16 - Ayo jalan bersama

3.1K 421 65
                                    

"Bisakah kau membantuku? Serius! Aku sedang ada urusan yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan barang satu menit saja, tapi aku juga benar-benar tidak bisa membiarkan teman baikku mati! Mau, ya? Tolong! Tolong! Tolong!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bisakah kau membantuku? Serius! Aku sedang ada urusan yang benar-benar tidak bisa ditinggalkan barang satu menit saja, tapi aku juga benar-benar tidak bisa membiarkan teman baikku mati! Mau, ya? Tolong! Tolong! Tolong!"

Jisoo menghela nafas untuk ke sekian kalinya begitu tiba di depan pintu unit 905, selain karena tiba-tiba harus menjadi kurir pengantar obat, ia juga mengeluhkan sistem operasional gedung ini. Bagaimana bisa liftnya tidak berfungsi pada jam sibuk orang-orang keluar-masuk begini?

Sekali lagi ia mengecek arloji yang melingkar di tangan kirinya, masih ada beberapa jam hingga pertemuan selanjutnya tiba. Seharusnya tidak menjadi masalah jika ia hanya perlu mengantar obat dan pergi. Tapi, saat pintu terbuka dan menampilkan sosok Jaewon yang sepertinya tengah di ambang masa kritis, secara mendadak Jisoo melupakan semuanya.

Satu dalam pikirannya dan yang terpenting sekarang adalah, menyelamatkan nyawa manusia.

"Temanku yang menyuruhmu, ya? Maaf, aku jadi merepotkanmu." Jaewon berkata setelah menyuruhnya masuk.

"Sudahlah, tidak masalah." Jisoo mengibas-ibaskan tangannya, lantas setelah meminta izin berlalu ke dapur yang menyatu dengan ruang tamu. Melihat-lihat kabinet atas dan bawah. "Apa kau sudah makan? Hmm, melihat dari kondisimu sepertinya belum."

Jaewon yang tengah memperhatikan Jisoo sedang mengobrak-abrik dapurnya hanya tersenyum saja.

"Heol! Tidak ada apapun disini, bagaimana bisa seorang manusia tidak menyimpan makanan apapun? Hei, bagaimana caramu makan?"

"Kalau kau lupa, ini sudah abad 21. Dan beberapa restoran sudah menerapkan pesan-antar makanan sampai ke rumah."

"Ahahaha, benar juga." Jisoo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "kalau tahu begini seharusnya aku sekalian membeli makan saja. Pasti butuh waktu lama untuk memesan makanan, apa lagi sekarang liftnya sedang tidak berfungsi."

"Eh? Liftnya mati? Jadi kau naik tangga sampai ke lantai 9?"

Jisoo mengangguk tanpa masalah, menghampiri Jaewon yang masih berdiri. "Iya. Omong-omong dimana kamarmu?"

Dengan cepat, Jaewon segera menunjuk kamarnya yang memang hanya ada satu. Menengok ke arah tunjuk pria itu, setelahnya Jisoo mengubah posisi dengan berdiri di belakang punggung Jaewon dan mendorongnya hingga ke depan pintu kamar.

"Nah, sekarang istirahatlah tuan sakit, sementara aku akan mencari makanan untukmu."

Kini Jaewon tidak tahu lagi mana perbedaan antara rasa panas dari demam, atau rasa panas dari debaran yang menjalar hingga ke wajahnya.

Knowing BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang