17 - Lukisan bernilai tinggi

2.6K 384 77
                                    

Matahari mulai turun ke ufuk barat, dan si biru yang semula terang perlahan berubah warna menjadi oranye redup yang menghangatkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matahari mulai turun ke ufuk barat, dan si biru yang semula terang perlahan berubah warna menjadi oranye redup yang menghangatkan mata. Tirai transparan yang menutupi jendela mengembang seiring datangnya angin lembut yang berhembus. Membawa kesejukan yang sangat cocok dengan ruangan yang tengah ia naungi.

Wonwoo masih berdiri disini, di ruangan berbau cat basah dan kertas. Menatap salah satu lukisan yang sempat menarik perhatiannya saat terakhir kali ia kemari, sebuah potret dari si pelukis itu sendiri. Dalam kacamata awamnya itu tampak realistis, permainan warna-warna cerah terlihat sangat cocok dengan diri si pelukis. Cantik. Hanya itu yang akan Wonwoo katakan jika seseorang menanyakan pendapatnya.

Wonwoo mendekat untuk memperhatikan garis senyumnya lebih dekat lagi, ia tak pernah menyukai seni, bukan membenci, hanya tak tahu apa esensi dari menatap sebuah karya. Namun, getaran halus yang ia rasakan saat memaku dirinya disini membuatnya berkedip bingung untuk beberapa saat.

Bukan mulai memahami makna, Wonwoo justru semakin dibuat bertanya-tanya. Tanpa sadar ia mengulurkan tangan untuk meraba garis senyum itu, yang diwarnai dengan warna merah muda lembut.

Namun suara pintu di belakang segera membuyarkan lamunannya, dengan cepat Wonwoo menarik lagi tangannya dan berdehem pelan, menengok ke belakang dengan tenang. Orang yang baru saja masuk sedikit terkejut saat melihat dirinya, tapi segera menyapanya dengan sopan dibumbui senyuman yang tak dipaksakan.

"Oh, halo Direktur."

Jisoo tak menunggu balasannya dan kembali masuk lebih jauh seraya menyeret sebuah kanvas berukuran dua kali tubuhnya yang masih terbungkus rapi, menyandarkannya di bawah jendela yang terbuka. Cahaya jingga lembut yang menyoroti tubuh kecilnya, dengan angin halus yang mengibarkan rambut panjangnya membuat itu tampak seperti adegan sebuah film.

Sorot mata Wonwoo masih memindainya, tak menghindar ketika Jisoo sudah selesai dengan urusannya, dan menghampiri tempatnya. Dia menatap apa yang tengah Wonwoo lihat lalu kembali pada wajahnya, bertanya lewat mimik muka sambil memiringkan kepala.

"Bolehkah aku bertanya kenapa kau ada disini?"

Wonwoo mengalihkan pandangan pada lukisan itu lagi. "Apakah ini buatanmu, atau kau menerimanya sebagai hadiah?" Tunjuknya pada objek di depannya.

"Buatanku, aku pernah bilang sedang belajar seni lukis realis, kan? Selain melukis pohon, aku juga mencoba untuk melukis seseorang. Tapi, karena tidak tahu harus memakai model siapa, jadi aku membuat diriku sendiri sebagai acuan."

Wonwoo mengangguk. "Aku pernah dengar tentang seorang pelukis dari Kharhiv kekaisaran Rusia bernama Zinaida Lanceray. Dia juga pernah melukis potret dirinya sendiri yang mana lukisan itu sekarang sudah berusia lebih dari 100 tahun, dan menjadi terkenal. Apakah biasanya pelukis memang selalu melukis dirinya sendiri?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Knowing BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang