun, kenapa juga taehyung datang?" sebenarnya aku akan mengajak ibu untuk pergi kesana, setelah tau ibu dan ayah akan pulang malam tadi. Aku putuskan untuk pergi sendiri saja mereka pasti lelah setelah perjalanan jauh, peduli setan jika aku terlihat menyedihkan aku hanya hadir disana karena namjoon memintaku. Itu saja.

Ibu selesai dengan rambutku tidak lama kemudian, beliau menepuk pundakku lembut, "kau ini putri ibu, ingat itu." lalu beliau pergi meninggalkanku. Oke, aku hanya perlu menghadapinya lalu lupakan dan tinggalkan. Cukup mudah diucapkan namun tentu pada kenyataanya butuh banyak sekali waktu, tapi tidak ada yang sia-sia didunia ini meski terlihat seperti kesalahan bodoh.

Bagus. aku malah melamun terlalu dalam hingga terlonjak kaget ketika pintuku di gedor secara brutal. Aku yakin itu bukan ibu, "sialan taehyung, pintuku bisa..." segala umpatan yang hampir aku ucapkan menghilang tepat setelah membuka pintu. Aku rasa dia bukan taehyung yang sering melakukan hal tidak waras, atau taehyung dengan kemalasan mandi tikat tinggi sampai aku bisa melihat titik-titik putih di pundaknya. Aku tidak ingin mencari tahu apa itu, yang pasti hari ini dia... Berbeda.

Kurasa kata itu lebih cocok dan tidak berlebihan.

Kemeja putih dengan bagian atas kancing tidak ia pasang dengan benar lalu jas hitam yang tampak baru. Ya ampun dari mana ia mendapat sepatu dengan merek terkenal itu! Mencurinya? Aku tidak peduli, yang pasti ini bukan seperti taehyung yang biasa.

"terpesona? Tentu saja. Kau tidak bisa berbohong pada kakak tampan ini." dia mengedipkan sebelah matanya. Jangan sampai makanan sisa tadi malam aku semburkan pada penampilan langka taehyung, aku melewati tubuhnya begitu saja untuk menghindari pagi yang buruk dan menuruni tangga.

"jangan terus menolak pesonaku seperti itu nanti kau menyesal."

"berisik." dia terkekeh sambil mengikutiku untuk pamit pada orang tuaku. Aku mencarinya kedapur tapi tidak mendapati siapapun, "tadi mereka berpamitan padaku untuk pergi keluar sebentar, kau terlalu lama di dalam kamar."

Aku menghela nafas berat sambil menatap taehyung, "dengar ya, aku terpaksa mengajakmu. nanti saat di..." ucapanku terpotong oleh bunyi bel rumah, taehyung tau tadi akan aku ceramahi segera melesat menuju pintu depan, "biar aku yang buka."

"ini bukan rumah mu, bodoh."

Aku langsung menyusul taehyung takut dia melakukan hal aneh pada tamu, langkahku langsung berhenti ketika melihat siapa yang datang. "kak Aera!!" anak perempuan berusia tiga tahun memeluk kakiku erat, "ehh, hana? Sudah lama tidak bertemu, ya?" aku menggendong gadis kecil lucu itu dengan gemas.

"tenang saja bibi kami tidak keberatan, bibi pergi saja kami akan menjaga Hana untuk bibi." apa? Taehyung sialan.

"bibi kami akan... " lagi-lagi ucapanku di potong.

Aku kadang kesulitan menolak permintaanya, dia adalah tetangga ku yang sering menitipkan anaknya setelah tau aku pengangguran dan butuh pekerjaan. Tentu aku tidak menolaknya karena dia sering memberiku uang tip yang cukup besar. Seperti sekarang, mata taehyung berbinar ketika bibi jung memberikan uang mukanya, "aku tau kalian akan pergi sekarang, tapi aku ada urusan mendesak yang tidak bisa aku tinggalkan, mohon bantuannya."

"tidak apa-apa, dengan senang hati kami akan menjaga Hana." taehyung mengacungkan jempolnya. "kalau begitu aku pergi dulu, ya. Hana jangan nakal, ibu pergi dulu." kami melambai pada bibi jeon, semua orang tampak ceria kecuali aku. Iya, aku.

"hei! Taehyung bukanya kita..."

"sudah aku bilang tidak apa-apa, jangan berpikir terlalu keras. bawa saja Hana dan kita bersenang-senang disana. Ibu dan ayah mu sedang tidak ada, kita tidak mungkin meninggalakannya, kan?" ada apa dengan hari ini sih? Aku sudah cukup kesal harus menghadiri upacara sialan itu, tidak usah dengan ikutnya taehyung dan Hana seperti ini. Bukannya aku benci tapi... Ah sudah lah. Aku lelah. Aku ingin diam saja.

Sepanjang jalan aku hanya diam di belakang jok mobil, sedangkan hana yang duduk disamping supir bernyanyi dengan taehyung sambil menyupir. Moodku hari ini benar-benar rusak sekali. Hana mengajakku bernyanyi tapi hanya aku balas dengan senyuman. "apa kak Aera sedang tidak sehat?"

Taehyung menatapku sekilas lewat spion mobil, "kurasa seperti itu. Tapi dia akan baik-baik saja." entah bagaimana perkataan taehyung seperti berusaha menghiburku tapi itu tidak mempan sama sekali. Aku berharap hari ini berlalu dengan cepat.

Aera And Her WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang