"Jis, Rosie pingsan!" Terdengar suara yang terdengar nyaring dari ujung telepon.
Sontak gadis yang sedang meracik coffe itu langsung melepas apron-nya.
"Chan gue cabut dulu, adek gue masuk rumah sakit," Ucap Jisoo pada Chanwoo, partner kerjanya.
Dengan sigap Jisoo meraih tas dan jaketnya lalu berlari keluar.
••
Sebuah taksi berhenti mulus di depan rumah sakit.
Ia segera berlari menuju tempat dimana adiknya itu dirawat.
Terlihat seorang gadis dengan sweater merah muda sedang berbaring dengan mata terpejam. Ada satu orang perempuan yang duduk disebelahnya.
"Jis," Perempuan itu menyambut Jisoo.
"Gimana keadaannya?" Tanya Jisoo dengan wajah panik, peluh di wajahnya menetes begitu saja, nafasnya masih terengah-engah efek berlari.
"Udah mendingan kok," Ucap Sowon, menenangkan, "Sini lo duduk,"
Jisoo mengembuskan nafasnya kuat-kuat.
"Sorry kalo bikin lo panik,"
"Dia kenapa bisa gini Won?"
"Tadi gue ketemu dia di jalan, sempet gue sapa tapi mukanya pucet banget, eh nggak lama langsung ambruk gitu," Sowon menjelaskan, "Kata orang deket sana sih dia kerja di cafe double w,"
Jisoo memejamkan matanya, lagi-lagi ia menghembuskan nafasnya kuat-kuat.
Sowon menepuk pundak temannya itu, "Mungkin dia mulai ngerasa Jis, kalo selama ini dia cuman beban buat lo, semenjak dia sakit,"
"Won," Terlihat mata Jisoo mulai berkaca-kaca, "Nggak ada yang namanya beban bagi gue selama yang gue lakuin buat adik-adik gue, justru dengan dia nyoba kerja malah jadi beban buat gue," Ucapan Jisoo semakin lama semakin terdengar lirih, tangisnya pecah, air matanya meluncur membasahi kedua pipinya.
Ia berjalan menjauh dari adiknya yang masih belum terbangun, tubuhnya menjongkok dan menangis sembari memeluk lutut.
Sowon ikut jongkok, memeluk temannya itu. Ia juga berusaha menahan tangisnya.
Sowon bingung, kata-kata seperti apa yang harus ia lontarkan disaat-saat seperti ini, karena ia merasa jika permasalahan Jisoo selama ini diakuinya memang berat.
Sudah dari jaman SMA Sowon tau bagaimana kuatnya Jisoo menghadapi permasalahan demi permasalahan yang menimpanya dan menimpa keluarganya.Yang bisa Sowon lakukan saat ini hanya menenangkan.
Gadis berbalut sweater itu mengusap air mata Jisoo, "Udah ah, adik lo bentar lagi juga bangun, dia cuma kelelahan doang,"
Jisoo menghela nafas. Berusaha berdiri dan menghampiri adiknya.
"Jis," Panggil Sowon, "Udah sore nih, gue balik dulu ya, giliran shift gue,"
Jisoo mengangguk, "Gue ijin ya Won,"
"Iya santai aja, ntar gue yang bilang ke bos," Ucap Sowon, ia meraih tasnya.
"Won," Panggil Jisoo sebelum Sowon keluar dari ruangan, "Makasih ya,"
Dibalas sebuah anggukan dan senyuman dari Sowon.
Kini Jisoo duduk di sisi kanan adiknya, tangan kirinya menggenggam jemari Rose dan tangan kanannya mengusap lembut rambut adiknya.
Ia hanya berharap adiknya itu segera bangun.
🖤🖤🖤🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
SIBLING [BLACKPINK]
Fanfiction"Jangan pernah lo sentuh adek gue!" - Jisoo "Kalo gue pelacur trus lo mau apa?" - Jennie "Bunuh aja aku daripada ngerepotin semuanya." - Rose "Apapun itu asalkan bukan ngebunuh, gue siap!" - Lisa ©️2019 Souliteee