(bukan) pasangan

16 4 5
                                    

Aku kira akan ada pesta besar-besar yang memungkinkan aku melakukan kekacauan seperti mengguyur pengantin perempuannya dengan jus strowberi atau menjambak rambutnya hingga rontok parah. Tapi aku lebih suka membayangkan jika aku menampar namjoon dengan keras lalu mendeklarasikan diri sebagai gadis yang dikhianati secara terang-terangan serta mendapat banyak dukungan dari tamu yang hadir.

Picisan.

Sebenarnya itu hanya khayalan agar aku merasa lebih baik, nyatanya tidak. Perasaanku memburuk ketika pertama kali menginjakan kaki di taman belakang rumah Taeri, kini disulap menjadi tempat untuk upacara pernikahan. Sekedar informasi jika Taeri ini sangat kaya raya, dia biasa membeli alas kaki super mahal hanya untuk dinjak-injak beberapa kali lalu disimpan disudut ruangan tempat koleksi sepatunya. Agak sedikit aneh karena pernikahannya mengundang sekitar tiga ratus orang, dekorasinya pun terlihat sederhana. Ini sangat bukan Taeri.

Upacara pernikahannya sudah selesai sejak setengah jam yang lalu dan aku masih berada di pinggir taman untuk menghindari tatapan kedua pasangan terkutuk itu, Hana dan Taehyung tengah mencicipi banyak sekali makanan yang terlihat enak. Sempat tergoda untuk ikut berkeliling, namun ingatanku malah melayang saat upacara tadi.

MEREKA BERCIUMAN TEPAT DIDEPAN MATAKU, SIALAN. Aku bersumpah tidak akan menahan diri lagi. Nafasku jadi tidak teratur ketika melihat segerombolan gadis dengan make up tebal mencuri pandang padaku sambil berbisik. Kenapa Taeri harus mengundang sekumpulan badut? Kenapa juga aku harus mengenal mereka sebagai teman satu jurusan dulu saat di universitas?

Salah satu dari mereka yang mengenakan baju merah terang mendekatiku sambil tersenyum setengah menahan tawa, "hei, Aera. Tidak aku sangka kau diundang juga." aku tidak pernah bermain-main dengan sumpahku, jadi jangan salahkan jika seseorang akan terluka akibat mulut mereka sendiri.

"yap, sayangnya aku ada disini."

Dia berbisik dengan bibir bergincu itu terlalu dekat, aku mengernyit mencium bau parfum yang terlalu banyak darinya, "tapi kau kan baru saja dikhianati oleh sahabatmu sendiri? Setidaknya kau harus membalas pada Taeri, kan?"

"dan memuaskan para penggosip seperti kalian, begitu?" aku mendengus kesal ketika gerombolan badut penggosip itu mulai berbisik heboh ketika aku emosi "Kau pikir aku senang datang kemari? Urusi urusan kalian masing-masing, berhenti memprovokasi dan ENYAH KAU DARI HADAPANKU, BRENGSEK!" Aku menatapnya nyalang, membuat dia ciut seketika. Taehyung dan Hana datang tepat setelah si baju merah pergi dengan wajah menahan emosi.

"bukanya hari merah mu masih jauh, ya?" aku akan mengumpat jika saja Hana tidak ikut bersama kami. "haha, Taehyung kau lupa ya, hariku selalu merah jika ada kau didekatku." taehyung ingin membalas perkataan sarkasku tapi Hana melompat-lompat girang sambil menunjuk kearah yang aku hindari, "putrinya datang bersama pangeran!!" ah sialan.

Aku tadi sepertinya terlalu mencolok, "Aeraaaaaaaaaaaa." Taeri memelukku erat, Taeri memang sangat polos dan bisa bersikap seolah-olah tidak ada masalah padahal jika aku ingin, aku bisa saja melakukan hal yang tadi aku bayangkan "haha ya, Taeri selamat." sebisa mungkin aku tidak menatap namjoon atau lebih parah berbicara dengannya. Hana menarik gaun pengantin Taeri mengintrupsi kalimat panjangnya tentang 'aku sangat rindu padamu bla-bla-bla', "kau seorang putri?" mata polos Hana memang sulit di tolak apalagi Taeri pada dasarnya sangat suka anak kecil. Taeri tersenyum lebar melihat Hana, dia mensejajarkan tingginya dengan Hana, "hai cantik, namamu siapa?"

"Hana." Taeri mencubit pipi cabi Hana, "kau datang bersama kak Aera?" Hana mengangguk bersemangat. "dan kakak tampan ini." sang pelaku yang merasa dirinya disebut tampan oleh anak balita langsung tertawa sambil mengusap kepala Hana. Taehyung menatapku, aku bahkan bisa mendengar ucapanya dalan hati seperti 'kau dengar? Aku ini tampan dan keren.' idiot. Taehyung idiot.

"kalian pasangan yang serasi sekali." Taeri menepuk tangannya senang.

"kami bukan pasangan!" kataku jengkel. "eoh, kukira kalian berkencan?"

"sebentar lagi Taeri. tenang. jangan terburu-buru. Dia ini sedang dalam masa transisi dari buruk rupa menjadi cantik." aku tidak bisa memukul kepala Taehyung lagi-lagi karena adanya Hana disekitar kami. Aku tidak ingin balita manis ini ternodai oleh sikap bar-barku.

Sendari tadi kami mengobrol namjoon hanya berkata iya atau tidak, tertawa lalu terdiam dengan wajah sulit dibaca. Padahal ketika kemarin dia memberiku kartu undangan terlihat dia sangat bahagia, aku malah teringat perkataan yoongi dulu, 'manusia itu sulit di tebak, sekarang iya besok bisa saja berkata lain, lebih baik aku tidak berhubungan apapun dari awal itu lebih mudah.' dan hari ini aku meyakini apa yang yoongi katakan.

"sudah bertemu dengan ibu? Dia selalu bertanya padaku kenapa sekarang kau jarang kerumah, aku sudah menjelaskan padanya tentang pekerjaanmu sekarang tapi kau tau sendiri bagaimana ibuku itu." aku meringis merasa tidak enak pada ibu Taeri, setelah berpamitan pada kedua pasangan itu kami bertiga mencari orang tua Taeri.

"Aera!" itu ibu Taeri.

"hai bibi, apa kabar?" dia masih saja terlihat muda meski sudah berkepala empat. "aku baik nak, kau datang bersama kekasih mu?"

"tidak. bukan. Dia..."

"aku kim taehyung dan ini Hana."

Ibu taeri sempat terdiam sejenak sambil menatap kami, aku hanya bisa tersenyun kaku berharap Ibu taeri tidak berfikir aneh-aneh. Sayangnya itu hanya harapan kosong.

"kalian ... SANGAT SERASI!"

Di detik pertama perkataan itu keluar, detik berikutnya aku ingin sekali mengubur diri kedalam tanah dalam-dalam. Kenapa namjoon harus menatapku dari jauh seperti itu sih?!

Aera And Her WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang